8

2.9K 386 29
                                    

"Woahh Yoongi.. Lihatlah uri jiminie sudah ditandai.. "
Kekeh hoseok.

Si pucat pun menggelengkan kepala seraya menepuk-nepuk pundak jimin.

"Selamat nee.. Kau luar biasa"

"Ishh dasar gila.. "

Jimin memijit keningnya yang mendadak pening. Kedua temannya ini terus-menerus meledek nya seharian.

Ting tong

"Jungkook.. "

Dengan canggung jimin mempersilahkan pria kekar itu masuk.

Mereka berempat pun menghabiskan waktu dengan menonton film dan ngemil. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 6 sore. Yoongi dan hoseok pamit pulang untuk mengumpulkan tugas sedang jungkook tetap bertahan.

Jimin masih tidak tau kalau jungkook sama seperti taehyung. Dirinya mengira bahwa pria kelinci ini adalah manusia biasa yang kebetulan wajahnya mirip dengan yang mulia. Jadi jimin memperlakukan jungkook selayaknya seorang teman.

Hari yang semakin gelap dan sunyi ditambah keduanya yang hanyut dalam film. Membuat jimin santai menyenderkan kepalanya pada dada tegap jungkook.

Jimin memang begitu sih, tidak hanya ke jungkook tapi pada siapapun dia merasa nyaman. Dirinya akan mudah nempel.

'Masa iya dia adalah jungkook yang sama..'

Jimin menatap wajah jungkook dari samping. Wajah itu begitu polos dan tampan mengguncang debaran jantungnya.

Kalau boleh jujur, jimin itu suka dengan jungkook karena memang siapa di muka bumi ini yang bisa mengelak pesona seorang jeon. Rasanya mustahil.

Lelaki tampan itupun sadar dirinya tengah diperhatikan kemudian menoleh membuat jimin jadi salah tingkah.

"Wae? "

"A-ani.. "

Jungkook terkekeh seraya merengkuh jimin agar semakin nempel padanya.
Tak terasa jantung jimin kian berdebar. Si manis pun memainkan jemarinya dengan gugup.

Perlahan tangan jungkook membelai lengannya naik turun dengan pelan seraya wajahnya yang semakin mendekat.

Jimin memejamkan matanya saat bibir jungkook bersentuhan dengan miliknya, terjadi lumatan lembut disana.

Taehyung yang melihat dari luar hanya mampu mematung. Sepertinya jimin di masa sekarang lebih memilih jungkook dari pada dia. Terlihat dari bagaimana ekspresi jimin pada setiap sentuhan si pria.

Usai kepulangan jungkook, jimin pun segera melompat keatas kasur dengan gembira. Sekali lagi taehyung merasakan ada tombak tak kasat mata tengah menghunus tepat di jantungnya. Sakit sekali.





"Kamu.. Menyukainya? "





"Mungkin.. "
Kekeh jimin

Taehyung tersenyum getir seraya mengangguk. Ia menjilat bibirnya kemudian menepuk pelan pucuk kepala si manis.

"Kalau begitu aku pergi.. "

Saat jimin ingin meraih tangan taehyung, makhluk itu keburu melesat pergi meninggalkan dirinya.

"Eh... "

*****

Keesokan harinya jungkook datang untuk menjemput jimin. Pria manis itu pun dengan girang masuk kedalam mobilnya.

Sekilas jimin melihat bayangan taehyung berdiri dipinggir jalan. Namun saat dia hendak melihat untuk yang kedua kalinya, bayangan itu menghilang.

"Ada apa? "

"Bukan apa-apa.. "

****

Di kampus, namja manis itu memperhatikan dosen dengan seksama. Tugasnya yang kemarin pun mendapat nilai yang terbaik. Dia memang mahasiswa teladan.

Saat istirahat, jimin makan siang ditemani kedua sahabatnya.

"Kau itu sebenarnya dengan siapa? Jungkook atau si malaikat itu?? "

"Malaikat? "

"Iya.. Yang wajahnya sangat tampan itu.. Aku yakin dia pasti bukan manusia biasa.. "

Mendengar penuturan Yoongi, jimin jadi tersedak makanannya.

"Eh kenapa? "

"Tidak papa tidak papa.. "

****

Saat pulang jimin melihat ada sebuah lukisan dirinya yang tengah fokus mengerjakan tugas. Perlahan senyumnya menyungging.

"Kemarin dia melukis ini ya.. "

Senyum manis itu perlahan memudar saat mengingat kalimat terakhir taehyung. Apa benar makhluk itu akan pergi meninggalkan nya.

"Tega sekali... "

Jimin menunggu taehyung di depan jendela kamarnya. Angin malam terus berhembusan namun tak satupun dari salah hembusan angin yang membawa taehyung padanya.

"Kenapa aku bisa mengingat nama Yang Mulia tapi tidak dengan namanya.. "

Saat jam dinding menunjukan pukul 11 malam, jimin pun menyerah dan menutup jendela kamarnya.

"Dia.. Benar-benar pergi ya? "

Tanpa sadar ada sebutir air mata yang jatuh saat jimin memejamkan mata. Dia merasa ada yang kosong sekalipun tadi jungkook menemaninya seharian.

Rupanya tanpa sadar, taehyung telah berada di takhta tertinggi di hati jimin.





*****


"Ini tuan.. "

Taehyung menerima uluran cawan berisi darah dari pelayan setianya.

"Namjoon.. "

"Nde tuan... "

"Hatiku sangat sakit..
Ratusan tahun aku menantikannya.. Namun dia justru memilih orang lain.. "

Pria jangkung itu tersenyum halus seraya membungkuk.

"Jika boleh saya memberi saran.. Jangan menyerah tuan.. Karena sepertinya tuan jimin juga mulai menyukai Anda.. "

Taehyung yang semula terduduk lesu pada singgasananya pun menoleh penuh harap pada pelayannya.

"Hari ini.. Beliau datang ke galeri untuk mencari Anda.. "

"Sungguh? "
Manik yang berwarna hitam lekat itu berangsur-angsur menjadi hijau muda yang indah tanda hatinya gembira

"Ne.. Dia menanyakan keberadaan anda dan bertanya apa anda baik-baik saja.. Seperti nya tuan jimin tengah merindukan anda.. "

Dengan segera taehyung menenggak cawan darah itu agar taringnya bersembunyi. Usai taring itu lenyap, sang vampir pun tersenyum lebar.

"Aku akan menemuinya kalau begitu.. "

"Ne tuan.. Semoga anda berhasil.. "

****

Taehyung tersenyum melihat wajah polos yang kini tengah beristirahat.

Dibelainya rambut dan pipi jimin penuh rasa sayang.

Sentuhan itu membuat jimin kembali melihat potongan memori dalam tidurnya. Begitu indah hingga rasanya si manis tak ingin bangun.

IMMORTAL (vmin) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang