30

361 61 5
                                    

Aku bakal seneng banget kalau kalian menghargai cerita ini

song request👆👆

SEMOGA TERHIBUR & SELAMAT MEMBACA!




Lisa pov


Di ruang gelap yang penuh dengan kehampaan ini aku menyendiri. Mencoba meresapi setiap rasa sakit yang selalu muncul setiap harinya.

Bersembunyi di balik tembok kokoh yang menghalangiku melihat keadaan luar.

Nyatanya sekuat apapun aku menekan setiap rasa sakit ini, tidak ada gunanya. Semakin aku berlagak layaknya manusia yang hidup senang, maka semakin besar rasa sakit yang timbul dalam diriku.

Aku sadar, segala rasa sakit ini timbul karena aku yang kurang kebal, benar kan? Rasa sakit yang kian mengoyak jiwaku ini, bukan mereka yang salah, walau mereka yang menimbulkannya.

Seandainya, aku orang yang kuat dan kebal akan luka seperti ini, mungkin aku tidak terlalu merasakan sakitnya.

Mati rasa.

Bagaimana rasanya? Ingin ku menjadi orang yang mati rasa. Setidaknya jika aku tidak bahagia, aku juga tidak akan merasakan sedih, kan?

Cklek

Aku mengalihkan atensiku menuju pintu berwarna coklat gelap yang sedang terbuka.

Di sana, seorang pria yang selalu merawatku di saat aku kesakitan dalam hitungan tujuh hari ini. Dia yang dengan lapang dada menerima kehadiranku dan merawatku yang penyakitan ini.

Dia, Hanbin. Dokter yang sudah aku kenal dari aku kecil. Dokter yang merawatku walau tanpa imbalan. Dokter yang memberikan perhatian yang tidak pernah aku dapatkan dari siapapun. He is my angel.

"Sudah makan?" Tanya Hanbin.

Aku hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Berada dirumahnya benar-benar menyesakkan. Ruang gelap yang memang sengaja aku matikan lampunya.

Ntah kenapa, aku jadi suka dengan yang berbau gelap dan suram. Mendefinisikan kehidupanku!

"Kenapa tidak makan? Aku sudah masak banyak hari ini."

Pria itu benar-benar perhatian padaku. Ia begitu menyangiku, katanya. Aku sudah dianggap seperti adiknya.

"Tidak selera."

Aku merasakan pucuk kepalaku dielus pelan olehnya. Nyaman, rasanya sama seperti saat Bambam mengelus kepalaku. Namun kini pria itu sudah tidak menyangiku lagi, dia membenciku.

"Lisa."

Aku menatapnya kala dia memanggilku.

"Kau tidak ingin menemui mereka? Ayahmu sudah berusaha mencarimu. Keadaan ibumu juga semakin parah. Dan teman-temanmu juga sama buruknya.."

Hanbin terkekeh sebentar. Lalu dengan mata berkaca dia menatapku sendu. Oh, aku benci tatapan itu. Tatapan itu seolah mengasihaniku.

"Teman-temanmu bahkan menghabiskan hari-harinya hanya untuk melacak keberadaanmu."

Hanbin menangkup wajahku. Seketika mataku ikut berkaca melihat cairan bening meluncur begitu saja dari pelupuk matanya. Hanbin memang pria yang sangat berperasaan.

PAINFUL [HUNLIS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang