8

79 8 0
                                    

Aku berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit dengan pencahayaan yang sudah lumayan baik dan terang. Kemarin Tim dan temannya sempat memperbaiki lampunya yang remang-remang. Mengapa hanya lampu? Mengapa tidak seluruh bangunan saja diperbaiki? Ini bukan seperti Rumah Sakit. Sudah seperti Rumah Hantu!

Aku ingin ke kamar Andrew, yah.. sekedar memastikan dia baik-baik saja setelah Dokter Will menyuntikkan cairan coklat ke dalam tubuhnya.
Apa dia sedang istirahat?
Aku tidak ingin mengganggunya, aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja dengan obatnya.

Seingatku, kamar Andrew terletak di sebelah kamar Bach. Baiklah, aku akan masuk pelan-pelan.

C-KLEK!

Aku mengintip sejenak, ingin tahu apa yang sedang Andrew lakukan.
Ia sedang berbaring di tempat tidurnya dengan tatapan kosong yang menatap jendela.
Andrew menyadari kedatanganku. Pandangannya tidak lagi kosong, namun matanya sayu. Dia hanya menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mungkin, dia juga terlalu lemas untuk berbicara.

Kuakui ...
Andrew tampak menyeramkan. Wajahnya putih pucat dengan bibirnya yang kering dan pucat. Kantung mata menghitam di bawah matanya.
Ia terlihat seperti seorang zombie.

Aku menelan ludahku dan menyunggingkan senyumanku.

"Hei.." sapaku.
Andrew tersenyum padaku dengan senyuman tipis yang pucat.

"Kau.. pegawai baru?"

"Iya.. aku Raphael."

"Kurasa kau sudah tahu namaku dari Dokter Will."

"Ya, kau Andrew."

Andrew hanya menyunggingkan senyum tipisnya.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Seperti yang kau lihat sekarang ini."

Aku melihat Andrew yang sedang berbaring lemas di tempat tidurnya.
Aku mengangguk paham.

"Kemarilah, duduklah di sini."

Andrew menunjuk lemah kursi di sebelahnya dengan dagunya. Aku berjalan pelan dan duduk di kursi sebelahnya.

"Aku minta maaf.."

Kunaikkan sebelah alisku.

"Untuk?"

"Tanganmu, aku menggigit tanganmu."

Aku melihat tanganku yang sudah diperban rapi tapi masih menyisakan bercak darah.

"O-oh! Ini.. ahahaha!! Tidak apa-apa.. ini bukan masalah besar. Dokter Will sudah mengobati tanganku barusan."

Senyum tipis tercetak di wajah Andrew, ia menghela napasnya pelan.
Jemarinya saling membelit pelan.

"Kau.. baik-baik saja, Andrew?"

Andrew menggeleng pelan.

"Aku hanya ingin sembuh.."

Air mata menetes di pipi Andrew.

"Mereka tidak memperlakukan pasien layaknya pasien, tapi seperti kelinci eksperimen mereka."

"Pergilah dari tempat ini, Raphael. Tempat ini terkutuk.." lirih Andrew pelan, namun aku dapat dengan jelas mendengarnya hingga membuat mataku sedikit terbelalak mendengar informasi yang kudapat dari Andrew.
Tidak sengaja, aku melirik ke arah lengan kanan Andrew. Bekas suntikan barusan yang membiru.

Satu lagi puzzle yang memasuki pikiranku.

"Apa sakit?"

"Apanya?"

"Lengan kananmu."

Andrew melirik sekilas lengannya.

"Menggerakkan lenganku pun, aku tidak bisa. Aku seperti tidak mempunyai lengan kanan."

The Duke's InvestigationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang