7

83 9 0
                                    

"Selamat pagi, Lucas. Sarapan untukmu."

Lucas menoleh memperlihatkan boxy smile hangatnya. Ia mengangguk.
Aku berjalan dan menaruh nampan berisi sarapannya.

"Hari ini, menunya roti isi selai coklat dan susu."

Lucas tersenyum dan mengangguk.

"Bagaimana keadaanmu, Lucas?"

"Aku merasa sedikit baik, hanya saja. Tubuhku masih sangat lemas. Semalam, seorang dokter membawaku ke ruangan praktik dan menyuntikkan sesuatu pada lenganku."

"Suntikan? Suntikan apa?"

"Entahlah. Dia tidak memberitahuku, dia hanya memintaku untuk diam dan biarkan dia menjalankan pengobatannya untukku."

Aku memandangi Lucas yang masih pucat. Dia menggaruk kepalanya pelan dan mengambil roti dari atas piring lalu melahapnya.

"Kau sudah mandi?"

"Sudah, Tim memandikanku jam enam tadi."

Aku duduk di samping Lucas, mengikuti apa yang Lucas lihat dari dalam kamarnya.

Sebuah taman dengan beberapa anak kecil yang sedang bermain ayunan.

"Terkadang, aku ingin menjadi seperti anak-anak kecil itu. Bebas bermain dengan bahagianya, tidak seperti aku yang berada di sini dikelilingi aroma obat dan alkohol yang menyengat. Obat-obatan di dalam tubuhku, bukan es krim. Dan suntikan-suntikan yang mendarat di lenganku."

Aku tersenyum getir mendengar perkataan Lucas.

"Aku ingin bebas, aku tidak mau di sini. Sudah dua bulan aku di sini dengan keadaan tubuhku yang buruk. Ayahku sudah pernah meminta pada pihak Rumah Sakit untuk membawaku pulang. Namun, mereka tidak memperbolehkan ayahku membawaku pulang. Dengan alasan, akan sangat berisiko bila ayah membawaku pulang. Itu akan mengancam nyawaku. Aku tidak tahu apakah aku akan mati bila keluar dari Rumah Sakit ini. Dan aku juga tidak tahu, apakah Rumah Sakit ini bisa menjamin kesembuhanku dengan hampir ratusan pil kutelan dan ratusan suntikan di lenganku."

Aku mengelus puncak kepala Lucas. Aroma lemon tercium dari rambutnya.

"Kau akan sembuh, Lucas. Kau akan segera keluar dari sini. Percayalah, ayahmu sedang berdoa untuk kesembuhanmu. Jadi, kau harus sebisa mungkin sembuh agar hati ayahmu senang melihat anaknya sembuh."

Lucas tersenyum dan mengangguk.

Tanpa sadar, sarapan Lucas sudah habis. Aku mengambil susu di gelas dan memberikannya pada Lucas. Aku mengambil sebuah mangkuk kecil yang ditutupi baking paper lalu membukanya.

Sebuah pil kecil berwarna biru muda berbintik merah.

"Ah, obat pagiku. Kemarikan, aku harus meminumnya."

Lucas mengambil pil itu dan menelannya tanpa minum air.

"Kata dokter, ini pil imun. Di minum setelah penyuntikkan semalam."

Aku semakin tidak paham.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum kemudian meninggalkan kamar Lucas.

"Lucas sudah sarapan?" tanya Jake sambil mendorong table trolley.

"Sudah, ini piringnya."

"Taruh di sini, Raphael. Biar kubawa ke dapur."

Aku mengangguk dan menaruh piring itu di atas table trolley.
Jake melewatiku dan menuju dapur.

ARRRGGGHHH!!!!! ARRRGHHH!!! GGGHHH!!!!!

The Duke's InvestigationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang