"Ketidak percayaan dan ketidak nyamanan adalah dua hal dasar pemicu lahirnya kebohongan."
-Baby Breath-•••
Bab 16. Dusta Lagi
"Kamu lihatkan. Mama ngelunjak, harusnya tadi kamu tolak."
Manikku memandang ke arah jendela mobil yang ada di sebelah kiri. Aku tahu, aku salah karena memutuskan sesuatu tanpa bertanya dulu padanya. Namun, memang ini yang aku inginkan. Setuju atau tidak, Yudha dan aku harus tetap menjemput Ila.
"Buat apa aku nolak, Mas? Mau hari ini atau seminggu lagi, juga sama aja."
Wajah geramnya menoleh tajam padaku. "Semuanya aja keputusan Mama kamu turutin. Besok-besok kalo mama nyuruh kita cerai. Kamu turutin juga."
"Kamu kok ngomong gitu sih, Mas? Kenapa kamu malah kesel banget sama Mama?"
Yudha masih menatap lurus jalan. Mobil yang dia kemudikan semakin melaju kencang. Ralat, sangat kecang, sampai-sampai aku sedikit tersentak kaget saat mobil suamiku berbelok tajam memasuki area SPBU.
Yudha meminggirkan mobil, mematikan nyala mesin. Dia mencengkram kuat setir, sesekali menghantamkan tangannya di sana. Sedangkan aku berusaha menetralkan detak jantungku yang bekerja tidak normal. Terlalu cepat. Aku tidak suka dengan mobil yang melaju terlalu cepat.
"Kamu tanya kenapa aku marah, kan? Karena kamu selalu dengerin kata Mama, daripada membereskan hubungan kita. Kamu gak pernah dengerin aku, suami kamu."
Aku menutup sebentar kelopak mata, lalu menengok ke arahnya. "Kamu lupa Mas, kalo Mama lagi bantuin beresin masalah kita. Masalah yang sumbernya dari aku."
"Aku bisa ngatasin masalah kita sendiri. Kamunya aja yang gak mau dengerin aku!"
Suamiku dan sifat keras kepalanya memang tidak pernah hilang. Lalu sekarang apa? Dia akan membatalkan pernikahan ini. Aku tak perna lupa. Dengan tangannya sendiri, Yudha sangat bisa melakukan hal-hal yang paling nekat sekali pun.
"Aku cuma mau masalah ini cepet selesai. Mau berapa tahun lagi nunggu aku sembuh terus hamil? Yang ada malah makin stress Mas mikirin masalah ini terus."
"Tapi, Kamu bikin aku jadi laki-laki yang punya dua istri, Ivy. Dua istri. Aaargh!"
Aku tak mengerti dengan apa yang Yudha pikirkan sekarang. Poligami bukanlah hal yang menjadi masalah kalau istri pertama ikhlas. Aku sudah ikhlas. Aku juga akan selalu membantunya berbuat adil terhadapku dan Ila. Bukankah hal ini sederhana. Hanya butuh keikhlasan dan keadilan 'kan.
Menghela napas kecil, aku memecah keheningan. "Kamu nyesel, Mas?"
Yudha menatap dalam pada irisku. Tangan kirinya meraih dan menggengam kuat tangan kananku. "Aku hanya tak pernah menyangka akan mengingkari janjiku untuk tetap setia. Aku takut jika suatu saat, aku menyakiti kamu karena wanita lain, Ivy. " Dia mendekat, menarik pelan kepalaku lalu ciumannya mendarat di keningku.
Maafin aku, Mas. Kamu harus menanggung masalah karena kecacatan aku sebagai perempuan, batinku.
Yudha memundurkan kepala agar bisa memerhatikan wajahku lekat-lekat. Tangan kananya mengelus pelan pipiku. "Tolong ingatkan aku, jika aku melukaimu."
Aku mengangguk dan tersenyum kecil. Yudha kembali menyalakan mesin mobil, lalu melaju menuju ke rumah keluarga Ila. Kami berdua menyelam dalam keheningan di sepanjang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
RomancePerjuanganku selama tiga tahun mempertahankan rumah tangga yang melelahkan ini, sepertinya akan sia-sia. Aku memilih untuk berhenti saja. Cinta kami tidak cukup membuat bahagia. Kekayaan yang dia punya, juga tidak mampu menghapus tangis rintihan hat...