CMP [12]

756 78 1
                                    

"Iya, Beth. Aku sudah sampai."

"Oh iya. Aku melihatmu, berbaliklah."

Sesuai perkataan Beth aku membalikan badanku ke arah belakang, di sana ada Beth yang melambaikan tangannya ke arahku dan aku membalasnya.

Aku mematikan sambungan telpon dan menghampiri Beth. "Apa kau yakin akan ikut bersamaku ke Australia?"

"Jangan pernah bertanya lagi, aku sudah yakin. Lagi pula untuk apa aku di sini? Bekerja? Tidak akan ada yang menerimaku. Lagi pula aku tetap karyawanmu meski kau sudah memecatku."

"Baiklah maafkan aku. Bisakah, kau tunggu di sini sebentar sambil menjaga koperku? Aku izin sebentar ke toilet." ucapnya, aku mengangguk paham duduk di kursi tunggu.

Saat ini aku sedang berada di bandara. Rencananya aku akan ikut bersama Beth ke Australia, untungnya Beth bisa mengurus tentang visa maupun passport.

Setelah kejadian itu, untuk pertama kalinya aku menangis lagi dan cukup. Itu akan menjadi tangisanku terakhir kalinya. Aku juga tidak mau bertemu lagi dengan pria sialan itu yang telah melecehkanku.

Aku tahu, mungkin dia tidak mempunyai pilihan lain lagi untuk menyembuhkanku. Tapi, bisakah caranya jangan dengan menyentuh tubuhku segala disaat aku tidak sadarkan diri.

Aku juga tidak bermaksud mengatakan ingin disentuh olehnya. Hanya saja dia benar-benar sialan. Mengingatnya saja membuatku muak.

"Baiklah. Ayo, sebentar lagi kita akan berangkat. Untung saja kau menghubungiku secepatnya jadi aku bisa memesankan tiket mengurus visa maupun passport untukmu." ujar Beth.

"Beth. Sebelumnya terima kasih kau sudah mau membantuku."

"Tidak masalah Lucas. Kau sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Tapi, sebenarnya apa yang terjadi padamu? Saat kau menghubungiku, suaramu parau? Apakah kau baik-baik saja? Xenon tidak melukaimu bukan?" tanyanya beruntun.

"Tenanglah, Beth. Aku tidak apa-apa. Semuanya baik. Sebaiknya kita langsung masuk saja."

Beth hanya menghela nafas. Dia akhirnya setuju untuk langsung masuk. Menunggu beberapa saat sampai kita masuk ke dalam pesawat.

Mulai hari ini aku akan melupakan pria brengsek itu. Aku sebisa mungkin tidak akan pernah kembali ke negara dan kota ini. Kota ini hanya mengukir kenangan buruk saja untukku.

**

Sudah satu bulan lebih aku berada di rumah sederhana milik Beth. Ternyata Australia tidak buruk, di sini tempatnya cukup indah dan tenang. Tidak ada yang menggangu sejauh mata memandang, meskipun akhir-akhir ini aku selalu merasa cepat lelah dan pusing.

Apalagi jika mencium bau parfum yang dipakai Beth membuatku selalu mual dan ingin memuntahkan sesuatu, padahal Beth bilang bahwa parfumnya itu rasa mint dengan kata lain jika tercium akan menenangkan indera penciuman.

Tapi tidak untukku, karena itu merasa menusuk dan mengakibatkan perutku mual dan ingin memuntahkan sesuatu. Benar-benar menyiksa.

"Bagaimana harimu, Xenon?" tanyaku dalam sambungan telpon.

Sebenarnya setelah tiga hari aku pergi, aku mencoba memberanikan diri untuk menghubungi Xenon dengan nomor baruku. Tentu saja tanpa sepengetahuan siapapun terkecuali Beth.

Sampai sekarang masih sering berkomunikasi dengannya dan meminta Xenon untuk tidak mengatakan pada pria brengsek itu bahwa aku berada di Australia.

"Hariku sama saja. Tidak ada dirimu segalanya membosankan."

Criminal Meet Psychopath [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang