36

374 63 15
                                    

Aku bakal seneng banget kalau kalian menghargai cerita ini




SEMOGA TERHIBUR & SELAMAT MEMBACA!




Seorang pria menekuk lututnya dan menyandarkan badannya pada sisi ranjang dengan tubuh bergetar.

Air matanya merembes keluar dan bibir pria itu bergetar, menggumamkan nama seseorang berkali-kali.

Tak!

Pria itu semakin bergetar saat mendengar sesuatu terlempar ke arah jendela kacanya dari luar.

"Ti-tidak, jangan." Racaunya.

Tak!

Sekali lagi, suara yang sama membuat si pria semakin bergetar.

Tak!

Pyar!

Sekarang ia dapat merasakan jika kaca jendelanya sudah pecah oleh lemparan yang sama.

Ia menjerit histeris, ketakutannya semakin membesar. Ia menangis sesenggukan dan semakin menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

Setelah beberapa saat, suara mengganggu itu tidak terdengar lagi, si pria memberanikan diri mengangkat wajahnya dan menoleh pada jendela besar yang sudah berlubang besar itu.

Dengan langkah ragu dan badan bergetar, pria itu berjalan menuju jendelanya. Sedikit hati-hati agar tidak terkena pecahan kaca.

Ia menatap pemandangan luar dari jendelanya, memeriksa siapa yang akhir-akhir ini menerornya hingga membuatnya nyaris gila.

Tidak ada siapa-siapa. Halaman samping yang penuh bunga itu gelap, dan sama sekali tidak ada tanda-tanda jika seseorang di sana.

Air matanya kembali menetes, teror yang diberikan seseorang padanya begitu mengguncang jiwanya.

Saat hendak berbalik badan, pria itu menoleh pada sudut jendelanya yang terdapat sehelai kertas yang digulung.

Tubuh pria itu kembali bergetar hebat, selalu saat ia di teror ada saja surat yang turut membuatnya semakin kalut.

Dengan tangan bergetar pria itu mengambil kertas yang tergulung itu dan membukanya. Membuang sebuah batu yang tergulung kertas.

Semua yang menyakiti harus ikut tersakiti. Jika yang tersakiti hanya korban, itu tidak akan adil, bukan?

Aku selalu memantau mu, Kunpimook Bhuwakul.

~1C

Bambam, pria itu merobek-robek kertas itu dan menghempasnya kasar. Tubuhnya semakin bergetar hebat.

"Demi Tuhan, apa maksudmu?" Lirih Bambam.

Bambam berjalan gontai dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Ia meringkuk dan menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut.

Ia sama sekali tidak tahu apa maksud dan tujuan si peneror itu dan siapa dia. Yang Bambam tahu, ia sama sekali tidak pernah mencari musuh, walau dalam dunia bisnis sekalipun.

PAINFUL [HUNLIS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang