Part 1 : Pesan Nyasar

659 70 7
                                    


Ivy sedang memeriksa berkas di tangannya dengan teliti. Terlihat ia mencoret kertas itu dengan stabilo kuning. Sementara Isabel terlihat asyik rebahan di kasur sambil membaca majalah. Sesekali ia melirik Ivy yang sedetikpun tidak memalingkan wajahnya.

Akhirnya Isabel menutup majalah dengan mulut manyun. Ia sengaja berpindah duduk di tepi kasur yang memang berhadapan dengan meja kerja Ivy, bermaksud mencari perhatiannya. Tetapi, tetap tidak mampu membuat Ivy menoleh dari berkasnya.

"Ih, kapan selesainya, sih? Aku sudah bosan satu jam di sini," rengek Isabel yang akhirnya membuat Ivy menoleh. "Katanya sebentar saja?"

Ivy tersenyum dengan wajah bersalah. "Maaf, Bel. Sebentar lagi saja."

"Lagian kamu juga sudah mau cuti, kan? Kenapa masih sesibuk ini, sih?" protes Isabel. "Kenapa sih harus kamu yang jadi anak kesayangan bosmu?"

"Bel, aku ambil cuti demi pemotretan kamu di Bali, loh. Kamu mau, misalkan di Bali nanti, aku habisin waktu buat periksa ini?"

Isabel menggelengkan kepalanya. "Ya, habisnya kalau nggak ada kamu yang nemenin, nggak diizinin sama Mama. Tapi diskon di mall hanya hari ini. Jam segini pasti sudah banyak dress yang diserbu."

"Ya sudah, setengah jam lagi. Oke?"

Isabel pun tersenyum. "Oke."

Ivy menggelengkan kepalanya sambil menghela napas. Namun ia tersenyum juga melihat wajah Isabel yang kembali ceria. Ia sudah hapal sekali kelakuan sahabat baiknya sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Ivy dan Isabel tumbuh dewasa bersama. Mereka sangat dekat seperti tidak terpisahkan, meski keduanya mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Ivy yang sederhana dan pintar selalu berpikiran dewasa. Semua keputusan selalu dipikir dengan matang dan tertata. Sementara Isabel yang cantik dan modis tidak bisa diam. Kemauannya yang selalu dipenuhi membuat ia menjadi manja dan selalu terburu-buru dalam segala hal.

***

Ivy menggelengkan kepalanya ketika Isabel terlihat girang memilih gaun-gaun di salah satu butik. Sesekali ia menempelkan gaun ke tubuhnya dan meminta pendapat Ivy.

"Sebaiknya kamu cobain dulu saja di kamar pas," saran Ivy.

"Betul juga. Sekalian yang lain, ah. Titip tas ku, Vy!" pinta Isabel sambil menyerahkan tas mahalnya.

Tiba-tiba terdengar suara dentingan dari dalam tas Isabel.

"Bel, kayaknya ada WA, deh."

"Cek aja, Vy. Sekalian balesin kalau penting banget," jawab Isabel tanpa mengalihkan tatapannya dari gaun yang sedang ia pilih.

Ivy menghela napas. Ia tahu tabiat Isabel yang kalau sedang melihat gaun-gaun bagus, apapun itu ia tidak akan peduli. Akhirnya Ivy membuka tas Isabel dan memeriksa dua ponsel Isabel yang ternyata tidak ada pesan apa-apa selain notification Instagram yang mencapai angka 99 plus.

"Kok nggak ada?"

"Mungkin ponsel satunya lagi. Itu loh yang buat aku update Snowy dan brand-brand ternama."

Ivy membelalak. "Kamu punya tiga ponsel? Kenapa aku baru tahu?" tanya Ivy yang hanya dibalas cengiran Isabel.

Ivy pun kembali mengaduk tas Isabel yang berantakan dan melihat ada satu ponsel tipis yang memang tertutup syal.

Ketika ia melihatnya, ternyata memang ada dua pesan What's App dari nomor luar negeri. Ia pun membuka pesan tersebut dan mengerutkan kening dengan pesan yang ia baca.

Sampai Kau Mencintaiku (Pesan di @Bukulokamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang