038| Mungkin Akhir

2.1K 153 6
                                    

Setelah apa yang diumumkan oleh cucunya, kakek Mario langsung menemui Aeera dan mamanya yang saat ini masih berada di UKS sekolah SMA Bina Bangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah apa yang diumumkan oleh cucunya, kakek Mario langsung menemui Aeera dan mamanya yang saat ini masih berada di UKS sekolah SMA Bina Bangsa. Dengan perasaan sangat malu, kakek Mario mulai melangkah memasuki ruangan dimana Aeera dan Riska berada.

"Ngapain Anda ke sini!?" Suara itu berasal dari Riska yang sudah lama tersadar dari pingsannya. Tentu ia juga mendengarkan pengumuman dari laki-laki yang sekarang berstatus sebagai pacar dari putrinya.

Kakek Mario masih melihat Aeera menangis, sungguh kakek Mario sebenarnya sangat malu saat ini.

Dengan menyatukan kedua tangannya, menghilangkan harga dirinya, kakek Mario mulai memohon kepada Riska.
"Saya Mario Wijaya sangat merasa bersalah akan kejadian yang kalian berdua alami, bila mungkin tolong maafkan saya."

Sejujurnya Riska dan Aeera sangat marah dengan para keluarga Wijaya, tapi biar gimanapun kakek Mario jauh lebih tua dari mereka berdua. Sangat tidak sopan bila mereka membiarkan kakek Mario memohon seperti itu.

"Nggak Kek, Kakek hanya salah paham. Kakek nggak pantes memohon seperti ini kepada Aeera dan mama," ujar Aeera. Riska hanya diam saja, sungguh hatinya sangat begitu sakit apalagi ketika dia tau selama ini putrinya dijadikan seorang babu oleh anggota keluarga Wijaya

"Kamu sangat baik, Aeera. Kakek mohon maafkan atas kesalahan Kakek dan Arseno, di...."

"Saya akan memaafkan Anda dan Arsen, bila cucumu itu tidak lagi bertemu dengan Aeera. Dan, saya pastikan Aeera akan pindah dari sekolah ini!" Suara Riska memotong perkataan kakek Mario. Ini adalah keputusan yang terbaik menurutnya.

Tanpa diketahui oleh siapapun, Arsen sudah dari tadi berada di seberang pintu UKS. Ia mendengarkan semua perkataan Riska, sungguh hatinya saat ini sangat sakit. Apa ini adalah akhir kisahnya dengan Aeera.

Arsen berlari tanpa tujuan setelah kejadian tersebut. Napasnya memburu. Dadanya seakan sesak. Ia keluar meninggalkan lingkungan sekolah Bina Bangsa. Sakit yang dirasakan kali ini sangat berkali-kali lipat daripada dengan masa lalunya. Arseb benar-benar tidak ingin kehilangan sosok Aeera.

Air mata Arsen terus mengalir tanpa henti, ia tidak mempedulikan olokan orang-orang disekitarnya.

Arsen berjalan dengan langkah gontai, bahkan ia tidak mempedulikan klakson mobil yang terus saja berbunyi menyuruhnya agar menepi.

Tiinn tiinn tiinn tiinn

Bunyi klakson mobil tersebut semakin terdengar jelas, namun Arsen tetap saja melangkah di tengah jalan raya. Pikirannya hanya tertuju dengan satu orang, yaitu Aeera Alexa Kiana.

"Awass!!!" Seseorang dengan tiba-tiba menarik tangan Arsen ketika mobil tersebut hampir saja menabraknya.

Arsen tersentak kaget, membuatnya tersadar. Kejadian saat ini mengingatkan Arsen tentang pertemuannya pertama kali dengan Aeera.

"Aeera!" gumam Arsen.

Saat Arsen mengangkat kepala untuk melihat seorang yang telah menolongnya itu, Arsen langsung menyentak tangan yang masih saja disentuh oleh sang penolong tersebut.

"Kamu apaan sih, Arsen! Kamu gila hah?!" Arsen tidak mempedulikan perkataan orang tersebut.

Tunggu, Arsen merasa heran, kenapa gadis ini berada di jalan raya dekat sekolahnya. Apa dugaan Arsen benar bahwa gadis ini yang telah mengirimkan pesan misterius tersebut.

"Kok lo bisa ada disini?!" sentak Arsen.

"Aku mau daftar ke sekolah kamu, nanti kelas dua belas, kita akan kembali sekolah bareng," jawab gadis itu seraya menaikkan kedua sudut bibirnya.

Arsen berdecak mendengarkan perkataan mantannya tersebut. Tidak, ia tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan dari seorang Nayla Alifia.

"Kamu belum bilang sama aku, kenapa tadi kamu nggak denger bunyi klakson tadi! Kamu mikirin apa, Arsen? Untung aku tepat waktu nolong kamu, kalau nggak kamu bisa aja...."

"Bisa apa?! Gue nggak minta lo nolong gue!" potong Arsen.
"Makasih!" lanjutnya agar dirinya tidak memiliki hutang dengan seorang Nayla.

Nayla kembali tersenyum."Iya sama-sama."

"Cuihh!" Arsen meludah lalu menatap tajam ke arah Nayla.
"Lo 'kan yang udah nyebarin pesan tentang almarhum papa Aeera!" ketus Arsen.

Nayla menelan salivanya susah payah mendengar perkataan Arsen.
"Maksud kamu pesan apaan?" tanyanya.

"Nggak usah sok polos deh lo!" lanjut Arsen.

"Beneran Arsen, emangnya pesan tentang apa sih? Kok kamu kayak marah banget gitu?" tanya Nayla seraya menaikkan sebelah alisnya.

Arsen tidak menanggapi perkataan Nayla, ia belum sepenuhnya percaya dengan perkataan gadis itu. Arsen langsung saja melangkah untuk pergi meninggalkan Nayla.

"Arsen!" panggil Nayla dengan mengikuti langkah Arsen.
"Kok kamu belum jawab pertanyaan aku, sih?"

"Lo bisa diam nggak sih! Lo lebih baik pergi!" ketus Arsen, wajahnya memerah menandakan dirinya sangat emosi.

"Kan aku...."

"Pergi! Sebelum gue main kasar sama lo!" teriak Arsen.

Melihat kemarahan yang jelas terpancar dari Arsen tentu membuatnya takut, tentu ia langsung saja pergi meninggalkan Arsen.

"Kamu akan nyesel lakuin semua ini sama aku, Arseno!" batin Nayla karena merasa kesal.

Arsen kembali berjalan gontai, pikirannya hanya dipenuhi seorang Aeera. Bahkan tante Riska sekarang pun membeci dirinya setelah pengakuan yang ia katakan di sekolah. Ia tidak ingin hubungannya dengan Aeera berakhir sampai di sini.

Arsen butuh pelampiasan.
Ia melihat seorang wanita paruh baya, dengan sengaja Arsen mengambil tas yang dikenakan ibu tersebut. Tentu orang-orang yang melihat aksi Arsen langsung berlari menuju kearahnya untuk menyelamatkan ibu yang menurut mereka sedang dirampok.

Bugh

Bugh

Pukulan dari banyak orang terus didapatkan oleh Arsen karena aksinya. Arsen tidak memberontak, ini adalah keinginannya. Darah segar sudah bercucuran dari beberapa bagian tubuhnya.

Arsen tidak peduli jika sekarang dia mati sekali pun. Sakit yang diterima dari pukulan beberapa orang saat ini, tidak sebanding dengan perasaannya saat mendengar perkataan Riska. Mata Arsen mulai burem, mungkin ini adalah akhir kisah dirinya.

"Berhenti!" teriak seseorang yang melihat Arsen sedang dikeroyok.









______________________

Tbc

VERLEDEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang