Part 10 : Acara Perusahaan

351 60 5
                                    

Ivy mengeluarkan baju satu per satu dari mesin cuci dan membawanya ke belakang untuk dijemur. Ketika ia akan menjemur kemeja putih Neil, ia melihat kemeja tersebut sudah kekuningan. Sebaiknya nanti kubelikan saja yang baru untuknya.

Selesai bersih-bersih rumah, ia memutuskan pergi ke mall membelikan kemeja untuk Neil dan mencari pakaian bagus yang akan ia kenakan malam ini. Satu demi satu butik ia masuki dan bimbang memilih pakaian yang pantas. Saat-saat seperti ini biasanya ia selalu mengandalkan Isabel.

Terlalu lama menghabiskan waktu, akhirnya ia memilih menelepon Neil untuk menanyakan tema acara perusahaannya.

"Ada apa?" balas Neil dengan suara datar dan tanpa sapaan pada umumnya.

"Neil, maaf aku menganggumu sebentar."

"To the point saja! Aku sibuk."

"Mm ... apa malam ini acaranya ada tema? Aku sedang mencari pakaian yang cocok."

Neil mendengkus. "Kamu meneleponku hanya untuk menanyakan itu? Aku benar-benar nggak ngerti jalan pikiranmu. Ini hanya acara makrab tahunan dan kantormu biasanya ada acara seperti itu, kan? Apa masih perlu kamu tanyakan?"

"Baiklah. Terima kasih."

Panggilan langsung diputuskan Neil. Ivy melihat layar ponselnya sambil menari napas, mencoba sabar. Akhirnya ia memilih sebuah gaun model Sabrina berwarna baby blue. Ia keluar dari butik dengan puas dan mulai mencari toko kemeja khusus pria.

Ia  membelikan dua kemeja untuk Neil. Ketika akan membayar, ia melihat ada dasi yang warnanya senada dengan gaunnya. Tanpa pikir panjang, Ivy membeli dasi itu dan berharap Neil mau memakainya nanti malam, meski tak yakin.

Sebelum pulang, Ivy memberanikan dirinya masuk ke salon, tempat yang sebenarnya sangat malas ia kunjungi. Selain hanya untuk cuci dan menata rambut, ia juga meminta make up tipis untuk wajahnya.

***

Pulang dari mall, Ivy langsung meletakkan kantong berisi kemeja dan dasi ke kasur Neil. Kemudian ia beranjak ke meja, mengambil kertas dan menuliskan sesuatu.

Neil, ini kemeja baru untukmu. Yang lama sudah kekuningan dan sebaiknya memang nggak dipakai lagi. Dasi ini juga hadiah untukmu. Kalau kamu menyukainya, pakailah malam ini. Ini semua murni pemberianku tanpa alasan.

Ivy meletakkan kertas di atas kantong itu dan keluar menuju kamarnya untuk mandi. Sebentar lagi Neil akan pulang dan dia tidak mau membuat Neil marah karena terlambat bersiap-siap.

Dengan senang Ivy mengenakan gaunnya dan menatap bayangannya di cermin. Ia mengakui penampilannya memang terlihat sangat berbeda dengan dirinya yang biasa. Make up tipis membuat wajahnya terlihat segar. Rambut selengannya dibuat bergelombang dan diikat hanya pada bagian tengah membuatnya terlihat sangat simpel namun elegan.

Suara pintu depan yang tertutup membuat Ivy menahan napas. Dia sudah pulang. Semoga saja Neil nggak marah dengan hadiahku.

Hampir sepuluh menit Neil tidak juga ke kamarnya, membuat Ivy mengembuskan napas lega. Dua puluh menit selanjutnya, terdengar Neil keluar dari kamar dan langkahnya terdengar semakin mendekat.

Sebelum Neil mengetuk pintu, Ivy lebih dulu membuka pintu kamanya dan tersenyum lega melihat Neil mau memakai kemeja yang ia beli, meskipun tidak mengenakan dasinya. Namun, tiba-tiba saja Neil mengeluarkan dasi dari saku celananya dan diserahkan ke Ivy.

Ivy mendongak, menatap Neil dengan takut. "Aku minta maaf. Aku benar-benar nggak bermaksud apapun dengan beli dasi itu."

"Pakaikan!"

Sampai Kau Mencintaiku (Pesan di @Bukulokamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang