Ifa duduk di meja kantin karyawan. Dia sedang tidak makan ataupun minum. Gadis yang masih lengkap dengan snellinya itu sibuk membaca buku.
Saat lagi asik-asiknya menyelam dalam kata. Dari belakang, seseorang dengan sengaja menarik rambut kuncir kudanya. Ifa jelas langsung menoleh, mencari si empunya tangan jahil tersebut. Ternyata Romy, dia menyengir lebar sambil duduk tepat di hadapan Ifa.
Romy menelusuri meja, hanya ada dua kulit pisang dan sebotol air mineral. Aneh sekali, tidak biasanya begini. Dan lagi, alis tebal Romy semakin menyatu saat melihat sebuah novel di tangan Ifa. Ada apa dengan sahabat satu-satunya ini.
"Lo diet, Fa?" Yang ditanya menggeleng dengan mata yang setia menelusuri lembar demi lembar kertas berjilid itu.
"Mau gue traktir makan gak?"
Ifa menggeleng lagi. "Makasih, Rom."
"Lo kenapa baca novel?"
"Pengen aja."
"Masa, sih? Aneh lo, Fa."
Ifa menutup buku, menjadikan telapak kanannya sebagai pembatas sementara. Semua perhatian ia pusatkan pada Romy. "Bawel banget si jomlo."
"Heh, lo juga jomlo, ya," sahut Romy tak terima.
"Tapi gue kan gak ditolak siapa-siapa."
"Anjir ...."
Ifa tertawa puas. Meledek Romy bisa semenyenangkan ini. Iya, Romy mendapat penolakan hari itu. Malang sekali sahabatnya. Entah apa yang kurang. Cakep iya, mapan sejak bayi, calon dokter lagi. Ternyata cowo yang modelan begitu juga dapat penolakan dari perempuan.
"Udah ketawanya? Udah kenyang?"
Kalimat sarkatis Romy kali ini membuat Ifa terkikik kecil. "Gue lagi kesel ya, gara-gara nyariin lo muter-muter kagak nemu. Makin kesel saat gue tau, ternyata lo udah ngerem di sini. Lagian lo main ninggalain gue aja, biasanya juga bareng kalo ngantin."
Ifa menggaruk leher belakangnya, berulang kali mengucap maaf. Hari ini Ifa mendadak ingin sendiri saja, bersama novel milik Ulfa. Romy juga aneh, biasanya pria itu tak pernah mencari Ifa sampai segitunya.
"Sebenerya gue mau tanya nih ke lo. Lo udah punya gebetan, ya?"
Dahi Ifa berkerut. Kenapa Romy tiba-tiba bertanya begitu. "Apa maksudnya nanya gitu?"
Romy hanya membalas tatapan Ifa. Tanpa permisi, dia malah meneguk air mineral milik Ifa hingga tersisa 1/4 botol saja. "Ada cowo ganteng ples dewasa nyariin lo."
"Ha, siapa?"
Selama ini, tak satu pun pria sedang Ifa dekati. Dan lagi, Ifa merasa tidak ada yang mendekatinya untuk saat ini. Jadi, apakah Ifa ternyata punya seorang penggemar. Batinnya tertawa kencang.
"Gue nggak tau namanya, tapi dia itu kakaknya Kina."
Ah, jadi pria yang kemarin bersama Kina? batin Ifa.
"Tapi gue akuin dia cukup ganteng." Ifa kembali melihat ke arah Romy. "Gue merasa terasaingi dan gue yakin, lo pasti berpaling dari gue terus naksir dia."
"Lo mabok, Rom? Ngaco semua omongan lo!"
Jantung Ifa berdegup terlalu kencang saat ini. Jangan sampai Romy mengatakan hal-hal yang bisa membuat Ifa malu. Iya, malu pada Romy tentunya.
"Gue cowo. Gue tau ya, kalo ada cewe yang naksir gue." Ifa ternganga mendengar pengkuan dari Romy.
"Tapi ya, gue diem aja. Karena lo tau, gue sayang ke lo itu sayang persahabatan. Gak bisa lebih. Dan gue rasa kita emang cocoknya jadi sahabat aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Breath
Любовные романыPerjuanganku selama tiga tahun mempertahankan rumah tangga yang melelahkan ini, sepertinya akan sia-sia. Aku memilih untuk berhenti saja. Cinta kami tidak cukup membuat bahagia. Kekayaan yang dia punya, juga tidak mampu menghapus tangis rintihan hat...