Kesehatan tubuh memang duperlukan,
Tapi kesehatan rohani lebih diperlukan.~L~
***
"Mmm..enak!" seru levin saat memakan Martabak telur itu. Leya yang melihat ikut terbawa suasana.
Saat leya hendak mengambil 1 potong Martabak, levin segera menepis Tangan Leya. Leya terkejut.
"Dek!!" Panggil leya kesal. "Pengen satuuuu aja yah" pinta leya prustasi. Padahal dia sendiri yang membuat jadi dia juga yang minta.
"Cuwbci tangan dwulu kak" jawab levin kesusahan menelan. Tanpa babibu leya segera ke westapel dikamar mandi milik levin dan kembali dengan keadaan tangan yang bersih.
"Eh..mau ngapain?" tanya levin, saat tangan leya mengambil dan mengunyah salah satu potongan martabak.
"Kok dimakan sih kak, itukan punya adek" geram levin cemberut. Leya terkekeh.
"Kakak ngiler dek liat kamu kayak yang enak makan martabaknya" ucap leya setelah menghabiskan satu potong martabak dengan menjilati ujung jari nya.
"Tapi kan kakak bisa buat lagi, ini punya levin" levin masih kesal. Arsil yang melihat kelakuan dua anaknya hanya bisa menggeleng dan sesekali tersenyum.
"Kalian ini, baru aja akur udah berantem lagi" Ucap arsil tiba tiba. Leya dan levin masing masing menoleh ke sumber suara. Disana ada arsil yang sedang bersedekap dada di depan pintu sambil tersenyum.
"Eh momy sejak kapan nguping?" tanya leya. Levin mengangguk untuk mengiyakan. Arsil tampak berpikir.
"Sejak kalian pelukan" ucap arsil tersenyum jail. "ciyeee akur" sambung arsil. Levin dan leya saling adu pandang dan kembali membuang muka kearah lain.
"Nggak kok mom, siapa yang akur? Males banget akur sama cewek Petakilan kayak dia" ucap levin sambil pura pura bergidiq sesekali melirik leya yang seperti nya sama halnya menyangkal keakuran mereka beberapa menit lalu.
"Lo pikir gue mau gitu akur sama lo" tambah leya elak. Leya bangkit dan pergi melewati arsil. Levin kembali mengunyah martabak menghiraukan kehadiran sang ibu.
Arsil menggeleng sekali lagi. Kedua spesies ini sepertinya tidak akan pernah mengaku saling menyayangi, pikirnya.
Hari sudah siang, Levin masih bergelut dengan selimutnya. Sedangkan leya Sibuk dengan materi sekolah onlinenya. Arsil menatap leya putrinya,
"Kak, Gak cape apa mata kamu dipake liat layar hp terus" ucap arsil duduk disamping kursi belajar leya.
"Gimana lagi mom, Kalo aja gak ada corona pasti leya gak akan sibuk sama handphone dan juga laptop" Semenjak pandemi covit-19 kehidupan yang biasanya selalu menyenangkan dengan teman teman serta guru yang mengajar langsung dikelasnya, Sekarang harus diganti dengan metode sosial distancing. Siapa yang tak kesal jika harus hidup dibawah atap rumah terus.
"Yaudah, mau momy buatin susu sama cemilan gak?" tanya arsil kasihan pada putrinya, sedang kan levin?anak itu lebih memilih bermain dan nonton tv dibanding mengerjakan tugas. Jadi tak perlu khawatir. Tapi, sekarang levin sedang sakit.
"Gak perlu mom, bentar lagi beres kok" jawab leya tanpa menoleh dari laptop nya. Arsil tersenyum.
"Kalo gini mommy jadi khawatir sama kamu kak" ucap arsil. Leya menoleh.
"Gak perlu khawatir mom, leya gak papa kok, lagi pula yang belajar dirumah bukan leya aja tapi semua siswa dan siswi" Ucap leya menenangkan arsil mommynya.
"Mommy bukan khawatir soal itu kak" jawab arsil sekenanya. Sebelah alis leya bertaut.
"Terus apa?" heran leya menatap mommynya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive [Lukas]
Fiksi RemajaSeorang gadis yang menjunjung tinggi kepercayaan. Namun, Jatuh dengan sebuah Kebohongan. . . Leya, Gadis Manis yang dibesarkan dengan rasa bersalah dari sebuah tragedi. Dan menemukan arti sebuah rasa nyaman yang ia simpan sedari dulu. . . Luka...