Lelaki bernama Kelvano Jeka itu tengah berpose dihadapan Yuna, sahabatnya, agar gadis itu bisa menilai penampilannya apakah bagus atau tidak.
Jeka memakai kaos berwarna putih dibalut dengan jaket denim dan celana dengan warna yang senada dengan jaketnya. Ia berusaha tampil sebaik mungkin karena hari ini lelaki itu akan menyatakan perasaannya pada Hauna Salsabila, si gadis mungil nan manis yang telah lama menjadi incarannya.
"Buruan Juy, udah cakep belum nih gue?" Tanya Jeka sambil menaikkan sebelah alisnya.
Yuna masih belum merespon. Gadis itu tengah menatap Jeka dari atas hingga bawah dengan Jeli. Sebenarnya tak perlu berpakaian bagus ataupun berdandan rapi, Jeka akan selalu tampan dan memiliki daya tariknya sendiri, begitu menurut Yuna.
Tapi melihatnya mempersiapkan diri seniat ini membuat Yuna yakin bahwa lelaki itu serius dengan ucapannya kemarin, bahwa dia akan memilih seorang gadis menjadi pasangannya. Memikirkan itu membuat Yuna merasa sedih, namun ia harus menyembunyikannya agar Jeka tak menyadari apa yang dirasakannya.
"Juy? Elah, pake bengong segala lo. Secakep itu ya gue?" Jeka mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Yuna sambil menatap gadis itu dengan percaya diri.
Yuna tersentak ketika Jeka menegurnya, sontak gadis itu pun mengangguk asal.
"Iya anjir, lo udah cakep dah. Buruan sana pergi, nanti calon pacar lo nunggu kelamaan." Ucap Yuna sambil mendorong tubuh Jeka agar segera pergi menemui Una yang sudah duduk manis di kantin sambil menyeruput minumannya.
"Iya Juy, iya. Gak usah lo dorong juga gue bakal pergi."
"Eh tapi lo jangan kemana-mana, liatin gue dari sini kan kelas lo udah beres. Kalo gue di tolak, gue mau langsung kabur ke lo soalnya." Lanjut Jeka.
Yuna tersenyum tipis kemudian mengangguk, "Iya dah, pesimis amat sih lo. Sana pergi cepet."
Jeka mengacungkan ibu jarinya kemudian melangkah pergi menghampiri Una, meninggalkan Yuna yang menatap nanar punggungnya.
'Kalau dia ternyata diterima, terus gue ngapain diem disini? Mending pergi anjir, takut makan hati.' Batin Yuna yang akhirnya mengingkari ucapannya pada Jeka dengan pergi dari area kantin kampus dimana Jeka akan menyatakan perasaan pada Una.
Di sisi lain, Jeka telah duduk manis di samping pujaan hatinya. Lelaki itu mencubit lembut pipi Una agar atensi gadis itu beralih padanya.
"Na, aku disini lho. Kamu fokus banget sih sama makanan, padahal aku mau ngobrol serius."
Una mendelik pada Jeka lalu menepis tangan lelaki itu yang masih mencubiti pipinya.
"Diem ih Jek, aku lapar tau. Emang kamu mau ngobrolin apaan sih sampe keukeuh banget ngajak aku makan di kantin jam segini? Gak ada kelas ya kamu?"
Jeka terkekeh, gemas pada Una yang bicara padanya dengan makanan yang masih ada dimulutnya hingga pipi gadis itu menggembung.
"Gemes banget sih kamu, Na. Emang pantesnya dicubitin tiap hari tuh pipi gembul kamu." Ucap Jeka, mengabaikan pertanyaan Una yang akhirnya sukses mendapat tatapan tajam dari gadis mungil itu.
"Ih! Udah cepet ngomong dulu deh, aku mau habisin makananku nih."
"Iya, ini aku mau ngomong, sabar dulu dong sayang."
Una dibuat melotot sekali lagi oleh Jeka yang seenaknya memanggil gadis itu dengan sebutan sayang. Jeka sendiri tak terlalu memedulikan ekspresi Una, lelaki itu sibuk menetralkan jantungnya yang mendadak berdetak cepat, serta menahan kegugupannya untuk mulai menyatakan perasaannya pada Una.
KAMU SEDANG MEMBACA
Location Unknown✔
Fanfiction• I gotta get back to you, trying to find my way back home to you again, cause my location unknown. • Seberapa jauh pun gue cari jalan pulang yang tepat, gue tetep tersesat di ruang yang sama. Gue gak sadar, kalau selama ini lo adalah jalan tujuan g...