dua

365 30 0
                                    

Holy. Shit.

Mengingat tujuan awalnya berada di ruangan ini, Igna langsung berdehem dan mendapatkan dirinya kembali dengan cepat. "Selamat datang. Saya Mishal." Igna mengulurkan tangannya dengan percaya diri dan disambut oleh keduanya.

"Romano," Laki-laki yang berada di hadapan Igna langsung mengenalkan diri.

"Ganen," Laki-laki yang lain melanjutkan, mendapatkan tatapan aneh dari Igna. Tapi dengan cepat Igna mengangguk dan tersenyum.

"Tatiana akan segera datang. Silakan." Igna segera mempersilakan kedua orang berwajah mirip itu untuk masuk dan duduk. Sedangkan ia sendiri ke tempat duduknya, bersamaan dengan datangnya Tatiana hingga ia tak perlu membuka basa-basi dengan dua orang itu.

Sepanjang rapat yang Igna lakukan hanya memandang Tatiana, membaca kembali lembaran yang mulai terasa memuakkan, dan sesekali menatap wajah dua client-nya yang terlihat serius. Well, satu sih yang terlihat serius, yang lain beberapa kali tertangkap basah sedang manatap Igna.

Terserah saja lah. Yang menjadi inti dari pertemuan hari ini adalah penegasan kembali oleh Tatiana dan juga beberapa dari bagian client. Semuanya berjalan lancar. Romeo sendiri tak banyak bicara selama pertemuan. Beberapa kali pertanyaan ditujukan pada Igna yang tentunya bisa Igna jawab dengan mudah. Ini adalah proyek miliknya. Bagaimana ia bisa lupa?

Selesai dengan pertemuan itu, Igna langsung ke ruangannya dan membiarkan Tatiana mengantar mereka berdua. Ia masih memiliki satu laporan tentang nama yang Adrian ajukan tadi pagi.

Sebuah pekerjaan kecil yang bisa Igna lakukan dalam waktu tiga jam penuh. Sampai pukul lima akhirnya Igna bangkit dari duduknya beserta map kuning. Ia siap menghadap Adrian.

Penanggung jawab di Indonesia ini ternyata cukup mudah untuk dekat dengan Igna. Well, mungkin titipan lain dari Chief Executive langsung. Igna tidak bisa dibiarkan sendirian dengan semua keistimewaannya. Apalagi markas besar juga pasti mengharapkan hal besar dari Igna setelah mengetahui kemampuan perempuan itu.

Sebuah getaran di tangan Igna membuat Igna melirik sejenak. Ah, sebuah pesan yang sudah sangat ia tunggu. Tapi rupanya Adrian sedang tidak sibuk sehingga bisa diprioritaskan terlebih dahulu.

"Jam pulang kantor," ucap Adrian sambil menjauhkan tangannya dari mouse dan keyboard. "Cepat juga."

Igna menyerahkan map kuning di meja Adrian yang segera diraih oleh atasannya. "Sebuah research kecil seperti ini adalah pekerjaan mudah, Sir."

"Ya, aku tau. By the way, kenapa ambil cuti minggu depan?" Adrian melihat sekilas hasil pekerjaan Igna dan mengangguk puas.

"Ada saudara saya yang harus ditemani untuk memeriksakan kakinya. Dia datang sendirian."

"Memangnya kenapa?"

"Prostetik. Dia masih SMP."

"Huh. Aku pikir kamu tidak ada mobil."

"Tatiana sudah setuju untuk meminjamkan mobilnya pada saya. Lagipula sudah banyak jasa taksi online. It's not really a big deal. So, apakah ada lagi setelah perempuan ini? Karena hanya sampai sini bantuan saya."

"So, quarter ini ada dua proyek panjang yang bisa kamu ambil." Adrian menjulurkan tangannya, mempersilakan Igna untuk duduk.

"Proyek panjang?"

"Yap. Otto dan sebuah proyek di Bali. Saya mau kamu yang mengerjakan. Di quarter ini." Adrian menyerahkan dua buah map yang identik pada Igna, meminta Igna untuk membacanya.

"Hmm." Igna segera membaca keduanya, membiarkan Adrian menunggu dalam keheningan. Setelah selesai, Igna menutup kedua mapnya dan menumpuknya kembali di meja. "Berbarengan?"

comfort zoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang