Maya tidak bisa tidur. Memikirkan bahwa besok dia harus mencium pipi Wooyoung untuk mengembalikan cowok itu kembali, membuat jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.
"Ah, pipiku..." gumam Maya menangkup kedua pipinya yang masih terasa panas.
"Kamu sakit?" Maya belum sempat bereaksi terkejut karena pertanyaan tiba-tiba itu, sebuah tangan sudah menempel di pipinya.
Jantung Maya semakin tidak bisa dikendalikan. Jika dia mati di dunia mimpinya, apakah dia bisa kembali.
Ya, mungkin saja dia bisa kembali. Tapi bagaimana dengan pemilik tangan ini?
"Sebentar lagi aku akan sakit" balas Maya mulai melantur konyol.
Wooyoung menautkan alisnya. "Kenapa bisa begitu?"
"Serangan jantung dari idola" balas Maya meraih tangan Wooyoung yang masih menempel di pipinya kemudian menurunkan tangan itu.
"Jadi, kumohon untuk tidak melakukan ini" ucapnya kemudian.
"...maaf"
Maya melihat sofa tempat Wooyoung tidur dan melangkah mendekatinya. Wooyoung sendiri dengan cekatan menyelimuti kaki Maya saat cewek itu duduk di sofa tersebut.
"Kenapa belum tidur?"
"Hongjoong hyung memberikan ceramah panjang. Mungkin seperti ancaman?"
"...tenang saja. Kamu pasti akan kembali dengan selamat..." balas Maya tersenyum sendu.
Wooyoung akan membantah bahwa dia tidak mencemaskan hal itu, namun melihat wajah sedih Maya, dia mengurungkan hal itu.
Hp Maya berdering memecah keheningan di antara keduanya. Tian Tian menelpon di waktu yang tepat.
"Ya?"
"Kudengar kamu besok akan pergi mengantar Wooyoung ke bandara"
"Dari mana kamu tau?"
"Ayahmu. Tidak, kenapa dia bisa ada di rumahmu?"
Maya melirik Wooyoung karena cowok itu perlahan mendekati Maya. "Kenapa?"
"Apa maksudmu kenapa? Bukankah sebagai pacarmu, aku harus mengetahui hal ini?"
Konyol.
Mungkin salah satu alasan Maya tidak ingin mencari pacar adalah karena dia tidak mau jika nanti pacarnya mulai mengontrol dirinya, apalagi jika terkait dengan Wooyoung.
Tidak. Itu hal terburuk.
"...jadi sekarang, mau bagaimana? Aku tidak mungkin membatalkan janjiku, dan juga, dia tamuku suka atau tidak" balas Maya berdiri dan meninggalkan Wooyoung yang duduknya semakin dekat.
Wooyoung menatap penuh kecewa, merasa bahwa dia melakukan kesalahan. Namun Maya tentu saja masih luluh. Dia berbisik, "Sudah kukatakan, jangan membuatku mati karena serangan jantung"
....
Setelah lima belas menit bertelpon dengan Tian Tian, Maya merasa kepalanya sakit dan dia butuh air dingin untuk melegakan tenggorokkannya yang kering serta mengompres kepalanya.
Wooyoung masih terjaga, lebih tepatnya dia berlatih koreografi untuk lagu terbarunya. Tidak ingin mengganggu kegiatannya, Maya menunggu hingga lagu itu selesai.
'Asik, kena spoiler duluan'
Setelah Wooyoung menyelesaikan tariannya, Maya bertepuk tangan pelan. "Astaga!"
"Hehehe... itu untuk lagu terbarumu?"
"Ya"
"Apa tidak masalah menarikannya di sini? Aku bisa saja membocorkannya"
"Jika begitu, kamu akan membenarkan hubungan kita" balas Wooyoung sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Lagipula... aku tau kamu bukan orang jahat. Jika iya, kamu sudah menyebarkan berita bahwa aku di sini"
"Dan semakin membenarkan hubungan kita"
"...ya" Maya mengerutkan keningnya. Perasaannya saja atau Wooyoung tampak kecewa?
"Jadi?"
Wooyoung mengikuti Maya yang melangkah menuju dapur. "Apanya?" Balas Maya tidak mengerti.
"Apakah kamu diizinkan untuk mengantarku?"
"Apa dia ada alasan untuk mencegahku?" Balas Maya lagi memberikan Wooyoung segelas air hangat sedangkan dia meminum air dingin.
"Ada benarnya juga" balas Wooyoung tersenyum.
Maya memandang wajah tampan idolanya itu. Sebenarnya, jika dia melakukan 'hal itu' saat ini, bisa saja.
Tapi, sebentar lagi, dia masih ingin menghabiskan waktu bersamanya.
Untuk terakhir kali.
....
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Wooyoung | Inception
FanfictionATEEZ Wooyoung FF 'Bagaimana rasanya ketika kamu bermimpi bertemu biasmu di saat yang tidak biasanya, akankah kamu tetap di dalam mimpi atau terbangun?'