08. ☁DASAR MALING!!

26.2K 1.8K 80
                                    

MALAM sudah larut, Gefira terbangun dari tidurnya ketika tenggoroannya kering. Tetapi air minum dikamarnya habis, terpaksa ia harus turun mengambil air minum padahal ia snagat lelah.

Setelah puas jalan-jalan Raka membawanya pulang dengan belanjaan yang dibelikan Raka dibawa oleh 4 maid, Raka benar-benar boros!

Belum puas sampai sana, setelah mereka berbincang-bincang dengan anggota keluarga yang lain Raka mengajaknya bermain playstation padahal Gefira sudah menolak mentah-mentah karena ia lelah. Tapi memang dasarnya Raka yang keras kepala, ia mengancam akan membuat Gefira tidak tidur semalam dan mengrecoki seisi mension dan akhirnya hingga pukul 22.30 ia bisa tidur pulas.

Gefira berjalan dnegan lunglai, berjalan ke dapur lalu mengambil gelas, belum sempat meneguknya suara jendela didekatnya terbuka membuatnya terkejut dan gelasnya jatuh hingga pecah. Kakinya terkena pecahan yang membuat kakinya sama-samar berdarah karena gelap, Gefira meringis.

Gefira mengambil sapu yang ada didekatnya, dijendela ia bisa melihat jelas seseorang memakai baju hitam polos. Tatapan mereka bertubrukan,

Dan.

"AAAAAAAA MALING!!!" Teriak Gefira sambil memukuli sosok itu, hingga lupa akan rasa sakitnya. Sosok itu mengaduh, mencoba menghentikan sapu Gefira yang terus melayang kearahnya.

"MAMA!! PAPA!!! KAKEK!! KAK RAKA ADA MALING!!"

"GUE BUKAN MALING WOI!! ADUH DUH!!"

"MANA ADA MALING NGAKU?!! DASAR MALING!!"

Klik

Lampu dapur menyala, sudah ada semua anggota keluarga dipintu dapur.

"GEFIRAAAA!!"

"WAH ADA MALING!!" Neilza memukul maling itu dangan spatula.

"PUNYA NYALI KAMU MALING DISINI?!!" Neilza melayangkan spatula nya dengan brutal.

"MOM INI BUKAN MALING!! INI CHANDRA!! ANAK MOMMY!!" Ujarnya.

"CHANDRA?!!"

"Iyaaa Chandra!!" Orang itu membuka penutup kepalanya, dan menampilkan paras tampan pemuda itu.

Ya, dia Chandrana Kenanda Dewantara. Cucu kedua Dewantara, beberapa bulan ini si tampan Chandra bekerja di London.

☁☁☁

Albar baru saja pulang, ia sungguh letih. Tetapi saat tengah berjalan dikamarnya, ia mendengar suara ricuh didapur. Albar berjalan ke arah dapur, dan benar anggota keluarga sudah ada disana dengan pakaian tidur mereka. Didepan Albar terpampang salah satu adiknya yang bekerja di luar negeri tengah berpakaian hitam sambil mengaduh.

Mengalihkan pandangannya, ia bisa melihat adik cantiknya meringis. Menurunkan pandangannya, matanya melebar ketika melihat pecahan kaca yang mengenai kaki Gefira hingga berdarah.

"ANISA KAKI KAMU KENAPA?!!!" Atensi seluruh mata berindah pada kaki Gefir yang sudah berdarah.

"Aku gp--."

"GEFIRA!!"

"ALANA!!"

"RARA!!"

Gefira meringis mendengarkan teriakan membahana keluarganya.

Levina membersihkan kaki Gefira, sedangkan yang lainnya menyemburkan ceramah pada sang tersangka.

"Kamu ini gimana sih Chan?! Pulang kok malam, lewat jendela pula!" Ujar Neilza menggelengkan kapalanya.

"Ya maaf Mom, kan Chan mau bikin surprise buat kalian sama Alana," ujar Chandra jujur sambil memandang sendu adik bungsunya yang cantik itu, ia benar-benar gk nyangka kalau rencana untuk mengejutkan adik bungsu yang ia rindukan malah membuat adik bungsunya terluka.

"Ck! Ck! Tak patut!" Raka menggelangkan kepalanya, sebenarnya Raka mengejek kakaknya itu. Chandra mendengus kesal lalu memplototi adiknya itu. Raka sialan!

Albar memadang nanar kaki adik tersayangnya, andai saja ia tidak melihat kaki Gefira. Pasti adik cantiknya itu tidak mau mengaku jika  terluka. Albar menatap tajam Chandra yang dibalas cengiran kuda.

"Kalau sampai kaki Anisa kenapa-napa, kamu orang pertama yang aku cari!" Ujar Albar menatap tajam Chandra.

"Iya Kak maaf," ujar Chandra, lalu beralih pada Gefira yang tersenyum kecil padanya. "Alana Kakak minta maaf ya, Kakak tidak bermaksud mengejutkanmu."

"Aku gpp kok Kak, harusnya aku tadi yang minta maaf udah mukulin Kakak." Ujar Gefira menyesal.

"Sakitan juga kamu, tadi pukulan kamu gk sakit kok tenang aja." Emang beneran gk sakit kok, Chandra cuma kaget doang. Halah!

Mereka melempar senyum satu sama lain, Chandra sebenarnya pengen meluk Gefira. Tapi sadar jika Gefiranya masih sakit.

"Ini sudah malam, kamu tidur Gefira. Kamu juga Raka! Besok sekolah!" Titah Dewantara pada kedua cucunya itu.

Gefira mengerutkan keningnya, "Gefira kapan sekolahnya? Kok gk sekolah-sekolah? besok ya! Sama Kak Raka?!"

"ENGGAK!!" Semuanya menolak keras ucapan Gefira, membuat Gefira menekuk mukanya.

"Gefira sayang, kaki kamu masih sakit gini. Kita periksa didokter dulu, terus kalo udah sembuh kamu boleh sekolah." Jelas Levina.

"Ihhh tapi Gefira gpp kok, besok sekolah ya?! Ini juga bisa digerakin kok--." Gefira menggerakkan kaki kanannya.

"ADUHHH!" Kaki Gefir perih kawan!

"Nah kan! Kamu gk boleh sekolah dulu kalau belum sembuh! Besok kita antar ke dokter dulu kaki kamu!" Ujar David.

"Tapi--."

"Tidak ada tapi-tapian! Sekarang kamu istirahat!" Ucapan mutlak Albar membuat Gefira ciut, entahlah dia taut dengan kakak sulungnya itu. Tapi dia tetap kesal!

"Yasudah ayo tidur kembali! Raka antar Gefira ke kamar!" Titah Dewantara.

"Iya Kek!" Raka memapah Gefira ke kamarnya, diikuti yang lain kembali ke kamarnya masing-masing.

"Jangan sedih my litle sister! Kamu masih sakit makanya gk boleh sekolah." Ujar Raka lembut ketika melihat Gefira yang berbaring di ranjangnya dengan muka ditekuk.

"Tapi Gefira pengen sekolah Kak!" Baru kali ini Gefira memanggi Raka dengan benar, membuat Raka senang.

"Tapi kamu masih sakit!"

"Tapi--"

"Ssttt cepat tidur! Nanti kamu gk bisa bangun awal!" Raka mencium kening Gefira, "Good night sista!" Setelah mengatakan itu Raka keluar dari kamar si bungsu.

Gefira menghembuskan nafas kasar, sebelum menutup mata. "Good night too Bro!"

TBC!!

OKE SEGINI DULU!

SALAM KECUP BACAH DARI SLEPI

18 Agu

Gefira : Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang