Aneh tapi nyata!
Sebuah Batu melepuh hanya karena api yang membara.
Ilustrasi kan Hatimu penuh kebencian.'Saraleo'
***
"SARALEO! " Jerit Penuh kekesalan Leya tidak diragukan. Bagaimana dampaknya? Semua Barang barang Rumah Sakit hancur berantakan hanya dengan sepasang tangan mungil milik Leya.
"Bukan kah sudah kukatakan berulang kali, bahwasanya aku tak pernah memiliki seorang mate apalagi TUNANGAN SEPERTIMU!" kesabaran telah habis dalam relung hatinya. Kenapa semua keluarganya memaksa bahwa ia harus menikah dengan pria soda itu.
"Leya tenanglah sayang.. Jangan sakiti dirimu dengan pas itu" lukas mengisyaratkan tangannya agar leya tak membanting pas bunga ditangannya.
"TIDAK! PERGI KAU PRIA SODA!!! " jerit leya ketakutan sembari menangis.
Dua minggu terahir leya lalui dengan beraktifitas dirumah sakit tanpa mengetahui kabar ibunya, Ditambah orang yang mengaku sebagai tunangannya.
"Nona.. Tenang, Sebentar lagi adik nona akan menemui nona" suster yang prustasi menghadapi pasien dokternya hanya bisa pasrah dan menahan jengkel terhadap orang sakit didepannya.
Suster itu perlahan membujuk Agar leya mau tenang dan memakan obat nya. Tapi leya menolak dengan menangkis kasar tangan suster itu hingga terjungkal, baru datanglah levin sang adik terkejut melihat pemandangan ruangan rawat inap kakak nya seperti sebuah goa.
"Kau tak apa apa suster?" Tanya levin membantu suster itu berdiri. Terlihat lutut serta sikunya mengeluarkan bercak darah segar dan lecet.
Suster itu hanya mengaduh dan menggeleng. Levin melirik kakaknya sendu dan memeluknya.
Grepp
"Kakak.. Apa yang kakak lakukan? Jangan menyakiti suster itu lagi ok? " levin menatap mata kosong sang kakak.
"Mommy.. " 12 hari yang lalu levin mengatakan bahwa ibu mereka berdua telah diculik oleh seorang gengster. Itu membuat leya shock dan hendak mencari ibunya. Namun, karena kondisi yang tak memungkinkan hanya levin dan semua anak buah lukas lah yang mencari.
Hingga hari ini kabar tentang ibunya belum ada hasil sama sekali. Selama sisa hari itu leya selalu melamun, menatap kosong jendela yang menampilkan langit, dan terus melirih kata mommy.
Levin yang melihat hal itu hanya bisa menatap sendu kakaknya dan mengawasinya sembari mencari keberadaan ibunya.
Pikiran leya kosong didalam pelukan adiknya. Levin membawa leya keranjang monitor dan membaringkan nya. Bisa dilihat leya lebih tenang jika menyangkut levin. Sebelum itu levin mengambil obat dari nakas meja dan memberikan obat itu beserta air putih kepada kakak nya untuk diteguk. Leya tak menolak.
Selang beberapa menit, suster menyuntikan obat penenang dinadi nya hingga perlahan kesadaran leya memudar.
"Saya sudah menyuntikan obat penenang, jadi jangan khawatir. Jika ada apa apa bisa hubungi saya atau dokter diruangannya" jelas suster itu.
"Terimakasih suster" lukas. Suster itu keluar ruangan dengan perasaan lega.
"Apa yang harus kita lakukan? " levin.
"Kuharap MS. Arsil segera ditemukan. Aku tidak ingin terus menerus menjalani hidup yg seperti ini" lukas menatap leya yang tenang dengan tidurnya. Levin menoleh.
"Ingat janji mu lukas! Kau tak boleh meninggalkan kakak ku bagaimanapun keadaannya" levin mengepal kan tangannya kuat siap memukul wajah mulus itu jika benar lukas melupakan janjinya. Lukas tersenyum miring menatap levin.
"Kau tak perlu khawatir, bagaimanapun keadaannya.. Prioritasku akan selalu kakakmu" ucap lukas tulus. Levin terlihat sedikit tenang mendengarnya.
Dretttt drrreeetttrrr..
Suara dering ponsel milik lukas berbunyi.
Klik
"Ada apa?"
"..."
"Kau serius?"
"..."
"Kalau begitu, Terus ikuti dan jangan sampai kehilangan jejak"
Klik
"Apa yang terjadi?" levin bertanya keheranan.
"Anak buah ku menemukan petunjuk ibumu berada" suara dingin itu melintas dan membuat levin gembira dan terlihat cerah.
"Mommy? Dimana dia? Siapa yang sudah menculiknya? Aku ingin bertemu dengannya"
'Cih'
"Keluarlah sikap anak mommy mu"
"Sialan kau! Katakan saja jangan mengejekku" levin terlihat kesal sekaligus malu didepan calon iparnya.
"Belum jelas, nanti mereka akan mengabari lagi" Kevin menggenggam tangan pucat milik leya dan memandang setiap inci wajah bulatnya.
Levin melihat hal itu yakin kakaknya akan bahagia dan aman berada disisi lukas.
"Kenapa kau tak menolak saat aku meminta mu menjadi ipar ku?" tiba tiba saja levin mengulang pertanyaan itu.
Lukas mendelik. " ketiga kalinya kau bertanya pertanyaan yang sama dan ketiga kalinya pula aku menjawab aku menyukai kakakmu"
"Maksudku Apa yang kau sukai dari kakak ku? Bahkan dia menolak untuk mengakui mu setelah dia sadar dari amnesia nya".
"Saat aku dan dia bertemu dalam pertemuan yang tak disengaja rasanya aku pernah melihat dia sebelumnya. Tapi, sejak saat itulah aku merasa ingin tahu dia lebih dekat" Lukas menjelaskan.
"Kau gila? " Levin tak percaya itu.
"Gila? Sepertinya ia. Karena saat melihat wajahnya.. Aku seperti seorang peramal yang tahu akan masa depan" Lukas terus menatap sambil tersenyum manis melihat wajah seseorang di hadapannya.
"Kuharap begitu. tapi yang kuinginkan kau membahagiakan kakakku, karena kebahagian nya adalah nomer satu dalam hidupku". Lukas mengagguk paham.
Ditempat lain.
"Terus ikuti orang itu!" jae mengintrupsi. Teo mengangguk dan ikut membuntuti seseorang yang mirip dengan ms. Arsil dengan hati hati. Jika mereka sampai salah kaprah maka semua rencana yang ia susun bersama lukas akan gagal seketika.
Sekitar beberapa menit dan melewati berbagai belokan gang yg sempit, wanita itu berhenti didepan rumah yang terlihat seperti.. Oh megah.
"Bagaimana mungkin ada mansion megah ditengah pemukiman gang sempit?" Jae kebingungan.
"Apa ini Jebakan?" teo bersuara.
Tak tak tak....
Suara langkah spatula menggema di lorong gang itu.
"Sial!" Umpat mereka bersamaan.
***
Siapa kamu? Dan apa mau mu dari orang sepertiku?
Nadimu!

KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive [Lukas]
Teen FictionSeorang gadis yang menjunjung tinggi kepercayaan. Namun, Jatuh dengan sebuah Kebohongan. . . Leya, Gadis Manis yang dibesarkan dengan rasa bersalah dari sebuah tragedi. Dan menemukan arti sebuah rasa nyaman yang ia simpan sedari dulu. . . Luka...