BB - 5. Bertepuk Sebelah Tangan

425 54 5
                                    

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍Ifa memandang bunga yang tumbuh di sepanjang pinggir jalan. Meski panas matahari menyengat kulit, sungguh matanya terasa segar melihat warna-warni bunga itu. Seperti oasis di tengah padang pasir.

Ifa akan ke rumah Ulfa, menjemput gadis itu karena motor milik sahabatnya masuk bengkel. Jam satu siang, masih ada banyak waktu sebelum ia bertugas di RS jam tiga sore. Akan ada banyak gal yang ingin ia ceritakan pada gadis berparas manis itu.

Sesampainya di rumah Ulfa. Ifa langsung berlari ke lantai dua menuju kamar sahabatnya. Ia merebahkan diri di kasur ungu, membuat sang empunya kamar yang sedang berkutat dengan laptop tersentak kaget.

Ulfa hanya diam, dia sudah biasa dengan kedatangan Ifa yang tiba-tiba. Rumah ini memang sepi, karena Sang ayah dan kakak laki-lakinya sibuk mengurus perusahaan sesangkan ibunya sedang keluar bersama temannya jika jam segini.

"Ul, udah bikin laporan?" tanya Ifa sambil berkutat dengan ponselnya.

"Ini baru aja selesai. Eh, BTW gimana dinner semalem?" Ifa melihat sahabatnya sedang sibuk membereskan meja belajar. Tak lama setelahnya, si pemilik kamar ikut berbaring menatap langit-langit kamar.

"Biasa aja."

"Ah, beneran? Terus, dia ngasih apa ke lo?"

Ifa melempar pelan ponselnya ke samping. Mendengus sebal lalu menjawab, "Ga ngasih apa-apa. Dia beli barang buat cewek yang dia taksir."

Jawaban dari sahabatnya, membuat Ulfa melongo. Kasihan sekali Ifa. "Yang sabar ya. Tapi, beneran si Romy gak nawarin lo sesuatu gitu pas beli barangnya?"

"Dia nawarin gue baju, sih. Tapi, gue nolak. Bukan itu yang gue arepin. Gue tuh pengennya dia yang ngasih surprise ke gue."

Kesedihan Ifa, membuat Ulfa sedikit tak enak hati pada sahabatnya. Jika saja ia tahu akan seperti ini akhirnya, Ulfa tak akan membatalkan janjinya pada Romy dan Ifa semalam. Ia juga tak perlu mengarang menghadiri acara tasyakuran keluarga. Rencana Ulfa untuk membuat Romy peka dengan perasaan Ifa gagal total. Yang ada sahabatnya malah mendapat kenyataan
pahit.

"Fa, gue minta maaf ya ga bisa nemenin lo semalem. Gue nyesel."

"Iya gapapa, Ul. Mungkin, gue disuruh Tuhan buat menjaga persahabatan gue sama Romy."

Ulfa tersenyum membalas senyuman Ifa. Memerhatikan gadis bermata coklat muda yang sedang merogoh ranselnya. Mengeluarkan sesuatu yang membuat Ulfa terkesan.

"Novelnya bagus, ya?"

Ifa mengangguk menjawab pertanyaan Ulfa. Sejujurnya Ifa tak tahu novel ini bagus atau tidak, tak penting bagi Ifa tentunya. Gadis itu hanya penasaran akan sesuatu dari novel ini.

•<>•<>•<>•

Bab 5. Reuni

"Assalamualaikum."

Aku menjawab salam. Lalu mengambil jas dari tangan Yudha, sesaat setelah dia memeluk dan mencium keningku. Seperti biasa, aku akan mengantar Yudha ke kamar. Menunggunya mandi dan berganti baju. Barulah kami akan makan malam bersama.

"Sayang, tadi aku papasan sama mobil Mama. Apa mama ke sini?"

Suara berat Yudha memutus lamunanku. Ia mengusap bibir dengan tisu, lalu meraih gelas. Meminum isinya hingga tersisa setengah. Mata coklatnya menatapku seperti sedang menanti jawaban. Aku hanya mengangguk. Ku putuskan segera pergi dari meja makan, membawa semua piring kotor untuk ku cuci.

"Mama ngomong apa aja?"

"Gak ngomong apa-apa. Mama cuma pengen ke sini aja, sekalian mampir habis dari rumah temen."

Baby BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang