Part 20 : Halo, Nelson

384 48 2
                                    

Dean mengantar Ivy kembali ke apartemennya. Dean benar-benar tidak pernah sebahagia ini. Sebelum Ivy masuk ke dalam, Dean menahan tangannya.

"Ada apa?"

Dean mendekatkan mulut ke perut Ivy. "Jagoan, Daddy memang cinta sama Mommy. Tapi sumpah, Daddy jauh lebih sayang sama kamu. Jadi boleh Daddy cium Mommy?"

Tidak ada tendangan membuat Dean tersenyum senang. "Anak pintar."

Ivy tersenyum geli melihatnya. "Masa digombalin gitu aja kamu luluh, Nak?"

Dean langsung mencium pipi Ivy dengan cepat. "Sebelum dia berubah pikiran."

Ivy tertawa. Ia tidak bisa membayangkan Dean akan sering menggombali anaknya untuk tidak marah. Ia tahu anaknya bukan cemburu dengan Dean, tetapi justru cemburu dengan dirinya. Buktinya ketika Ivy mencium Dean tadi pagi, tidak ada respon apapun.

"Tidurlah. Mamamu pasti sudah menunggu."

"Iya. Selamat malam."

"Selamat malam, Pacar," ucap Dean membuat Ivy menggelengkan kepalanya. "Selamat malam juga, Jagoanku."

Setelah Dean pergi, Ivy menutup pintu dan bernapas lega. Ia sudah memantapkan hatinya untuk tidak mengabaikan Dean dan belajar mencintainya. Dengan pelan ia menuju kamarnya dan melihat mamanya belum tidur.

"Ma, belum tidur?" tanya Ivy sambil berbaring di sebelahnya.

"Bagaimana? Dean baik-baik saja?"

Ivy mengangguk dan senyumnya kembali mengembang.

"Eh, ada apa? Apa yang terjadi?" goda mamanya membuat Ivy menutup wajahnya sejenak. "Mama penasaran, loh."

"Aku bilang ke Dean kalau aku belum bisa menikah dengannya, tapi aku mau menjalin hubungan dulu agar lebih saling mengenal," jawab Ivy yang disambut senyum mamanya. "Ma, anak ini sepertinya juga menyukai Dean. Tadi sewaktu Dean mau menciumku, dia menendangku sangat keras. Setelah Dean minta izin, dia diam saja."

Mama Ivy tertawa dan mengusap perut Ivy. "Cucu pintar. Dia bahkan bisa tahu siapa yang harus disayangi."

"Ma, ini juga anak Neil."

Mamanya menghela napas. "Apa kamu akan menemuinya dan mengatakan ini anaknya? Mama nggak setuju."

Ivy menoleh dan tersenyum. "Nggak. Aku nggak mau bertemu dengannya lagi. Tapi suatu hari setelah anakku dewasa, aku akan memberitahunya. Suatu hari akan kurundingkan dulu dengan Dean."

"Terserah kalian saja. Untuk saat ini jangan dulu," pesan mamanya yang diangguki oleh Ivy.

***

Neil masuk ke sebuah kafe mencari keberadaan Dedi. Barusan Dedi meneleponnya dan meminta bertemu di kafe tersebut. Melihat Dedi mengangkat tangannya, Neil segera menghampirinya.

"Halo, Ded. Ada apa memintaku kemari?"

"Tadi aku mampir ke rumah Ivy dan kaget nemuin Snowy ada di rumah tetangga. Kata tetangganya, Tante pergi buat ketemu Ivy di luar negeri. Sayangnya Tante nggak bilang persisnya di mana. Seenggaknya kita tahu Ivy nggak ada di Indonesia."

Neil menghela napas. "Tadinya kupikir dia di Bali dan aku ada rencana mau ke sana. Dugaanku salah."

"Aku benar-benar blank, nggak ada pikiran Ivy di mana. Dia nggak pernah cerita negara mana yang ia sukai atau seenggaknya buat liburan." Kemudian Dedi terpikirkan sesuatu. "Kalau sampai Tante bisa pergi, seenggaknya negara yang dekat. Mungkin Malaysia atau Singapura?"

"Nggak mungkin," jawab Neil. "Aku punya banyak teman di sana. Kalau mereka melihat Ivy, pasti ada yang menghubungiku. Harusnya mereka mengenal Ivy karena semuanya datang ke resepsi pernikahan kami."

Sampai Kau Mencintaiku (Pesan di @Bukulokamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang