"Jadilah baik, hingga kelak kebaikanmu akan saling dipertemukan Allah SWT dengan orang baik yang tepat untukmu!"
⭐⭐⭐Bismillah, itulah sebuah kata yang menurutku wajib diucapkan ketika mata ini mulai terbuka lagi untuk melihat semua ciptaan Allah SWT yang ada di bumi. Saat hidung dan mulut bisa menghirup udara segar yang lepas.
Aku duduk dan menggeliat bebas di atas tempat tidurku. Dan syukurlah semua penat yang ada di tubuhku tadi malam, sekarang telah hilang. Bahkan beberapa penyakit dalam yang semalam sempat muncul juga tidak terlalu bisa dirasakan lagi.
Setelah mengumpulkan sebagian nyawaku, sesekali aku menoleh pada bagian lain tempat tidurku yang terlihat kosong.
Dimana Syifa? Tumben sekali pagi-pagi begini dia sudah bangun. Apa hari ini dia ada kelas pagi?
Dengan malas aku pun menoleh pada jam bekker yang terletak di atas nakas sebelah kananku. Sontak kedua mataku melotot. Aku melongo tak percaya dengan beberapa angka yang tertera disana. Refleks aku segera membungkam mulutku.
--10:22-- sekitar 30 menit lagi aku harus berada di kampus karena ada UAS dengan Mrs. Susan. Seorang dosen wanita yang terkenal killernya di kampus. Setahu ku, dia adalah orang yang tidak bisa memberi sedikit pun toleransi kepada setiap mahasiswanya yang lalai. Baik dalam tugas, maupun dengan waktu.
Aku terlambat bangun pagi ini pasti karena terlalu kelelahan setelah acara semalam. Apalagi mataku tidak bisa di ajak konpromi saat perkataan Bunda semalam seakan-akan menjadi beban pikiran untukku. Yang membuatku susah terlelap.
Namun aku berusaha untuk menghiraukannya. Karena bisa saja itu hanya kebetulan. Dan lagipula masih ada banyak pria di bumi ini yang memiliki tipe-tipe seperti itu. Hanya saja saat ini Allah belum mengizinkanku untuk bertemu dengannya. Calon imam idamanku.
Tidak akan pernah berhenti ku usahakan, apa yang selama ini ku inginkan. Meskipun hanya melalui bisikkan do'a. Tapi setidaknya Allah itu Maha Mendengar. Allah tidak pernah tidur, walau di sepertiga malam sekalipun.
Aku segera beranjak dari tempat tidur dan cepat-cepat mengambil handuk juga jubah mandiku, kemudian berlari masuk ke kamar mandi.
Tergesa-gesa. Kata itulah yang saat ini sedang ku lakukan. Seharusnya hari ini aku tidak perlu datang ke kampus jika seandainya tidak ada kepentingan. Karena masih banyak pekerjaan yang harus di persiapkan di rumah menjelang hari esok. Aku harus membantu Bunda mempersiapkan segalanya untuk acara akad nikahnya Kak Tari. Namun sayangnya keadaan malah membawaku kesana.
Di tengah-tengah hiruk pikuk kota yang mulai terasa panas dan berisik, perutku terasa mual sekali saat berada di dalam sebuah angkot yang masih berdiri di antara deretan kendaraan-kendaraan yang lainnya. Aku seringkali merasa begitu saat rasa resah dan gelisah bercampur menjadi satu.
Sesekali aku melirik pada arloji yang terpasang di tangan kiriku. Napasku semakin sesak saat melihat beberapa angka yang tertera disana. Sedangkan jarak antara angkot ini dengan rambu lalu lintas cukup jauh.
Tidak betah menunggu, lagi-lagi aku pun memilih turun dari angkot dan berlari ke jalanan depan. Berharap di seberang jalan sana aku bisa menemukan angkot lain lagi.
Namun langkahku terhenti saat klakson mobil berbunyi bersamaan. Refleks aku menutup kedua telingaku seraya melihat pada lampu hijau yang telah menyala di atas sana. Aku mulai menyusuri bagian jalanan yang kosong dengan lebih berhati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Imam Ku
Romance"Dear, Imam Ku❤ Jika suatu hari nanti kau lah satu-satunya pria yang ku beri julukan itu atas izin Allah, maka pimpinlah aku saat menghadap kiblat-Nya! Tuntunlah langkahku dalam meraih Ridho-Nya! Dan bimbinglah tanganku untuk menuju Syurga-Nya! Sert...