Part 1

175K 8.9K 710
                                    

29 Agustus 2020

•••

"Bayar hutang kalian!" kata pria gemuk berkumis tebal dengan penampilan glamor sambil melipat tangan di depan dada, ia sebenarnya sama sekali tak sangar dan menakutkan jika saja tak ada pria-pria berbadan besar yang berada di belakang dan samping kiri kanannya. Hal yang membuat pria dan wanita tua serta gadis muda ketakutan setengah mati melihat hal tersebut. "Ini sudah masuk waktu tenggang!"

"Maaf, Juragan, tapi kami belum punya uang!" sahut pria tua itu,

BRAK!

"HEH!" Tangan gempal itu menampar kayu yang menjadi pagar rumah kecil itu. "Gue enggak peduli lo punya uang atau enggak, lo pada janji tanggal segini bayar ya bayar!"

"Kalo enggak punya uang gimana saya bisa bayar, Juragan." Pria itu menjawab lagi, mendapat anggukan oleh wanita tua dan gadis di sampingnya.

BRAK!

"Ini udah masa tenggang, pokoknya bayar pake apa yang ada di rumah!" teriaknya murka. "Atau, kalian bakal kena sama mereka!" Dan pria-pria berbadan besar itu menggerakan tangannya seakan siap menghajar.

Si pria tua menatap wanita tua. "Bu ... su-surat tanah?"

Wanita tua itu menggeleng lemah. "Udah digadain buat beli skincare, Pak."

"Lah, surat rumah? Sawah?" Lagi, wanita itu menggeleng lemah. "Masa digadain gak ada sisanya apa-apa, Bu?"

"Kan udah abis dipake belanja kita bertiga, gimana, sih!"

"Ahem!" Juragan berdeham, membuat mereka menoleh lagi ke arah pria gemuk tersebut.

"Juragan, ampun Juragan! Kami udah enggak punya apa-apa lagi! Tolong kasih kami kesempatan, tolong!" Mereka kini membungkuk mohon ke pria tersebut.

Pria itu menatap nyalang, ia siap mengintruksi agar segera memukuli dan menghabisi seisi rumah tetapi matanya menangkap gadis muda di antara mereka. Wajahnya cantik, bening, dan tubuhnya pun molek sempurna.

"Oke, saya bakal ngasih kesempatan!" Mereka bangkit berdiri, tampak wajahnya berbinar bahagia.

"Terima kasih, Juragan! Terima kasih!" Siap ia menyalami pria itu tetapi sang Juragan langsung menarik tangannya.

"Tapi, anak gadis kalian, harus mau jadi istri ketiga saya." Mendengar itu, tentu saja mereka terperanjat. "Gimana? Harus mau, dong, soalnya selain itu hutang kalian juga lunas sama saya, dan saya bakalan lunasin hutang-hutang kalian!"

Gadis itu menggeleng, bersembunyi di balik badan orang tuanya. "Bu, Pak, aku gak mau nikah sama dia! Aku enggak mau!" rengeknya.

Juragan mengusap-usap janggutnya. "Kalau enggak mau, ya tidak masalah. Habisi semua barang-barang yang ada di dalam!"

"Eh, Juragan! Jangan, Juragan! Jangan!" Ia menahan pria itu tetapi nyatanya para pria besar tersebut tak bisa dihentikan, mereka masuk dan mulai menyeret keluar barang-barang yang ada. "Juragan, Juragan, Juragan! Bagaimana kalau nikah sama keponakan saya saja, Juragan? Dia sama cantiknya, kan?"

Juragan tampak berpikir sejenak, kemudian tersenyum semringah. "Ah, benar juga kamu! Pinter sekali!" Kemudian, ia menatap anak-anak buahnya. "Hentikan!" Dan dengan sigap mereka berhenti melakukan aktivitas mereka. "Mana keponakan kamu itu?"

"Sebentar, ya, saya panggil, Juragan." Ia kemudian menatap anak gadisnya. "Kamu panggil dia di parit sana!"

"Kok jadi aku, Pak? Males, ah, panas gini entar kulitku rusak! Ibu aja, deh!"

"Heh, kamu mau nikah sama Juragan?" Sang ibu berbisik sebal.

"Ck, iya deh iya!" Dan gadis itu pun, masuk ke dalam dahulu untuk mengambil payung sebelum akhirnya keluar dan menuju ke pinggiran sungai berbatu. Di sana banyak orang yang tengah mencuci baju ataupun piring dan matanya menangkap sosok bening di antara mereka.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

ISTRI NDESO MAS CHEF [Brendon Series - L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang