Part 22 : Ayah Nelson

420 52 2
                                    

4 tahun kemudian

Ivy menjemput anaknya pulang sekolah dari sebuah TK cukup ternama di daerah yang tidak terlalu jauh dari apartemennya. Ivy tersenyum melihat Nelson dan teman-temannya sedang berdoa sebelum pulang.

Satu per satu keluar dari kelas sambil memberi salam pada gurunya. Setelah giliran Nelson, Ivy bersiap menyambutnya.

"Mommy!" teriak Nelson sambil berlari ke arahnya.

Ivy menggendongnya dan membelai rambutnya yang selalu dipotong rapi olehnya. "Pinter banget ya berdoanya. Doa apa saja tadi?"

"Doain Mommy dan Daddy. Diajarin sama Miss."

"Pintar anak Mommy." Ivy mencium kepala putranya yang semakin lama semakin mirip Neil. "Aduh, kecutnya. Pasti lari-larian lagi, ya?"

Nelson menutup mulut dengan kedua tangannya dan mata menatap ke atas, pertanda sudah melanggar janjinya untuk tidak lari-lari lagi. Dean yang mengajarkan Nelson berekspresi seperti itu agar Ivy tidak marah.

Ivy tertawa. "Ayo, pulang. Mommy sudah buatin ayam suwir dengan saus teriyaki kesukaan kamu."

"Hore!" teriak Nelson.

Ivy menuju parkiran dan masuk ke dalam sebuah mobil putih yang memang sengaja dibeli Dean berikut menggaji supir semenjak Nelson mulai sekolah.

Di perjalanan pulang, ponsel Ivy berdering. Ia melihat layar ponselnya yang ternyata video call dari Dean. "Tuh, Daddy video call."

Nelson mengambil ponsel Ivy dan mulai menjawab videonya. "Daddy!!"

"Eh, anak Daddy sudah pulang sekolah. Hari ini belajar apa saja, sih?"

"Belajar gambar. Nanti Daddy makan siang bareng, kan? Nelson mau kasih lihat gambarnya."

Wajah Dean tampak bersalah. Ivy segera mengambil alih ponselnya.

"Kenapa, Dean?"

"Aku sudah lama menunggu untuk wawancara pengusaha satu ini. Entah berapa tahun aku baru bisa mendatangkan dia ke Singapura. Aku mau ajak dia makan siang, terlanjur sudah janji."

"Begitu." Ivy menoleh ke Nelson yang menunduk sedih sambil melihat kertas gambar di tangannya. Diam-diam ia menyorot videonya ke Dean.

"Nelson, sorry. Daddy malam ini pasti ke sana."

Nelson hanya mengangguk tanpa menoleh ke video.

Ivy mencoba memikirkan kemungkinan lebih baik. "Dean, bagaimana kalau makan siang di sini saja? Kalau masih lama, aku masih bisa belanja dan masak dengan bantuan Saras," ide Ivy.

Dean tersenyum dan tampak berpikir. "Benar juga. Baiklah. Sekitar dua jam lagi sampai ke tempatmu."

"Hore!" Nelson kembali tersenyum girang dan mengambil ponsel Ivy. "Nelson sayang banget sama Daddy!"

"Lebih sayang Daddy atau Mommy?" goda Dean membuat Nelson menoleh ke arah Ivy yang menatapnya penuh tanda tanya, lalu kembali menoleh ke Dean. "Dua-duanya."

Dean dan Ivy tertawa bersama. Ivy langsung mencium kepala Nelson penuh sayang.

"Ya sudah. Daddy kerja lagi. Nanti Daddy pasti ke sana."

"Oke."

Ivy menghela napas lega. Nelson sangat dekat dengan Dean selama ini. Terkadang Ivy sampai cemburu karena Nelson lebih mau dekat dengan Dean daripada dirinya. Dean memang memanjakan Nelson, meskipun tidak secara berlebihan. Bahkan Dean juga lebih bisa menasehati Nelson dibanding dirinya yang terkadang terbawa emosi.

Sampai Kau Mencintaiku (Pesan di @Bukulokamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang