Bukan Sahabat | 15 | Jalan lagi?

98 10 0
                                    

"Janji gue adalah membahagiakan lo."
- Bara Rizki Gutama.

***

Leya sedari tadi tak bisa fokus dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung sekarang ini. Pelajaran Matematika yang biasanya ia sukai menjadi tak terlihat istimewa lagi. Pikirannya melayang tentang kejadian semalam.

"Please, jangan muncul lagi dong, gue mau fokus belajar dulu."

Leya membuang napasnya, lalu menatap papan tulis kembali. Tiba-tiba sebuah gumpalan kertas jatuh di atas mejanya. Tangan Leya pun langsung memegang kertas gumpalan tersebut dan menoleh ke arah kanan dan kiri untuk mendapati orang yang telah melemparinya.

"Siapa sih?" gumam Leya.

Leya menggedikkan kedua bahunya lalu memfokuskan dirinya lagi pada papan tulis yang sudah penuh dengan angka dan rumus-rumusnya. Tetapi lagi dan lagi gumpalan kertas jatuh di atas mejanya, membuat Leya berdecak kesal lalu menoleh ke kanan kiri untuk menangkap oknum yang sedang iseng ini.

"Siapa sih? Iseng banget!"

Leya bergerutu di dalam hatinya karena dongkol. Siapa sih yang gak kesel pas lagi mencoba fokus ke satu titik malah dibuat bubar begini? Ini bukannya Leya nambah fokus malah nambah gagal fokus terus.

"Leya."

"Leya."

Leya mendengar suara bisikan memanggil-manggil namanya. Leya pun menoleh mencari asal suara itu. Akhirnya ia mendapati siapa orang tersebut.

Dirga.

Leya mengintrupsi lewat mimik wajahnya sambil berkata, "Apa?"

Leya menyatukan kedua alisnya tak mengerti apa yang sedang diucapkan oleh Dirga.

"Astaga dia ngomong apa sih?"

Leya pun mengisaratkan untuk diam. Leya lelah jika harus seperti ini, tak mengerti apa yang sedang diucapkannya tanpa suara itu. Apa Dirga orang yang sama dengan orang yang tadi melemparinya gumpalan kertas tadi?

"Leya!" panggil guru Matematika.

Leya yang sedang menoleh ke arah Dirga dengan cepat menatap guru killer tersebut.

"Ah iya Bu? Kenapa?"

"Maju ke depan, dan selesaikan soal ini," perintah guru itu sambil menunjuk soal dengan penggaris kayu berwarna kuning miliknya.

Leya pun bangkit dan berjalan mendekati papan tulis, menyambut spidol hitam yang diberikan oleh guru Matematika itu.

"Aduh, gue 'kan tadi gak merhatiin bener. Gimana ini?"

"Kenapa diam saja Leya?" tanya guru Matematika tersebut seolah tau kalau Leya sedang bingung.

"Iya Bu sebentar, saya lagi mikir sebentar," jawab Leya yang berusaha menutupi kegugupannya.

"Ayo Leya, lo pasti bisa, pasti bisa, pasti bisa!"

Tidak lama tangan Leya mulai membuka tutup spidol itu dan bergerak menuliskan rumus-rumus dan angka-angka dari pertanyaan yang ada di papan tulis.

Leya menatap guru Matematika tersebut sambil memberikan spidol hitam dan kembali berjalan ke tempat duduknya.

"Bagus Leya, kamu memang selalu bisa diandalkan!" seru guru Matematika tersebut senang.

Leya hanya menanggapinya dengan senyuman kecil. Namun suara-suara itu muncul kembali membuat Leya harus menahan semua rasa sakitnya.

"Ya namanya juga anak cupu jadi ya gitu, hobinya belajar terus ampe mampus!"

Bukan Sahabat [Completed✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang