Chapter 2.

2.2K 304 81
                                    

"ARGHH RYUJIN!" pasien dengan papan nama 'Lee Lucy' itu berteriak setelah menatap wajahnya lewat pantulan cermin. "WHAT THE HELL?! Kenapa my face lebam begini?!" histeris Lucy dan melempar cermin ke sofa.

Shin Ryujin, asisten pribadi Lucy hanya berdecak dan menggeleng pelan menginsafi sikap lebay Lucy. "Biasa aja sih. Kenapa harus his-"

"BIASA AJA?! Kau kan tau ini butuh perawatan mahal buat rawat kulitku!" garangnya. Mata sipit dan bibir tipisnya itu seolah mendukung wajahnya agar berekspresi dingin.

Ryujin melipat tangannya di depan dada seraya memutar bola matanya malas. "Untung gajiku besar," gumamnya.

"Panggilkan dokter," titahnya dingin.

Ryujin gelagapan, "ap-apa?"

"Panggil dokter yang menanganiku mengerjakan hal sepele aja tidak bisa!" garangnya lalu mengibas rambut sepinggangnya itu.

Ryujin berdecak panjang, "aku akan panggil. Tapi habis ini aku akan langsung balik ke Amerika!" kesalnya.

Mata Lucy membulat. "What? Kau harus disini menemaniku!"

Ryujin mengangguk terpaksa, "terserah! Yang penting setelah aku memanggil dokter, kau akan langsung pulang!" kesalnya lalu berbalik menulikan telinganya lalu berjalan keluar ruangan Lucy.

Dengan wajah garang Lucy mencibir, merutuki Ryujin dan dokter yang menanganinya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Lucy sudah bersiap saat mendengar langkah kaki, pasti dokter perut buncit berkacamata jelek dan tua yang menanganinya, batin Lucy.

"KENAPAKAUBODOHSEKALITIDAKBISAMENANGANIPASIENDENGANBAIKDANBENARGARAGARAKAUWAJAHKUJADILEBAMDANBESOKAKUADAPEMOTRETANKAUHARUSTANGGUNGJAWAB!" Lucy memekik hingga wajahnya memerah karena marah.

Mata tajam Lucy menatap nyalang ke dokter yang kini tengah mengganti cairan infus dan ada di samping ranjangnya. Namun, tatapan Lucy melemah saat mata sang dokter yang menatapnya dengan sorot dingin.

"Sudah baikan?"

Suaranya membuat tubuh Lucy menegang. Tidak pernah Lucy melihat orang sesempurna itu. Bahkan ia tidak pernah menemui pria seperti ini di Amerika. Seketika pipi Lucy memerah karena menahan malu, semua pikirannya salah mengenai dokter gendut, jelek dan tua. Dokter yang menanganinya malah sangat tampan, muda, gagah, dan mempunyai tampang cool. Seperti pria idamannya.

Lucy berdehem lalu menegakkan posisi duduknya, berusaha menarik perhatian dokter. Ia melihat papan nama si dokter, 'Hwang Hyunjin,' Lucy tersenyum miring, "you're mine!" ucapnya dalam hati.

"Ak-aku rasa tanganku sakit," ucap Lucy seraya meringis, dengan sengaja ia melepas jarum infus secara paksa tanpa sepengetahuan Hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ak-aku rasa tanganku sakit," ucap Lucy seraya meringis, dengan sengaja ia melepas jarum infus secara paksa tanpa sepengetahuan Hyunjin.

Hyunjin langsung memeriksa tangan Lucy, Lucy semakin tersenyum saat Hyunjin menatap intens telapak tangannya. "Tidak ada yang salah,"

The Doctor Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang