Chapter 13

190 112 50
                                    

"Mencintai dalam diam adalah sebuah hal yang sangat beresiko terhadap hati. Jika kau merasa akan sanggup, teruskanlah! Tetapi jika tidak, maka berhentilah!"
⭐⭐⭐

Allah Maha Berkuasa! Dan hanya Allah lah yang berhak mengatur segalanya yang ada di bumi dan seluruh isi alam semesta. Termasuk dengan mengatur setiap pertemuan sepasang insan yang berlawan jenis di dunia ini.

Seperti hal nya pertemuan yang tidak disangka oleh Hafiz dan Aisyah. Mereka bahkan tidak mengerti kenapa bisa bertemu di acara pengajian pranikah Andra dan Mentari.

Sesaat keduanya tak sengaja saling terpana dan bertatap mata antara satu dan yang lainnya. Hafiz sangat terkejut karena calon adik ipar dari sahabatnya itu adalah Aisyah, wanita yang telah mengusik ketenangan hidupnya sejak beberapa hari yang lalu. Begitupun juga dengan Aisyah. Ia bahkan sangat terkejut karena kehadiran dosennya itu di acara pengajian kakaknya.

Setelah beberapa saat kiranya waktu terhenti, keduanya pun kembali mengalihkan pandangan ke arah lain dan mengucap kalimat istighfar. Karena tentu saja mereka menyadari kalau apa yang mereka lakukan barusan itu adalah salah. Mereka telah zina mata meski dengan jarak beberapa meter.

"Syah, ayo kesini!" Ujar Tari seraya tersenyum pada Aisyah. Bukannya menjawab, Aisyah hanya mengangguk dengan senyuman menawan yang terukir di wajahnya. Ia berusaha untuk tetap tersenyum agar tidak ada satupun yang menyadari keanehan pada wajahnya saat ini.

Namun sayang, seperti hal nya wajah Aisyah istri Baginda Rasulullah yang selalu terlihat merah merona, wajah Aisyah kini pun juga terlihat memerah. Apalagi hidungnya. Wajahnya mudah sekali berubah warna menjadi merah muda saat ia sedang malu dan menangis. Oleh karena itu ia tidak bisa menyembunyikanya dari orang-orang terdekatnya, "Syah, kamu habis nangis ya?" Tanya Tari setelah memperhatikan wajah adiknya dari dekat. Bahkan yang lain pun ikut menyorot wajah Aisyah dengan seksama.

Refleks Aisyah segera menggeleng dan berkata, "Gak kok, Kak! Tadi di dapur Aisyah habis bantu ibu-ibu motong bawang. Eh, jadinya Aisyah malah nangis karena perih," Jawab Aisyah seraya tersenyum lebar dengan kebohongannya.

"Oouh.. Itu biasa sayang. Soalnya di rumah Mama juga sering gitu kalau lagi masak, hehehee.." Ujar Andra membenarkan jawaban Aisyah dengan tawanya. Tari pun menghela napas lega dan tersenyum setelah mendengar jawaban dari calon suaminya itu. Karena memang pada detik-detik hari bahagianya ini, ia sendiri tidak mau kalau ada satupun dari anggota keluarganya yang bersedih.

"Syukurlah kalau gitu.. Oh iya, Ndra! Ini baru adik aku yang bernama Aisyah," Ucap Tari memperkenalkan nama adiknya pada Andra seraya tersenyum, agar calon suaminya itu tidak lagi salah dalam menebak siapa nama adiknya.

Andra tersenyum kemudian mengulurkan tangannya pada Aisyah seraya berkata, "Hai, calon adik ipar! Kenalin aku, Andra,".

Tetapi uluran tangan Andra tidak dijabat langsung oleh Aisyah. Malahan ia hanya menyusun kedua tangannya di dada, "Iya, Kak! Aku sudah tahu kok," Balas Aisyah seraya tersenyum tipis dan menunduk ramah.

Andra menarik kembali tangannya dan memaklumi cara bersalaman Aisyah. Karena ia juga seringkali melihat cara tersebut saat sahabatnya bersalaman dengan setiap wanita yang bukan mahramnya. Iseng-iseng, timbul pemikiran jail di benak Andra. Ia pun membisikkan sesuatu ke telinga Hafiz, "Wah, Bro! Ternyata dia jauh beda dari yang gue bayangkan. Dia cocok banget sama lo, Bro!".

Hafiz hanya menghela napas dalam setelah mendengar bisikkan maut dari sahabatnya itu, kemudian ia berkata, "Oh, ya udah kalau gitu saya langsung pamit." Kata Hafiz seraya menggaruk dahinya.

Dear, Imam KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang