BB - 12. Ulfa!

356 55 0
                                    

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Bab 13. Semakin Yakin

Hari ini aku pergi ke butik, membeli dress kesukaan Bita, lalu langsung menuju ke apartemen suaminya. Aku akan menghadiri pesta kecil sekaligus makan siang siang bersama Dion dan si cantik Dita, untuk merayakan ulang tahun sahabatku.

"Bu, dressnya jadi ambil yang hitam atau yang grey?"

Aku mengalihkan perhatian dari jejeran kain yang tadi sempat menarik perhatianku. Mengalihkan fokus mata pada dua dress serupa gamis berbahan satin berwarna hitam dan abu-abu. Kain dress menggantung dengan ikat pinggang yang serupa warnanya terlihat sangat sederhana dan indah dari depan. Sedangkan bagian belakang dress yang lebih panjang jatuh lembut meyentuh lantai. Keduanya begitu cocok untuk Bita.

"Dua-duanya, Mbak. Bisa tolong yang hitam dibungkus kado."

"Tentu bisa, Bu. Mohon tunggu sebentar."

Aku tersenyum membalas senyuman gadis muda yang bekerja di butik milik ibu. Selain ingin membeli baju, aku juga ingin sekali mengetahui keadaannya. Namun, ternyata ibu tidak ada di sini.

Aku kembali menyentuh kain lembut tadi. Tersenyum melihat benda ini. Jadi ingin sekali membelinya.

"Maaf Bu, apa ada yang ingin anda bungkus lagi?"

Aku mengangguk dan tersenyum. "Tolong ini, dibungkus kado juga Mbak."

❊❊❊

Aku tersenyum ke arah Bita yang nampaknya sangat antusian dengan hadiah kecil yang kubawa.

"Waah ... Ivy, kamu emang tau aja warna kesukaan aku. Modelnya juga bagus."

"Aku juga ada satu persis kaya punya kamu, warna abu-abu."

"Aaa ... Ivy makasih. Aku gak nyangka diultah yang ke-27 ini. Aku masih bisa ngerayain sama sahabat SMA aku."

Aku mengusap-usap punggungnya, semakin mengeratkan pelukan. Hingga tak terasa setetes air mata jatuh melewati pipi. Benar. Jika dingat-ingat, aku sudah banyak melewatkan waktu bersama ibu satu anak ini. Dan Bita adalah sosok yang Allah kirim untuk selalu ada di masa-masa pahitku.

Ketika pembullyan yang aku alami di masa SMA. Ketika pasca kecelakaan tiga tahun lalu. Dan kini, ketika keadaan pernikahanku diujung tanduk.

"Eh, Ivy kamu kok malah yang nangis sih ...."

Bita sudah melipat pakaian dan menaruhnya kembali ke kotak. "Tentu saja. Aku terharu, Bit."

Dia terdiam, menatapku dalam. Seakan menunggu penjelasan. Oke baiklah, aku akan mencoba mengenyahkan situasi ini.

"Bita maaf ya, aku telat dateng ke sini. Jadi melewatkan pestanya, deh. Sampe Dita ketiduran. Dion juga lagi tidur sama Dita?"

"Heeem .... ya, begitulah." Dia masih menatapku lurus. Tajam. "Kamu juga gak biasanya telat gini kalo kita janjian. Ada yang kamu sembunyiin."

Aku diam. Haruskah Bita tau? Batin dan pikiranku bergejolak, saling melempar pendapat. Menit berlalu sepertinya Bita mulai kehabisan kesabaran, lalu menghela napas. "Ada masalah apa Ivy? Kamu boleh membaginya denganku."

"Aku bertemu dengan Ila, calon istri kedua Yudha."

"What! Gak bisa dipercaya. Dia mau menikah lagi karena kamu gagal di program hamil kemarin?"

Manik bulatnya merebak berair. Ia menatap ke langit-langit, menahan cairan bening itu agar tak jatuh. Ia lalu memegang kedua bahuku, meremasnya pelan.

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang