Pulang aja yuk

1.1K 165 11
                                    


"Jeong laper!" Keluh Jihyo. Jeongyeon melirik Jihyo sekilas kemudian memasang tampang heran.

"Apasih kok gitu muka lo?" Tanya Jihyo sewot karena tidak terima dengan respons Jeongyeon.

"Ya elo ngapain sok imut gitu coba?" Tanya Jeongyeon yang sukses membuat Jihyo mengerutkan alisnya. Jihyo sama sekali tidak bertingkah sok imut barusan, ia hanya bilang bahwa ia lapar.

"Gue laper Jeong, dari mana sok imutnya sih?" Tanya Jihyo. Jeongyeon terdiam. Ia baru sadar bahwa apa yang Jihyo lakukan tadi masih dalam batas normal, bukan sok imut seperti yang ada di dalam pikirannya. Ia baru saja salah paham.

Jihyo menatap Jeongyeon dengan curiga, yang ditatap merutuki dirinya sendiri dalam hati. Perasaannya mendadak tidak enak. Sepertinya Jihyo dalam hitungan detik akan bertingkah sangat percaya diri lalu mengolok-olok dirinya karena secara tidak langsung baru saja memuji Jihyo.

"HAHAHA JADI GUE IMUT?"

Dan tebakan Jeongyeon benar. Jeongyeon mengusap wajahnya gusar dengan tangan sebelah kirinya, sementara tangan sebelah kanan masih sibuk memegang kemudi.

"Nggak ah!" Balas Jeongyeon. Benar-benar repot kalau salah bicara dengan Jihyo begini. Ia akan diejek habis-habisan dalam durasi yang sangat lama.

Perempuan berambut sebahu itu segera mencari akal untuk mengalihkan pembicaraan ini. Kebetulan sekali di jarak pandang 50 meter ia dapat melihat plang restoran cepat saji.

"Nah itu ada subway! Kita drive thrue aja ya!" Seru Jeongyeon. Lalu segera menghidupkan lampu sein ke kiri dan mengarahkan mobil mereka masuk ke sana. Jihyo tersenyum geli. Ia tau betul Jeongyeon hanya mengalihkan pembicaraan. Jeongyeon memang jarang memuji Jihyo, yang ada hanya mengolok-olok saja setiap harinya.

"Yah ngeles dia" lirih Jihyo masih dengan senyuman usil. Jeongyeon dapat mendengarnya dengan jelas, tapi ia pura-pura tidak mendengar sama sekali.

Mobil memasuki pelataran restoran cepat saji. Drive thru ini terlihat sepi, jadi mereka berdua bisa langsung memesan tanpa mengantri. Setelah memesan, mereka pun melanjutkan perjalanan.

Jihyo membuka salah satu sandwich yang mereka pesan kemudian menyuapi Jeongyeon. Jeongyeon yang memang sedang mengemudi menerima dengan senang hati. Hal ini sudah jadi kebiasaan mereka jika sedang pergi berdua. Jihyo selalu menyuapi Jeongyeon yang mengemudi, seperti perlakukan seseorang pada pacarnya.

"Ya lo juga makan dong, Ji" ucap Jeongyeon seraya mengunyah makanannya.

"Iya ini juga makan" lalu Jihyo memakan sandwich itu juga.

"Mau minum dong!" Pinta Jeongyeon. Jihyo dengan sigap segera menyodorkan segelas cola pada Jeongyeon. Lalu setelah itu mereka melanjutkan makan sampai selesai.

"Udah lama banget ya kita nggak carpool kayak gini" ucap Jihyo seraya menaruh atensi pada jendela. Jeongyeon di sebelahnya diam saja tak menanggapi.

"Terakhir kali sebelum kalian ke Swiss kan?" Tanya Jihyo. Jeongyeon berdehem mengiyakan. Ia sebenarnya tak suka Jihyo membahas Switzerland karena terakhir kali mereka ke sana hanya berdelapan tanpa Jihyo. Saat itu Jihyo sedang dalam masa pemulihan setelah operasi lututnya, jadi ia terpaksa tinggal di mansion sendiri.

"Nggak usah bahas itu, Ji" ucap Jeongyeon dan membuat Jihyo jadi menoleh ke arahnya karena heran.

"Kenapa?"

"Nggak ada lo nggak seru" balas Jeongyeon. Jihyo mengerutkan alisnya. Tumben sekali Jeongyeon mengaku seperti ini. Apa ia benar-benar menginginkan keberadaan Jihyo saat itu? Jihyo jadi merasa tersanjung.

"Kok?"

"Iya nggak ada lo nggak ada yang gue ajak berantem"

"Ya elah!" Seru Jihyo. Ia menyesal tadi sempat berpikir bahwa Jeongyeon benar-benar menginginkan keberadaannya. Ia lupa kenyataan bahwa Jeongyeon memang selalu bercanda. "Hm....Kan ada Nayeon unnie?" 

"Ya beda, Ji. Gue lagi akur waktu itu sama dia, malahan pas tidur dia meluk gue terus"

"Oh gitu..." Jihyo mengangguk-angguk. "Kasian juga lo nggak ada lawan berantem ya haha"

"Nah itu!" Balas Jeongyeon sambil tertawa pelan.

Setelah itu hening. Mobil terus melaju namun kini mereka tidak saling bicara. Memang sejak makan Jihyo sudah tidak menyetel musik di mobil ini, jadi tidak ada suara lain selain bunyi mesin mobil yang berderu.  Jeongyeon sibuk dengan pikirannya sendiri, begitu juga dengan Jihyo. Sampai akhirnya suara Jihyo memecah keheningan.

"Eung.... pulang aja yuk, Jeong!"

"Lho kenapa?"

"Ngantuk gue hehehe"  pinta Jihyo dengan kekehan kecilnya.  

Jeongyeon mengernyitkan alisnya bingung. Meski bingung ia tetap memutar mobil lalu mengambil jalan menuju mansion dan menuruti keinginan Jihyo untuk pulang. Walaupun ia benar-benar bingung mengapa di pagi hari begini Jihyo sudah mengantuk.

"Hm okay ayo pulang"

___________
27-08-2020

Leader vs Prankster (Jeonghyo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang