Part 15 : Kenyataan Sesungguhnya

508 60 15
                                    

Neil memperhatikan amplop yang sama sekali belum dibuka. Sepertinya Ivy tidak tahu dengan keberadaan surat ini. Ia membuka surat yang ditujukan Isabel untuknya.

Dear, Neil

Neil, maaf kalau aku harus menyampaikan semua lewat surat, meskipun aku nggak tahu kapan bisa kuserahkan ke kamu. Mungkin bisa setahun setelah menikah atau mungkin sebelum kita menikah. Entahlah. Aku hanya nggak bisa bilang secara langsung karena nggak mau kehilangan kamu.

Aku mau jujur, sebenarnya ... bukan aku yang harusnya kamu pilih. Yang kamu cintai selama ini adalah Ivy. Dia yang membalas semua pesan-pesanmu. Dia juga yang selalu menemani teleponmu. Aku nggak pernah tahu apa-apa.

Neil terkejut membaca isi surat itu. Ia sampai jatuh terduduk di kasur.

Sekarang kamu pasti marah sama aku. Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu aku sudah jahat banget sama Ivy dan kamu. Jelas-jelas dia juga mencintaimu tapi dia mengorbankan perasaannya dengan berpura-pura nggak ada perasaan untukmu.

Sekarang aku nggak tahu lagi harus bagaimana. Kalau kamu berniat pisah sama aku, aku nggak apa-apa. Aku anggap sebagai penebusan rasa bersalahku sama Ivy. Aku mohon kamu jangan pernah membencinya. Dia sudah terlalu sakit dan menahan semuanya sendiri.

Dia terpaksa memintaku untuk membalas perasaanmu karena takut kamu akan marah atau membencinya. Kamu pernah bilang sangat benci dengan kebohongan, kan? Itu yang Ivy nggak mau sampai terjadi. Aku sendiri malah benar-benar jatuh cinta sama kamu di pandangan pertama. Benar-benar memalukan.

Neil, aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf. Sekarang keputusan ada sama kamu. Aku nggak apa-apa. Sungguh.

Surat dari Isabel terjatuh dari tangan Neil. Teringat lagi awal-awal ia bertemu dengan mereka. Jelas sekali Isabel tidak memahaminya. Beda dengan Ivy yang bahkan sangat mengenalinya. Harusnya ia sadar saat itu. Ia juga teringat bagaimana terkejutnya Ivy ketika Neil bercanda soal salah mengenali.

Kemudian ia mengambil buku yang tadi ia keluarkan. Sesuai dugaannya, itu adalah buku harian Isabel. Ia pernah melihat Isabel menulis di buku itu ketika di Bali. Dengan tak sabaran, ia membuka ke tanggal di mana ia meminta untuk bertemu.

Neil semakin terkejut. Isabel benar-benar menulis semua kejadian dengan detil. Ivy memohon bantuannya untuk bertemu dengannya. Kata-kata terakhir di halaman itu membuat hatinya semakin sesak.

Aku tahu Ivy sudah jatuh cinta sama Neil. Kenapa malah terus mendorongku untuk mengenal Neil? Jangan salahkan aku kalau sampai jatuh cinta sama pria pertama yang bisa merebut hatinya itu. Kamu memang bodoh, Vy. Pria itu tampan banget.

Neil mengambil ponsel dari saku dan mencoba menelepon Ivy. Ia melempar ponselnya dengan kesal karena ponsel Ivy tidak aktif. Aku harus menemui Ivy. Bagaimanapun caranya dia harus mau bertemu aku.

Ketika ia keluar dari kamar Ivy, ia melihat sebuah map dan kertas di meja. Matanya membelalak melihat surat permohonan cerai yang sudah ditandatangani Ivy. Tidak ada tuntutan apapun, hanya ingin berpisah karena tidak cocok lagi.

Lalu Neil membaca surat pendek yang Ivy tinggalkan di atas map itu.

Neil, aku izin pamit sama kamu. Tapi sebelum aku benar-benar pergi, aku mau menjelaskan sesuatu.

Mungkin benar kalau aku penyebab kematian Isabel. Saat kejadian itu, dia merebut kunci mobilku dan menyetir sendiri. Aku berusaha membujuknya untuk berhenti agar aku saja yang menyetir.

Isabel membohongiku. Ketika dia berhenti dan aku turun dari mobil, dia langsung pergi meninggalkan aku dan kecelakaan itu terjadi. Maaf, Neil. Maaf kalau aku selalu menyangkal kematian Isabel bukan karena aku. Setelah kupikir-pikir lagi, memang benar aku penyebabnya.

Sampai Kau Mencintaiku (Pesan di @Bukulokamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang