15

2.5K 345 9
                                    

Mentari mulai nampak dan burung-burung kecil bersenandung merdu. Embun hujan sisa semalam menggelantung pada dahan dan ranting seolah enggan tuk terjatuh.

Dari balik tirai yang bergoyang tertiup angin, terlihat wajah manis yang masih memejamkan mata syahdu. Disampingnya, ada taehyung yang setia menjaga dan terus membelai lembut pipi gembil si manis bergantian. 

"Nghh.." jimin mulai melenguh pelan hingga mata indah nya menyusul terbuka guna menyapa dunia. "pagi.." sapanya dengan senyum tipis yang tulus seperti biasa. 

"Pagi.." taehyung mengecup pucuk hidung jimin sebagai jawaban seraya merekatkan pelukannya.

Seperti biasa setelah bangun sang namja mungil akan bermalas-malasan dan bermanja pada suaminya. Entah menelusupkan wajahnya sampai sesekali menggigit taehyung, entahlah jimin kadang juga merasa gemas dengan taehyung tanpa alasan.

"Hari ini kamu mau kemana?" 

"Aku mau makan steak terenak di dunia.." ujar jimin dibarengi kekehan kecil. 

Bukan taehyung namanya jika tidak bisa membuat jimin bahagia dan menuruti semua keinginannya. "nee.. setelah mandi kita berangkat"

"Okay- aaishh.."

"kenapa sayang? sakit lagi? dimana obatmu?"

Jimin meremat dadanya sambil merintih.

"Di rumah.."

Secepat hembusan angin taehyung melesat pergi dan beberapa detik setelahnya ia kembali lagi. "Lain kali kamu harus membawa ini terus bersamamu.."

Usai meminum obatnya jimin melamun mengabaikan uluran tangan taehyung. "Kajja sayang.. Kamu tidak boleh telat sarapan"

"Aku rasa aku akan tetap mati walau rutin meminum obat ini.."

"Jangan bicara begitu"

"Entahlah.."

Taehyung menangkup pipi jimin membuat mata keduanya mengunci. Si tampan hanya tersenyum namun tatapan matanya seolah menguatkan.

"Kajja...."










****



Jimin meremat balkon kastil dengan perasaan gusar. Taehyung diam-diam datang dari belakang dan menutup mata si manis. "Aku punya hadiah istimewa untukmu.."

Sang vampir pun membawa jimin melesat ke dalam aula kemudian merangkul nya. Ditemani iringan musik dan lilin yang sayu, keduanya berdansa.

"Waktunya tinggal sebentar.." Ujar jimin tiba-tiba.

"Aku belum siap kehilanganmu dan tidak akan pernah siap.."

Jimin memeluk taehyung dan menelusukan wajahnya. "Kumohon jangan menangis saat aku tidak ada nanti.."

Jika memang sekarang adalah saat-saat terakhir, jimin tidak mau membuat ini terasa menyedihkan.

Ditangkupnya pipi taehyung dan sedikit digoyang-goyangkan. Raut wajah pucat yang semula sendu perlahan mulai menampilkan sedikit senyum.

"Aigoo jangan muram begituu-mhh"

Mata jimin terpejam erat saat taehyung melumat dan menghisap bibirnya. Tangan-tangan mungilnya mencengkram erat pundak sang pria selagi keduanya menyalurkan hasrat.

Kala ciuman mesra itu terputus nafas jimin masih sedikit tersenggal-senggal dan wajah cantiknya bersemu merah.

"Jadi.. Mana hadiah istimewaku??"

Taehyung mengulum senyumnya kemudian melesat berpindah kebelakang jimin. Vampir tampan itu memasangkan sebuah kalung tiara merah muda yang sangat cantik ke leher belahan jiwanya.

"Aku mengambil ini dari kerang asli"

"Woah jinjja?"

"Huum"

Usai jimin dan taehyung kembali berhadapan si pria manis menyibakan rambut taehyung kebelakang. "Aku mencintaimu tae.."

Taehyung mengangguk dan kembali mengadu lumatan dengan jimin. Setegar apapun ekspresi yang taehyung tunjukan, hatinya tetap rapuh dan ketakutan.














10.00pm








"Sakitt gghh!!"

Jimin meremat dadanya yang begitu sesak sementara bulan mulai duduk disinggasana langit. Taehyung segera siaga dan membantu jimin meminum obatnya.

"Tae ini tidak akan berhasil.." Lirih jimin disusul batuk darah.

Taehyung sudah panik dan tak tahu harus bagaiamana, kemarin mereka sudah kerumah sakit namun dokter juga tak dapat berbuat apapun. Obat hanya untuk mengurangi rasa sakit.

"Jimin-ah.." Taehyung menangkup pipi jimin dan menatap nanar pada matanya.

Si manis mencium kening kekasihnya penuh rasa cinta yang mendalam. "Aku mencintainu tae.. Jangan menangis.. " Ironis ketika jimin menyuruh taehyung tidak menangis sedang pipinya banjir air mata.

"Aku tau kita memang tidak pernah beruntung dalam hal bersama-sama.. Tapi.. Aku tidak pernah menyesal memberikan hatiku padamu.."

Keduanya berpelukan erat dan saling menangisi perpisahan mereka yang sebentar lagi. "Aku sangat mencintaimu.."


Perlahan tangkupan tangan jimin pada pipi taehyung pun melemah membuat sang vampir semakin terisak dan pedih sampai air matanya tidak keluar.

"Jimin... JIMIN"

Taehyung mendekatkan telinganya pada dada jimin. Sang vampir mengerang sangat kencang hingga burung-burung dihutan berterbangan. Castle yang semula menyala terang kini perlahan redup dan dingin.

"Sayang.. "

Detak jantung jimin menghilang.

Taehyung menangis sembari memeluk erat jasad si manis. Sebisa mungkin taehyung membuat tubuh jimin tetap hangat.

"Bangun sayang.. Jangan tinggalkan aku sendirian lagi.. Disini sangat mengerikan tanpa mu.. Aku tidak mau sendirian jimin.. "

Wajah cantik yang telah terpejam untuk selamanya itu basah karena tetesan darah mata taehyung.

Taehyung segera melesat kemudian berlutut menghadap langit dengan penuh luka dan amarah. Ia menjerit dan terus meraung dibawah hujan yang sangat deras.

Setelah ratusan tahun. Ribuan hari. Jutaan jam. Taehyung kembali kehilangan cintanya. Dan kali ini rasanya lebih sakit

"Ku mohon aku hanya ingin mati dan menyusul cintaku.. "

Taehyung tergeletak tak berdaya di genangan air hujan yang berwarna merah akibat tangis darahnya.

IMMORTAL (vmin) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang