Tampak seorang remaja laki laki berjalan sendirian.
"HEeyyyy.. " seorang gadis menghampiri remaja pria tersebut.
"Aku?.. " tanya laki laki itu sambil menoleh.
"Iya lah lo! gimana sih, capek tahu ngejar lo hish.. " ucap gadis itu setengah berjongkok menahan lelah.
"Ada perlu? " tanya laki laki itu to the point.
"Eh.. Hehe, kenalin gue fanny.. Lo siapa? " yah gadis itu adalah fanny sambil menjulurkan tangan kanan nya.
Leya? Masih tertinggal jauh dibelakang. Huh kenapa dia meninggalkan ku?
"Ekhem!! Jadi.., ceritanya lo mau kenalan?" Tanya laki laki itu sambil terkekeh.
"Bukan bukan, lebih tepatnya gue mau ngenalin lo sama temen gue, dia malu katanya" bohong Fanny.
"Hish.. Dasar kampret. Temen sendiri lo tinggalin" ucap leya setengah berjongkok menahan lelah setelah dapat menjangkaunya.
"Haha.. Titah siapa ngejar gue" elak fanny tertawa.
"Hemm_-" gumam leya.
Saat leya menoleh, leya mendapatkan seorang laki laki jangkung, putih, ganteng, pokoknya bening.
'Deg'
'Jangan L, kamu harus tetap menyimpan perasaan mu itu, kamu tak pantas" tamparnya pada diri sendiri.
"Hi" sapa hangat laki laki itu padaku.
Leya terus menatap wajahnya. Seperti ada yg beda dari mata itu, leya mengenalnya.
"Woiiii sadar oi" lamunan leya buyar karena gadis menjengkelkan itu menoyor kepala leya keras.
"Awhsss.." rintih leya.
Fany menoleh pada laki laki itu. "Nah.. Ini temen gue" ucapnya.
"Kenalin.. Gue Rafa, kayak nya kita pernah bertemu sebelumnya" ucapnya menjulurkan tangan.
"Eh.. iya, gue Leya temennya fanny" balas leya menjawab uluran tangannya. kami sama sama membalas senyum.
------RAFA------ 16 yo. Satu sekolah dengan L, lebih tepatnya ia adalah adik kelas L. Tampan, anggota OSIS, perawakan tinggi, sudah punya doi.
Skip strakbus. (Gk tahu bener gk tahu salah_-).
"Maksud lo, lo mau jodoh in gie sama orang itu?" tanya leya pada sahabat menjengkelkan itu.
"Iya" simple.
"Cih, fan lo tahu kan gue gak suka sama dia, lagi pula dia gk mungkin juga suka sama gue" ucap leya meyakinkan fanny.
Braakk
Tiba tiba fanny menggebrak meja kaffe.
"Eh lo apa apaan sih, malu di liatin banyak orang" ucap leya mengelus tangan nya agar dia tenang.
"L, gue cuman mau yang terbaik buat lo, gue yakin dia cocok sama lo, pokoknya gue gak mau tahu..lo sama dia harus berjodoh titik" ucap finally fanny. Dengan bersedakap dada tak menghiraukan tatapan tatapan sinis dari pengunjung yg merasa terganggu. Leya hanya bisa menyatukan tangan didepan dada pada para pengunjung tempatnya duduk.
"Terserah lo fan, gue nyerah" fanny tersenyum. memang susah sekali berdebat sama calon pengacara. Yang ada kalo ngedumel sama dia diskak mulu.
Leya dan fanny memakan hidangan yang ada di meja strakbus dengan keadaan hening.
Gk tahu pada kenapa pengunjung lain ikut diam. Sudah lah leya malas dan tak mau memikirkan.
Saat duperjalan pulang, leya dan fanny saling diam. Mereka sudah merencanakan untuk pergi sekedar mencari angin. Dan banar saja, sekarang mereka sendiri yang jadi angin.
"Ley.." Meski suara itu pelan, namun leya yakin suara itu berasal dari bibir mungil bocah itu.
"Hemm ada apa? " tanya leya tanpa menoleh dan terus berjalan menyusuri taman.
"Sorry" what? Dia kenapa?
"lo kenapa?" leya menoleh padanya.
Sejenak kami berhenti di pinggiran danau.
"Sorry s-soal tadi" ucap nya mulai terbata.
"Ouh, gk papa. Santai aja kali" leya segera memalingkan wajah darinya.
"Gue tahu, sulit untuk ngelupain hal terburuk dalam hidup kita, apalagi jika kita merasa kegagalannya karena diri kita sendiri. Tapi... "
"Udah lah fan, kita jalani aja yg ada, gue masih bisa tersenyum dan bahagia meski gak ada dia, lagi pula gue gak sendiri, masih ada lo" leya merangkul sahabatnya sambil memaksakan tersenyum.
Rasanya perih jika terus mengingat hal yang ada dalam masa lalu, kuharap.. Cinta, benci serta dengki tak kan membuat leya rapuh.
Perlahan fanny mulai membalas rangkulannya. "Cause we're friends" lirih fanny namun dapat leya dengar.
______________________________________
Dua sejoli sedang merangkai kisah kasih, merka mencoba bersama dalam suka dan duka.
Berkamuflase dengan sepi yang mereka coba lupakan, Namun sepi selalu menanti, ia setia menunggu, memperhatikan dalam diam, kemudian hadir dalam hati.
Karena sepi tidak benar benar pergi.- L -
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive [Lukas]
Teen FictionSeorang gadis yang menjunjung tinggi kepercayaan. Namun, Jatuh dengan sebuah Kebohongan. . . Leya, Gadis Manis yang dibesarkan dengan rasa bersalah dari sebuah tragedi. Dan menemukan arti sebuah rasa nyaman yang ia simpan sedari dulu. . . Luka...