Thirty-one

483 110 53
                                    

Dosen manajemen keuangan bernama Soehadi itu mengakhiri kelasnya setelah melakukan ceramah panjang akibat nilai ujian akhir semester mahasiswa yang dibawah rata-rata. Dosen berkumis tebal tanpa sehelai rambut dikepalanya itu juga marah karena setelah mengadakan remedial, mahasiswanya tetap tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Tapi hal itu tidak berlaku bagi mapres macam Yuna. Ia selalu mendapat nilai yang hampir sempurna di semua mata kuliah, meski pada mata kuliah Soehadi gadis itu sempat mendapat minus satu karena terlambat masuk kelas.

Rachel yang menjadi salah satu mahasiswa dengan nilai dibawah rata-rata kini memasang wajah super duper kesal. Ia membanting tasnya keatas meja, membuat Yuna yang berada disampingnya geleng-geleng melihat tingkah gadis itu.

"Lo kenapa lagi deh Chel?" Tanya Yuna.

"Kesel banget gue sama si botak itu, kagak ada akhlaknya kalo ngasih nilai. Gue udah belajar mati-matian tetep aja nilai gue C!" Keluh Rachel.

Yuna menepuk bahu Rachel, "Gapapa, masih ada kesempatan memperbaiki."

"Lo sih enak udah pinter dari lahir, kagak usah ribet-ribet belajar kaya gue juga nilai lo udah A semua."

"Gak gitu konsepnya Chel, gue juga masih tetep harus belajar kali."

"Udah gausah terlalu dipikirin, mending kita makan es krim!" Yuna menggandeng lengan Rachel.

Meski masih kesal, Rachel mengiyakan ajakan Yuna. Mereka berdua pun berjalan bersamaan keluar gedung fakultas, sambil sesekali Rachel menyampaikan keluh kesahnya tentang dosen bernama Soehadi itu.

Sementara Rachel masih asik berceloteh, netra Yuna kini menangkap sosok Jeka yang nampak mencari-cari seseorang di area gedung jurusannya.

Yuna panik, takut kalau yang dicari Jeka adalah dirinya. Ia masih enggan untuk bertemu ataupun berbicara dengan Jeka, entah sampai kapan.

Sialnya, arah pandang Jeka bertemu dengannya, membuat Yuna terkesiap dan buru-buru menarik tangan Rachel untuk bersembunyi diantara mobil-mobil yang terparkir di parkiran fakultas.

Rachel yang terkejut sekaligus kebingungan karena tiba-tiba ditarik Yuna untuk bersembunyi langsung mengikuti arah pandang Yuna yang nampak mengawasi gerak-gerik seseorang.

Begitu mengetahui siapa yang tengah diawasi oleh Yuna, Rachel merasa memang ada sesuatu yang disembunyikan Yuna beberapa hari ini.

"Lo sama Jeka lagi ada masalah ya?" Tanya Rachel tiba-tiba.

"Hah? Enggak, perasaan lo aja kali." Balas Yuna sambil tetap mengawasi Jeka yang masih mencarinya.

"Kalo gitu ngapain lo pake ngehindarin Jeka segala?"

Yuna menggigit bibir bawahnya, "Ya gapapa, cuma lagi nggak pengen ketemu dia aja."

"Dari kemarin-kemarin Jeka sering nyariin lo tau, gue ditanyain mulu sama tuh anak." Kata Rachel.

Yuna mengalihkan atensinya pada Rachel. Nyatanya ia memang tak bisa menyembunyikan fakta bahwa hubungannya dengan Jeka sedang tidak baik-baik saja.

"Sorry ya Chel, kalo lo ditanya lagi bilang aja gue udah jarang bareng lo."

"Jujur gue emang lagi ada sedikit masalah sih sama dia, jadi ya gitu," lanjut Yuna mengakui.

Rachel mengangguk paham, "Oke deh, kalo butuh cerita jangan sungkan ya Yun, mungkin aja kan gue bisa bantuin lo."

"Soalnya aneh aja gitu kalo ngeliat lo sama Jeka yang udah kaya lem dan kertas tapi malah jauh-jauhan gini. Semoga cepet baikan deh."

Yuna tersenyum tipis kemudian mengangguk, "Thanks, Chel."

Location Unknown✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang