Eighteen

436 93 20
                                    

Lelaki dengan visual diatas rata-rata itu baru saja selesai merapikan barang-barangnya di kamar yang telah ditempatinya sedari ia tiba di negara ini.

Sebenarnya ia enggan memakai kamar ini karena ada orang lain yang memilikinya. Apalagi kamar ini benar-benar girly, tidak cocok dengan dirinya yang sangat manly.

Tapi apa boleh buat? Meskipun rumah suami kakaknya bisa dibilang cukup luas, tetapi hanya ada 2 kamar utama dan satu kamar pembantu disini, menyebabkan dirinya tidak bisa menempati kamar yang diinginkannya. Daripada tidur diluar, ia memilih untuk menempati kamar anak tunggal dari suami kakaknya, toh gadis itu sedari awal belum terlihat batang hidungnya, entah pergi kemana.

Satu yang pasti, lelaki itu tahu siapa pemilik kamar yang ditempatinya, dan ia semakin tertarik dan ingin bertemu lagi dengan gadis manis itu.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, lelaki itu bergegas keluar kamar karena perutnya mulai meronta minta di isi. Tepat saat dirinya menutup pintu dan berbalik badan, netranya menangkap sosok seorang gadis yang telah ditunggu-tunggu olehnya.

"Wow, ketemu juga nih akhirnya." Ucapnya sambil menatap intens gadis dihadapannya.

Gadis bernama lengkap Yunata Juliette itu sontak terkejut mengetahui sosok tak terduga berada dirumahnya sendiri, bahkan baru saja keluar dari kamarnya sendiri.

"HAH?! KOK BISA SIH LO ADA DI KAMAR GUE???!!" Teriak Yuna, matanya membulat karena terkejut.

Lelaki itu terkekeh, "Bisa lah, jangan kaget gitu, mending lo bersyukur bisa satu atap sama cogan kaya gue."

"Hah?! Bersyukur satu atap sama cogan? Najis! Pede lo tuh ketinggian. Minggir sana, jauh-jauh dari kamar gue!" Amuk Yuna sambil menarik tubuh lelaki itu agar menjauh dari pintu kamarnya.

Meski tubuhnya ditarik-tarik dengan brutal oleh Yuna, lelaki itu tak keberatan sama sekali, malah sangat menikmati momen kemarahan Yuna. Ia menatap Yuna sambil cengengesan, membuat gadis itu semakin emosi padanya.

"Ngapain lo cengengesan? Pergi jauh-jauh, jijik gue liatnya!" Protes Yuna.

"Lo jadi cewek kasar banget ya sama orang asing, untung lo cantik, coba kalo jelek—"

"Ya terus kalo lo sadar lo orang asing, ngapain lo disini gue tanya?!"

"Chan? Yuna?"

Panggilan dari Jocelyn berhasil menghentikan perdebatan diantara dua orang yang tengah bersitegang itu, membuat keduanya mengalihkan atensi pada sumber suara.

Jocelyn menghampiri dua orang tersebut, diikuti dengan Jonathan yang baru saja masuk ke dalam rumah dan terkejut saat melihat putrinya sudah pulang.

"Yunata! Akhirnya kamu pulang juga, terimakasih sudah kembali ke Ayah." Jonathan buru-buru memeluk tubuh putrinya.

Yuna membalas pelukan Ayahnya lalu mengangguk.

"Ayah minta maaf Yuna, setelah ini Ayah akan lebih mengerti dan banyak memperhatikan kamu. Jangan pergi lagi dari Ayah ya?" Ujar Jonathan setelah melepas pelukannya.

"Iya Ayah, Yuna juga minta maaf." Balas Yuna.

Jonathan tersenyum dan mengangguk, lalu mengusap puncak kepala putrinya itu.

"Mmm Yuna, maaf juga kalau kamu merasa tidak nyaman karena saya. Sekarang kamu boleh panggil kakak atau Jocelyn saja kalau memang sulit untuk panggil Ibu ke saya, jangan memaksakan. Saya juga janji akan bersikap lebih baik agar kamu merasa nyaman." Jocelyn buka suara sambil menatap Yuna dengan canggung.

Yuna tidak tahu apakah Jocelyn benar-benar tulus meminta maaf serta menepati kata-katanya, tapi untuk saat ini Yuna akan melupakan semua sikap buruk Jocelyn dan memulai kehidupan baru yang lebih baik dengan keluarganya. Ya meskipun ucapan Jocelyn yang ramah dan tiba-tiba menggunakan saya-kamu dengannya terdengar menggelikan baginya.

Location Unknown✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang