056| Sayatan?

2.3K 147 15
                                    

"Aeera!"

Suara yang terdengar itu memperalihkan perhatian Aeera dan Felix.

Rupanya suara itu berasal dari Febi yang baru saja membuka matanya.

Felix tersenyum miring ke arah Febi.
"Lo bangun di saat yang tepat, Febi. Lo akan jadi saksi penderitaan Aeera saat gue nanti menyayat kakinya sampai lumpuh."

Febi meneguk salivanya kasar mendengarkan perkataan Felix. Mengapa Felix dengan begitu mudahnya mengatakan perkataan yang mengerikan seperti itu. Ia bisa melihat keadaan Aeera saat ini jauh lebih buruk darinya. Aeera begitu sangat terlihat ketakutan.

"Kenapa kak Felix jahat banget sama Aeera! Apa yang kak Felix mau?!" Febi berteriak lemah.

"Gue udah bilang 'kan gue cuma ingin balas dendam sama Aeera. Andai saja dia bukan anak dari wanita itu, pasti hidup Aeera nggak bakal kayak gini!" balas Felix.

"Tapi...."

"Lo banyak bicara ya, lo bisa ganggu aksi gue," ujar Felix seraya mengambil lakban yang berada di meja belakang Febi. Felix langsung memotong lakban tersebut lalu menempelkannya ke mulut Febi.

"Hmmpph hmmpph."
Hanya itulah yang bisa diucapkan Febi saat melihat Felix semakin melangkah ke arah Aeera. Sungguh air matanya seketika jatuh bercucuran, ia tidak ingin Aeera sampai kenapa-napa.

Aeera menutup matanya, ketika pisau yang dibawa oleh Felix sudah mengenai kakinya. Ia menangis kesakitan, Aeera terus berdoa agar seseorang segera menyelamatkan dirinya dan Febi.

"Awwh," erang Aeera saat Felix sudah menyayat lututnya hingga mengeluarkan darah.

Felix menyeringai melihat wajah Aeera yang nampak kesakitan.

"Aeera!" Teriakan dari seseorang yang sangat dikenal oleh Aeera, Felix dan Febi membuat mereka bertiga menoleh ke sumber suara.

Aeera membuka matanya, sungguh ia sangat merasa bersyukur karena orang yang dari tadi ditunggunya ternyata saat ini benar-benar datang.

"Kak Arsen," lirih Aeera.

"Arsen? Aldo?" Felix mendengus kesal karena mereka berdua menggagalkan aksinya.

Arsen dan Aldo tentu bisa melihat darah yang keluar melalui lutut Aeera, mereka mengalihkan pandangannya ke arah pisau yang dipegang oleh Felix.

"Brengsek lo, Felix!" Arsen dan Aldo berkata serempak seraya melangkah mendekati Felix.

"Berhenti kalian!" teriak Felix.
"Kalau kalian nggak mau liat Aeera mati!" Felix sekarang sudah berada di samping Aeera seraya memenggal kepala gadis tersebut dengan tangan kirinya, dan tangan kanan Felix memegang pisau yang diarahkan di leher Aeera.

"Felix jangan!" teriak Arsen.

Aldo sempat melirik ke arah Febi, sebelum menatap Felix.
"Kenapa lo bisa jadi kayak psikopat gini Lix?! Aeera dan Febi itu teman lo! Lo itu sahabat baik gue dan Arsen!"
Sial! Lagi-lagi air mata Aldo terjatuh karena tidak percaya Felix bisa melakukan semua ini.

"Felix, gue mohon lepasin Aeera dan Febi. Gue tau lo orang baik Lix, gue dan Aldo itu sahabat baik lo. Gue janji, gue akan lupain semua ini kalau lo lepasin mereka berdua." Arsen sangat memohon kepada Felix, ia juga sempat menitikkan cairan bening dari matanya.

Felix menatap Arsen dan Aldo jengah.
"Apaan sih lo berdua?! Mending kalian jangan ganggu aksi gue. Tenang Do, tujuan gue cuma Aeera bukan Febi!" ujarnya.

"Lix, lo kenapa jadi gini sih? Ini bukan lo, Lix. Lo kenapa bisa sampai bunuh tante Riska dan sekarang lo ingin nyakitin Aeera. Kenapa Lix?!" sahut Arsen. Sungguh Arsen sekarang sangat lemah mengetahui Felix bisa melakukan hal sekeji ini tepat di depan matanya.

"Kalau lo punya masalah sama keluarga Aeera, Lix, kita bisa selesaiin baik-baik. Felix yang selama ini kita kenal, selalu berpikir sebelum bertindak. Lo jangan ngerusak persahabatan kita dengan cara lo yang kayak gini," lirih Aldo.

Arsen mengangguk mendengarkan perkataan Aldo seraya seperti memohon kepada Felix. Felix mengedarkan pandangannya, ia bisa melihat saat ini semua orang sedang menjatuhkan air mata.

Cairan bening juga ikut keluar dari mata Felix. Ia menatap Arsen dan Aldo seperti menyesal. Tapi tidak, ia lalu kembali menyeringai dan menyeka air matanya.

"Lo mau tau kenapa 'kan gue ingin ngehancurin keluarga Aeera?! Karena nyokap Aeera telah buat keluarga gue menderita! Andai saja wanita bitch itu nggak masuk di kehidupan gue, papa gue masih hidup sampai sekarang dan mama gue nggak gila!" teriak Felix.

Jelas dari wajah Felix tersimpan rasa sakit yang amat dalam. Air matanya sempat kembali terjatuh. Namun ia kembali tersenyum miring ke arah Arsen dan Aldo.

"Lo berdua sahabat gue 'kan? Bahkan kalian nggak pernah nanya kenapa papa gue bisa meninggal! Kalian nggak pernah nanya kenapa mama gue gila! Kalian nggak pernah tau apa yang selama ini gue alamin! Kalian berdua terlalu sibuk dengan urusan kalian sendiri!" teriak Felix. Wajahnya memerah karena marah, air matanya kembali terjatuh.

"Lix kita...."

"Tapi saat gue bunuh mama Aeera, kalian berdua mati-matian buat bikin dia bisa ketawa lagi! Kalian semua cari bukti tentang pembunuhan itu! Sedangkan gue, cih. Apa itu namanya sahabat?!" lanjut Felix memotong perkataan Arsen.

Arsen dan Aldo merasa menyesal. Mereka tidak tau jika papanya Felix meninggal karena di bunuh. Mereka hanya tau papanya Felix meninggal dan membuat mamanya gila.

Felix tidak pernah menceritakan semua itu kepada mereka berdua. Tapi mereka berdua sempat bertanya apa yang menyebabkan papanya Felix bisa meninggal, namun Felix tidak menjawabnya.

Tapi tetap saja Arsen dan Aldo sangat merasa bersalah. Mereka berdua selalu sibuk dengan urusan masing-masing. Benar apa yang dikatakan Felix. Mereka berdua tidak pantas disebut sahabat.

Aeera juga merasa sangat bersalah atas apa yang selama ini dialami oleh Felix. Benar, ia telah merusak persahabatan antara Felix dan Arsen juga Aldo.

"Lix, kita berdua minta maaf sama lo. Kita kira lo nggak mau nyeritain masalah lo sama kita, maaf Lix," ujar Arsen.

"Kak, aku juga minta maaf sama kak Felix," lirih Aeera seraya dari tadi menahan kesakitan di lututnya.

"Gue udah bilang 'kan, gue akan maafin lo jika hidup lo menderita. Dan kalau lo lumpuh lo akan menderita," balas Felix tepat di telinga Aeera.

Arsen, Aldo dan Febi jelas mendengar perkataan Felix.

"Felix, gue sangat mohon sama lo. Please jangan nyakitin Aeeea. Lo bisa potong kaki gue sebagai gantinya," sahut Arsen.

Aeera dan Aldo langsung menggeleng mendengarkan perkataan Arsen

"Nggak kak Arsen,jangan ngomong gitu!" ujar Aeera.

"Lix, apa lo punya bukti kalau mama Aeera yang bunuh nyokap lo?" tanya Aldo masih tidak percaya apa yang dikatakan Felix.

"Itu tidak benar!" Semua orang mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Terlihat kakek Mario dan beberapa polisi yang seraya mengarahkan pistolnya ke arah Felix.

"Jangan mencoba mendekat! Kalau kalian tidak mau Aeera kenapa-napa!" Felix semakin mendekatkan pisau ke arah Aeera. Aeera sangat merasa ketakutan.





_______________

Tbc

VERLEDEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang