Kadang, punya temen yang se absurd Kalandra dan se-pendiem Morfuz itu enak ga enak. Enaknya adalah kalau Kalandra lagi ngoceh suasana kelas bakal bagus, kalau Morfuz diem berarti dia lagi bagus mood nya.
Tapi, kalau Kalandra dan Morfuz jadi bertukar peran. Yang artinya Kalandra jadi diam dan Morfuz jadi cerewet, kayaknya ada sesuatu yang ga beres.
Gue ga tau apa yang terjadi saat Delana, Naraya, dan Rafandhan membuat lingkaran kecil di depan pintu pagi ini. Raut wajah mereka nampak serius.
Gue yang baru aja dateng, masuk koridor anak kelas sebelas jadi mengernyit karena dari jauh pun mereka mencurigakan.
Dimana-mana orang kalau mau ngomong hal penting tuh di tempat sepi, atau markas mereka. Lah ini, mereka malah ngomong di depan kelas. Kanan-kiri banyak orang. Depan-belakang pada berisik, terus mereka ngomong luwes banget kayak ga tau tempat.
Pantes aja kelas gue dijuluki kelas alien.
Nama dan orangnya aja sama-sama aneh.
Gue baru banget dateng sama Ridwan, jangan tanya Ridwan kemana karena sudah pasti dia langsung cabut ke R.OSIS bareng Agus. Dan melihat tingkah tiga orang absurd kayak gini udah bikin mood gue rada gimana gitu.
"Pagi, nyet," sapa gue ke mereka.
"Eh pagi juga monyet —LOH DANITA?"
Tuh kan, liat sendiri.
Aneh.
Udah aneh, suara kek toak masjid. Delana yang teriak gue yang malu. Mana diliatin banyak orang yang lewat lagi.
"Eh, Danita, lo tau ga, kemaren ada apa??" Naraya langsung nyerobot gue dan dipojokkan ke dinding deket pintu. Tubuhnya di depan gue, seakan gue lagi di interogasi ala sinetron.
Gue yang secara fisik lebih tinggi dari Naraya jadi harus menundukkan kepala ekstra karena Naraya lagi berbisik ke telinga gue. "Kemaren, ada yang liat, kalau Ridwan makan bareng sama cewek."
"Ya terus?"
Naraya malah mendelik, menatap gue dengan ekspresi tak percaya seakan berita bukan hal yang harus diperhatikan. Ya kan emang bener.
Gue juga tiap hari makan sama Kak Feliks, kalau di luar kadang makan bareng sama Kalandra, kenapa Ridwan yang makan bareng cewek dimasalahkan?
Ga paham gue.
"Sumpah lo cuma jawab ya terus?"
"Ya terus apa kelanjutannya, nyet."
Naraya mendecak pelan, "oh bilang dong, nyet. Apa ya. Apaan, Del?"
Ini niat kasih tau gue apa malah jadi acara gosip cantik dadakan?
"Dal del dal del, emang gue perkedel. Gue kemaren ikut ke sekolah karena ada tugas sie.dokumentasi," kata Delana sambil menatap gue datar.
Gue mendengar kan. Sesekali melirik ke arah Rafandhan karena dari tadi nih orang diem bae, biasanya cerewet.
"Pas istirahat, anak-anak OSIS pada kumpul kan makan bareng. Ridwan awalnya ijin pas anak-anak cewek pada keluar beli makanan. Kata Agus sih, dia ijin ke kamar mandi atau chat lo gitu."
Oh, pas itu. Berarti emang gue yang ganggu dia dong???
"Nah, pas anak-anak cewek pada balik. Ada yang tanya Ridwan kemana, gue ga tau karena gue lagi fokus nge-charge batere kamera. Dijawab sama Agus ke kamar mandi," Delana menjelaskan nya dengan tenang kayak orang lagi story telling buat pengantar tidur.
Gue jadi ngantuk.
"Terus, lo juga nyusulin Ridwan ke kamar mandi?"
"Mana ada, nyet! Bukan gue, si ceweknya itu yang nyusul!"
"Hah?!"
Gue ga percaya apa yang di katakan Delana selanjutnya. Kayak ada suatu berita yang emang selama ini disembunyikan Ridwan dari gue.
Selama Delana kasih tau informasi ini ke gue, gue cuma bisa diem dengan pikiran berkecamuk kesana-kemari. Terlebih saat Naraya bilang kalau Kalandra juga tau hal ini.
Bisa-bisanya gue di hianatin dua sahabat gue sekaligus. Sebenarnya, apa yang gue ga tau dari mereka sih?
"Kalandra ada di dalem, tanya aja sama apa yang sebenarnya."
Rafandhan menyela saat Delana menyuruh gue bertanya langsung pada Ridwan. "Kenapa ga tanya pacarnya aja langsung sih?" Naraya menyahut.
Gue masih diem, masih memproses informasi aneh di pagi hari ini. Mana ntar ulangan sejarah. Ya Allah tolong selamatkan otak hamba.
"Lo pikir, Ridwan bakal ngaku?"
Satu kalimat pertanyaan dari Rafandhan yang bikin gue mati kata ga bisa jawab.
"Iya lah, kan Danita pacarnya!" Lagi, Naraya menyahut.
"Kalau ngakunya bohong gimana?"
Rafandhan ngomong gini bukan karena mau ngehasut gue biar putus sama Ridwan kan?
"Udah deh. Pusing gue, bentar lagi masuk, ulangan Sejarah. Jangan ngomong lagi, biar gue yang urus," kata gue pada akhirnya.
Delana nampak bodo amat dan yang heboh malah Naraya.
"Tapi, kalau lo sampai sakit hati gimana?"
Gue ketawa kecil, "ya itu kan...resiko orang pacaran. Betewe makasih ya, udah kasih info ini. Gue masuk dulu."
Istirahat nanti harus ngomong dengan Kalandra.
"KALANDRA SAYANG! NGANTIN BARENG KUY!"
"APA ANJIR? APA NGAJAK GELUD?"
Gue ngakak di tempat liat komuknya dia. "Santai anjir, ngegas banget."
Dia mendecih kecil, "ga, gue mau nonton drakor."
Masih aja ya Allah.
"Yaudah gue ikutan."
"Pergi sono! Kan udah punya pacar."
"Lagi selingkuh."
"HAH? BENERAN?"
Kenapa reaksinya berlebihan banget sih? "Reaksi lo kenapa kaget banget? Kan dia selingkuh sama rapat nya."
Kalandra mengerjapkan mata beberapa kali, "oh, eum, iya ya."
Jawabannya kikuk. Pasti ada yang ya beres.
Pasti ada yang ga beres sama rapat, Ridwan, dan berita Delana itu. Aneh sih, soalnya gue belom ada sebulan pacaran tapi udah ada kek beginian. Tapi kok, bikin kepikiran.
A/n dari Fath
Pengen cepet selesai. Jadi di up terus aja.
Vote dan komen nya thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPS 1
Novela Juvenil[ S E L E S A I] Series of DC Highschool 11 IPS 1 bukanlah kelas yang banyak diceritakan seperti kelas-kelas lain. Kelas pojokan di koridor lantai dua ini seakan punya dunia sendiri. Dijuluki kelas aneh dan yang paling beda di seluruh penjuru DC Hi...