Bukan Sahabat | 18 | Move on?

93 4 1
                                    

Dulu kamu adalah duniaku, tetapi sekarang kamu hanyalah seutas kenangan indah yang pernah ada di dalam lembaran buku diary-ku.
- Cattleya Minerva.

***

Hari ini Leya ditemani Sisil sedang mencari sebuah hadiah untuk seseorang yang telah membuat gadis pemilik mata tajam itu tidak bisa tidur karena tersenyum-senyum setiap malam.

Bukan sekaedar gombalan semata, namun rasa tulus dari setiap kata yang Bara ucapkan kepada Leya, membuatnya benar-benar merasa bahagia.

Jika dulu Bimo, maka sekarang adalah Bara.

Leya memang tak pernah merasakan jatuh cinta atau berpacaran. Namun, setelah mengenal Bimo dan Bara, ia makin mengetahui banyak hal tentang cinta.

Sedikitnya rasa bersalah masih menyelimuti hatinya. Leya takut jika Bara menganggap bahwa ia hanyalah seorang tempat pelampiasan di kala pemeran utama pergi. Padahal pemeran utama sebenarnya adalah dia.

Lega benar-benar takut jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya. Maka dari itu Leya semaksimal mungkin mengatur waktu agar tidak terhalang saat belajar dan tetap memberikan waktu untuk Bara.

Sekarang Leya dan Sisil sedang muter-muter di salah satu Mall paling luas di Bandarlampung, yaitu Mall Bumi Kedaton. Di sana,  Leya sedang mencari hadiah yang pas untuk kekasihnya dengan bantuan Sisil. Kenapa Sisil? Karena Sisil sangat handal dalan hal memilih-milih barang. Beda dengan Leya, yang menurutnya oke, maka ia langsung akan ambil.

"Lo mau ngado apa emang Ya?"

"Emm ... gue masih bingung sebenernya," ungkap Leya.

"Yaudah gak apa-apa Ya, gue bakalan bantu lo sampe kadonya ketemu dan dijamin pastinya bagus!" papar Sisil.

Mereka berdua terus memutari Mall Bumi Kedaton tersebut hingga akhirnya Sisil menemukan toko yang pas bagi kekasihnya Leya itu.

"Ya," panggil Sisil.

"Lo liat tuh toko jam itu, gimana kalau lo kadoin dia jam tangan aja?" usul Sisil.

"Gue gak tau sih dia suka apa eng—"

"Pasti suka!" tukas Sisil lalu menarik tangan Leya agar masuk ke toko jam itu.

"Beliin yang warna apa coba? Bingung," gumam Leya.

Mata Leya menangkap bahwa Sisil juga ikut memilih, kepalanya terus berpikir apa Sisil juga akan membeli jam baru untuknya?

"Sisil," panggil Leya.

"Hm?" gumam Sisil membalas.

"Lo ... beli juga?" tanya Leya.

"Enggak, ini gue beli buat cowok gue," tutur Sisil lalu kembali memilih jam tangan yang cocok untuk pacarnya.

Leya membuang napasnya berat. Kepala pusing sekali, mungkin efek telat makan ditambah dia harus berpikir jam mana yang paling bagus dari banyaknya model dan gaya jam yang terpasang di loker kaca ini.

Retina Leya melihat ada jam berwarna hitam yang tebal dan lebar. Tangannya pun bergerak untuk mengambil jam tersebut. Matanya berbinar dan senyumnya terbit saat meneliti setiap sudut jam tersebut.

"Sil gue usah ketemu kadonya."

***

Bel sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu namun tubuh Leya belum juga bergerak untuk melangkah meninggalkan kelas. Ditemani Sisil dan Yona yang sudah bergerutu karena Leya sangat amat pemalu untuk memberi kado ulang tahun Bara yang sedang berlangsung pada hari ini.

"Ya, lo mau sampe gue naik haji ya baru dikasih tuh kado?" cibir Sisil.

"Tau nih, udah sih Ya tinggal kasih aja apa susahnya coba?" timpal Yona yang ikut mengomel.

"Gue ... malu." Kepala Leya menunduk sambil memilin tali paper bag yang ia pegang sedari tadi.

"Yaudah biar gue aja sini yang kasih ke dia," saran Sisil.

"Kok lo sih?" protes Yona pada Sisil.

"Ya daripada kita berdiam diri tanpa kejelasan?" simpul Sisil.

"Yaudah terserah!"

"Gimana Ya?" tanya Sisil.

"Yaudah deh, ini." Leya memberikan paper bag berwarna kuning keemasan itu kepada Sisil.

"Makasih banyak ya Sisil, lo udah mau bantuin gue," ungkap Leya.

"Santai aja, yaudah gue duluan ya?" pamit Sisil.

"Eh, gue juga deh, bye Leya!"

Dari kejauhan Leya bisa melihat bahwa Bara telah menerima hadiah darinya. Hatinya lega dan senang tapi tiba-tiba keraguan muncul di pikirannya. Dia takut jika hadiahnya tidak akan disukai oleh Bara.

"Semoga aja dia suka, amin."

***

"Kenapa ya orang-orang suka banget minta contekan?"

"Akhir-akhir ini banyak banget yang deketin Leya, tapi semuanya berakhir minta contekan, padahal Leya 'kan gak tau banyak juga."

Malam ini Leya sedang berceloteh dengan teman masa kecilnya, yakni boneka gajah berwarna biru laut yang sudah usang. Leya memang sangat rajin berceloteh dengannya. Tapi akhir-akhir jarang karena tugasnya mulai banyak, waktunya juga dibagi untuk belajar dan pacaran dengan Bara. Sehingga baru kali ini ia bisa cerita dengan bonekanya itu. Bahkan Leya sudah jarang menulis di buku diary-nya akhir-akhir ini.

"Apa mereka juga sama kayak temen-temen Leya yang dulu-dulu? Cuman mau ada maksudnya aja sama Leya, setelahnya bakalan say good bye pas Leya butuh bantuan."

"Tapi ... kenapa gitu terus?"

"Kamu tau?"

"Ah! Percuma aku nanya sama kamu, gak akan ada jawabannya juga 'kan?"

Leya menjatuhkan badannya ke atas kasur sambil membayang-bayangkan kejadian masa lalu lewat tatapan ke atas dinding-dinding langit.

"Gue ... kangen Bimo. Kangen banget ... tapi ..."

"Gue kangen Bara juga, kenapa Tuhan? Kadang Leya gak paham sama semuanya."

"Apa aku udah move on beneran? Tapi kenapa bisa?"

"Jika memang mencintai dua orang itu gak pernah ada, lalu kenapa aku bisa?"

"Apa orang kedua adalah kepastian yang sesungguhnya dan orang pertama adalah masa lalu yang masih tersimpan di dalam memori-memorinya?"

Leya bangkit dan duduk di atas kasurnya.

"Kenapa serumit ini ya kisah cinta Leya?"

"Tapi, Leya cuman mikirin Bara, Bara, dan Bara. Bimo udah jarang banget."

"Artinya udah move on 'kan?"

Leya mengacak rambutnya karena pusing. "Mau chat Lusi tapi dia lagi jalan sama Aldi," dengusnya kesal.

***

- sayketa -

Ditulis : Lampung Selatan, 19 Agustus 2020

Di rilis : Lampung Selatan, 19 Agustus 2020

.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!💖💖💖💖💖

Bukan Sahabat [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang