Hey, hati-hati bermain dengan mimpi.
Karena itu bisa saja mengambil nyawamu.
....
Lucid duduk di atas bangunan tua di dalam kota terbengkalai buatannya sendiri. Dia mengayunkan kedua kakinya sambil bersenandung riang menantikan apa yang dia inginkan sebentar lagi akan datang.
"Aku sebentar lagi akan punya teman~"
"Dalam mimpimu" sahut Lucas yang sudah ada di belakangnya. Lucid mencibir Lucas.
"Perusak suasana, ck!"
"Karena aku akan menyelamatkannya" ucap Lucas sengaja memberitahu.
"Oh, ya? Seperti kamu tidak pernah menyelamatkan orang saja" balas Lucid sarkas, teringat akan rencananya yang selalu digagalkan oleh Lucas.
"Aku tidak mengerti"
Lucid berdiri, menghampiri Lucas yang diam saja di tempatnya berdiri sejak tadi. Namun kedua matanya mengawasi tiap gerakan Lucid.
"Kenapa kamu selalu tidak suka aku mengambil nyawa seseorang padahal kamu sendiri adalah malaikat pencabut nyawa"
"...karena itu bukan waktunya"
"Tidak ada salahnya dipercepat kan waktunya?"
"...iya, jika dia adalah seorang pendosa besar. Tapi cewek itu hanyalah manusia biasa, dan tidak pantas menerima hukuman seperti itu"
"Cih, berlagak suci sedangkan kamu adalah seorang pendosa. Munafik" cibir Lucid.
"...memangnya kamu tidak?" Tanya Lucas membuat Lucid terdiam.
....
Lupakan masalah diet.
Maya hanya akan hidup bahagia di sisa waktunya yang tidak tentu ini.
Dia melanjutkan 'pekerjaan' nya sebagai seorang penggemar, namun dia juga tidak lupa akan tugas utamanya sebagai seorang anak berusia tujuh belas tahun.
Saat ini dia sedang sibuk mengerjakan tugas sekolahnya, tentunya ditemani dengan lagu-lagu grup favoritnya.
Masalah covid belum selesai. Setelah kemarin dia sudah bisa masuk sekolah, namun kembali dibubarkan karena rupanya makin banyak saja yang terkena wabah tersebut. Jadilah sekarang dia banyak menghabiskan waktunya di rumah. Hal yang menjadi favoritnya.
Sudah lama dia meminta ayahnya untuk membiarkannya belajar di rumah saja, alias tidak sekolah. Namun ayahnya takut jika dia melakukan itu, maka Maya tidak akan memiliki teman.
Ya, itu benar juga.
Sebenarnya Maya juga bukan tanpa alasan meminta hal tersebut. Dia ingat saat kelas sepuluh, saat masih di Indonesia, ketika teman-temannya tau dia menyukai hal-hal berbau Korea, mereka mulai menjauhi dan menghinanya. Tidak ada yang mau berteman dengannya, seolah dia memiliki penyakit menular.
Memang masih ada yang kadang menyapanya, tapi tekanan dari yang lain membuat Maya tidak percaya pada dirinya sendiri.
Namun sejak mengenal ATEEZ, terutama Wooyoung, entah mengapa dia merasa bahwa tidak apa menjadi sedikit berbeda. Toh mereka tidak akan selamanya berpengaruh pada kehidupannya.
Semua terkejut karena Maya yang biasanya menjauh jika mereka menghinanya saat itu diam saja dan melanjutkan perjalanannya.
Tentu cerita ini dilebih-lebihkan, tapi tidak apa. Dia memang menjadi lebih ceria setelah mendengar lagu ATEEZ dan menjadi penggemar mereka.
....
Mudah dikatakan dibanding bertindak.
Bagaimana dia bisa menghancurkan kutukan pada Maya?
Ya, Wooyoung sudah memutuskan. Bahwa dia akan menyelamatkan salah satu penggemarnya.
"Eotteoke eotteoke~"
Yeosang yang baru saja masuk ke dalam kamar mereka berdua terkejut saat Wooyoung bertingkah imut seperti itu.
....
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Wooyoung | Inception
FanfictionATEEZ Wooyoung FF 'Bagaimana rasanya ketika kamu bermimpi bertemu biasmu di saat yang tidak biasanya, akankah kamu tetap di dalam mimpi atau terbangun?'