Mending kita sarapan

838 133 13
                                    

"Morning" sapa Jeongyeon ketika Jihyo mengerjapkan mata untuk beradaptasi dengan cahaya.

"Morning" balas Jihyo dengan suara serak. "Kok gue sama lo? Chaeyong mana" Tanya Jihyo

"Gue juga nggak tau, gue bangun udah nggak ada siapa-siapa, suasananya sepi banget, kayaknya pada keluar" jawab Jeongyeon

"Kok lo masih di sini? Nggak langsung bangun aja?"

"Ya gimana mau bangun kalo dipeluk gini?"

"Oh iya, maaf" ucap Jihyo seraya menarik dirinya sendiri keluar dari dekapan Jeongyeon.

"Tumben nggak mau dikelonin lagi?" Tanya Jeongyeon

"Nggak mau ah, nggak ada orang takut lo macem-macem!"

"Idih ketularan otak Momo lo ya? Gue mana napsu sama lo!"

"Ish...ya udah sih, biasa aja! Gue tau gue nggak cantik dan nggak seksi! Jadi nggak usah diperjelas" Jihyo cemberut, lalu duduk dan melipat selimut yang baru saja ia gunakan bersama Jeongyeon.

"Hahaha ngambek!"

"Hihihi ngimbik!"

"Ji... Jangan ngeselin deh"

"Ji jingin ngisilin dih"

"Heh! Gue kelitikin nih?" Tanya Jeongyeon "Satu.... Dua...."

Dengan cepat Jihyo langsung bangkit dari kasur dan bersiap untuk kabur

"Coba aja kalo berani!" Tantang Jihyo

"Sial, ngajak kejer-kejeran?"

Jihyo berlari dengan cepat menuju dapur. Tawanya pecah kala Jeongyeon di belakangnya mengejar sambil meneriaki namanya.

Ini sesuatu yang jarang terjadi. Jeongyeon kesal lalu mengejarnya. Biasanya, Jihyo lah yang selalu jadi korban dan mengejar Jeongyeon, namun sekarang terbalik.

Karena langkah kaki Jeongyeon lebih besar dari Jihyo, perempuan kelahiran 96 itu berhasil menangkap tangan orang yang ia kejar. Ia segera menarik Jihyo dan mengungkung sahabatnya itu di dinding.

Deg.

Mata keduanya bertemu. Tawa mereka hilang tergantikan dengan debaran jantung yang semakin cepat.

Jeongyeon tak mengerti dengan dirinya sendiri kenapa malah mengurung Jihyo begini. Ia berusaha mati-matian untuk tidak melihat ke arah bibir Jihyo. Bibir ranum yang mengundangnya untuk mendekat.

Batinnya bergejolak. Ingin mencium namun ini sahabatnya sendiri. Sementara napsunya sudah di ubun-ubun.

Perempuan dalam kungkungan Jeongyeon juga diam saja. Ia berusaha mati-matian menetralkan detak jantungnya yang berpacu cepat. Tangannya meremas-remas ujung baju karena gugup. Ia sendiri tak paham apa yang ia inginkan, tetap di sini atau berusaha kabur dari kungkungan Jeongyeon.

"Ji..." Suara Jeongyeon menyadarkan Jihyo sepenuhnya.

"Hmm ya?"

"Lo cantik, jangan pernah mikir yang engga-engga" Jihyo mengernyit heran mendengar pujian Jeongyeon. Ini terlalu tiba-tiba baginya. Membuat seluruh rasa kantuknya hilang begitu saja.

"Dan lo juga seksi" celetuk Jeongyeon, membuat dada Jihyo bergemuruh semakin kencang "Jadi gue harap mendingan sekarang kita sarapan sebelum gue mikir yang nggak-nggak!"

"Eh?"

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Leader vs Prankster (Jeonghyo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang