tiga

310 27 0
                                    

Today is the day.

Igna pasti sudah gila karena berani mengatur meeting dengan Luki, direktur divisinya, untuk mengumpulkan jajaran direksi. Igna bahkan hanya mengatakan tentang suatu proyek yang sedang dikerjakan.

"Saya paham kalau trimester baru masih harus melewati beberapa bulan di depan, jadi sebaiknya ini ide yang bagus." Adrian duduk di kursi kebangsaannya dan memperhatikan Igna yang berdiri siap di hadapan para direksi.

Igna mengangguk yakin dan mulai menyalakan presentasi. "Berdasarkan grafik products yang telah kita luncurkan selama dua tahun terakhir, saya mulai merasa kita, di Indonesia ini, telah membuat investasi yang salah untuk Otto."

Kali ini semua mata tertuju pada Igna yang berdiri di depan layar. Dengan mantap Igna bergeser lalu menampilkan dan memberi penjelasan singkat tentang slide-slide yang telah ia siapkan semalam. Beberapa point permasalahan, solusi, lalu visualisasi secara langsung tentang program yang menjadi terobosan barunya.

"Berapa estimasi biaya dan waktunya?" tanya Adrian setelah puas mendengarkan ocehan singkat Igna di depan.

"Hasil perhitungan kotor saya memperkirakan dua koma empat miliar rupiah dengan estimasi pengerjaan tiga sampai empat bulan. Diharapkan awal tahun nanti sudah siap luncur."

"Sudah dengan uji simulasi?"

"Tentu."

Beberapa anggukan terlihat dari tiga atau empat petinggi perusahaan yang hadir. Lalu Adrian berdiri dan merapikan jasnya. "Okay. Seseorang tolong siapkan tim untuk Mishal. Saya akan menghubungi menteri kelautan untuk terobosan kita yang satu ini. Dan Mishal."

"Yes, Sir?"

"Tiga sampai empat bulan. Tidak kurang, tidak lebih. Persiapkan diri untuk rapat di Kementrian secepatnya."

Igna mengangguk yakin dan berkata, "Saya mengerti."

Setelah Adrian keluar dari ruangan, seperti yang sudah Igna kira, beberapa orang memberi selamat, beberapa orang langsung keluar mengikuti Adrian, dan ia juga mendengar cibiran orang-orang lain. Well, mungkin mereka iri.

Then prove that I'm not worthy, you dickhead!

Tak berlama-lama, Igna memutuskan untuk ikut keluar dari ruangan. Tangannya mengepal di udara dan ia tersenyum puas. Ahh... Menyenangkan sekali! Ia harus segera menyusun tim baru!

Hanya butuh satu setengah jam bagi Igna untuk bertemu dan memberi brief lengkap pada timnya. Setelahnya ia harus segera pergi ke bandara. Pesawat yang akan mengantarnya ke Singapura sudah menunggu.

Ohh... I gotta call my bank for my pick up in the airport.

"Mince."

-o-o-o-

Sambil mengikat rambutnya, Igna memperhatikan layar di hadapannya. Ia sungguh kesal dengan cara kerja di Singapura. Seharusnya mereka bisa langsung ke permasalahan. Tapi protokol-protokol itu terlalu menakutkan rupanya bagi beberapa orang. Huh, birokrasi!

Waktu empat hari itu seharusnya bisa Igna gunakan dua hari untuk bekerja dan dua hari sisanya untuk jalan-jalan! Memangnya mereka betah apa bekerja di hari Sabtu dan Minggu begini? Igna pikir hanya ia yang kuat bekerja di weekend. Ternyata ada juga orang-orang yang sepertinya. Hanya saja, mereka tentu sangat tidak ikhlas dan mengerjakannya dengan marah-marah.

"Shal, di mana?"

"Di Singapore. Sibuk, Beb. Kenapa?"

"Oh. Sibuk banget, ya?"

"Iya. Kenapa?"

"Diajakin hangout sama Dee. Ini bulan-bulan lo sibuk nggak sih?"

"Iya. Tiga bulanan. Gue nggak bisa kalau sekarang."

comfort zoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang