satu

902 51 1
                                    

Pagi, memang waktu yang paling tepat untuk rebahan dan menikmati udara luar dengan berbaring di kasur. Kalau saja hari ini tidak harus meeting dengan jajaran direksi, mungkin Igna akan tetap pada kasurnya, bangun pukul tujuh, ke gym satu jam, mandi dan bersiap, baru berangkat ke kantor tepat jam sembilan pagi. Sebuah keuntungan menjadi karyawan yang istimewa. Tapi hari ini proyeknya belum selesai. Sepertinya satu bulan lagi. Setelah itu, Igna bisa menghabiskan sebanyak apapun waktu yang ia punya di pagi hari.

Sebentar lagi matahari terbit. Igna memaksa tubuhnya bangkit dan menuju kamar mandi. Hanya sikat gigi dan cuci muka karena ia akan berkeringat lagi di gym nanti.

Waktu setengah jam yang ia punya Igna habiskan dengan memandangi layar laptop sambil berpikir keras. Dalam satu klik, ia menjual asetnya dan bisa mengangguk puas dengan keuntungan yang ia raih setelah berinvestasi selama enam minggu terakhir.

Time to go.

Keluar dari kamarnya, ia menemukan seorang gadis sudah siap dengan pakaian rapih, memeluk beberapa berkas di dada dan menutup pintu.

"Pagi amat?" ucap Igna membuat perempuan itu tersentak dan menoleh.

"Eh, iya. Ada ujian pagi, Kak. Kak Mishal mau ke gym?"

Mishal Avara Ignatia. Hanya dipanggil Igna oleh teman sangat dekat dan keluarganya. Selain itu, semua orang memanggilnya Mishal. "Iya. Semangat, Ca!" Igna menaikkan satu kepalan tangannya sambil memasang sepatu di depan kamar.

"Siap, Kak! Gampang kok ini hehe.."

"Aku duluan, ya?" Igna memantapkan langkahnya sejenak sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamarnya yang sudah terkunci.

Jarak sasana dan kost putri yang ia tinggali hanya seratus meter. Igna tak perlu memesan Uber seperti kalau ia ke kantor.

Igna tak pernah menghabiskan lebih dari satu jam di gym. Kalaupun lebih, biasanya saat weekend atau saat Igna sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Sayangnya, hari ini ia harus sampai di kantor tepat waktu. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus ia lakukan. Sekarang masih terhitung awal quarter. Dan biasanya saat-saat seperti ini adalah saat di mana Igna tidak bisa disentuh sembarangan. Artinya, masa paling sibuknya.

Sampai di kantor satu jam setelahnya, Igna langsung menuju ruangannya diikuti Mince, sang sekertaris. Igna belum sarapan. Tugas sekertaris yang merupakan lulusan sekolah ilmu gizi itu adalah memastikan Igna mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehari-hari selama di kantor. Bisa membayangkan bagaimana kehidupan Igna?

"Salad aja, Ce. Jam berapa ketemu Adrian hari ini?" Igna langsung menyalakan komputernya dan membuka laptop bersamaan.

"Satu jam lagi, Bu."

"Perfect." Igna mengangguk sejenak, menggerakkan mouse pad, lalu menutup laptopnya sebelum kembali keluar meninggalkan Mince yang hanya bisa mengangguk dan menjalankan perintahnya.

Cukup lama Igna habiskan waktu di ruang teknisi sebelum ia kembali dan mendapati Adrian sudah menghampiri ruangannya terlebih dahulu. Ditambah semangkuk salad sayur sudah tersaji di mejanya bersama dengan oolong.

"I thought our meeting is in... fifteen minutes?" Igna meletakkan laptopnya dan duduk di kursinya, menghadap ke arah Adrian yang duduk di kursi di depannya dengan menautkan jemari.

"We hire a nutritionist as your secretary for a reason."

"I was about to have my breakfast."

"I'll move the meeting to ten. You should be ready."

"I'm ready even if you change the meeting to this time, Sir. You know me better."

"I'll let you finish your breakfast first."

comfort zoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang