l-o-w-k-e-y [NAHYUCK]✔️

🍓Halcyon II🍑

Don't Like, Don't Read!
.

Halcyon II

written by : swwtbubbly
edited by : admin

.

Jaemin x Haechan

BxB, slice of life, mental illness and suicide thought

Total Length : 5171 words

.

Happy Reading

.

🐰🐻

.

Di penghujung bulan November, pada hari Selasa. Donghyuck sebenarnya sudah tahu bahwa sejak lama, untuknya, dunia terasa sama—hampa. Di matanya, derik jarum jam yang selalu bergerak setiap detik itu sudah lama berhenti, sama seperti perasaannya yang sudah lama mati.

Tak ada yang salah, semuanya berjalan baik-baik saja; tak ada yang menyakitkan, tak ada yang menyedihkan, tak ada juga yang menyebalkan. Tapi Donghyuck jelas tahu bahwa sesungguhnya di situlah letak kesalahan paling besarnya. Ia sudah terlalu lama membiarkan semuanya berjalan tanpa tujuan, tanpa keinginan, tanpa alasan. Sampai-sampai membuatnya jadi merasa bahwa mati atau hidup sekalipun, rasanya tak akan ada yang berbeda.

Bahwa semua hari-hari yang ia jalani, bukan lagi berasal dari kemauannya sendiri.

Maka tepat saat pagi itu, kelas masih sepi dan ia menemukan sebungkus roti melon dengan sebuah note kecil sudah ada di atas mejanya. Donghyuck tak lagi dapat berbohong bahwa ia merasa ada sesuatu yang diam-diam tengah menyusup masuk ke dalam dadanya, menggelitik perutnya dengan sebungkus perasaan hangat yang terus mengisi rongga dada,

Haechan, jangan pernah lupa sarapan.

—njm

Persis seperti rintik-rintik air hujan yang terus mencoba menyusup masuk melalui kisi-kisi jendela.

Perasaan itu, asing.

•••

Donghyuck, kalau ditanya pun sebenarnya memang tak terlalu membenci keramaian. Si anak laki-laki yang suka dijuluki sebagai mentari dunia itu memang mutlak adanya membangun sebuah kehangatan, dengan nyata menciptakan tawa dan bahagia dari celetukan dan candanya yang terkadang tak sengaja ia lontarkan.

Tapi, apa memang begitu?

Nada bising dari gadis-gadis di pojok kelas yang tengah asik berbicara, suara berisik dari tawa teman- temannya yang terdengar mengudara, sampai bunyi nyaring dari sepatu yang beradu pada lantai kelas. Semuanya berbaur di dalam kepala, sedikit memudar di dalam sana.

Dan tentang semua itu, akan ada kalanya di saat-saat tertentu, Donghyuck membencinya.

Pada notasi satu siang, tepat saat matahari terasa berada di belakang. Donghyuck yang saat itu tengah asik bercanda bersama teman-temannya—sekedar membunuh jenuh saat jam pelajaran tengah kosong, dapat kembali merasakannya. Sebuah perasaan asing yang familiar itu tiba-tiba datang menggelitik ujung jari kelingkingnya, membuat cuap-cuap yang memang tak pernah bertuan itu berebut masuk ke dalam kepala. Rasanya seperti ada sesuatu yang merenggut nafasnya, menghimpit dadanya, membuat tuli telinganya.