Part 18

61.3K 5.6K 124
                                    

Ketiganya tertidur hingga pagi hari menjelang ....

Dan mereka dikagetkan oleh cahaya matahari yang muncul dari jendela. Keduanya menoleh hanya untuk melihat Ayesha membuka jendela. "Pagi, Mama, Papa!" sapa Ayesha bahagia.

Kemudian, tanpa sengaja, keduanya menyadari posisi mereka. Brendon, memeluk Adiratna dari belakang, dan langsung pria itu melepaskan pelukan. Keduanya yang masih berhawa-hawa bangun tidur masih mencerna apa yang mereka lakukan tadi.

"Bangun! Bangun! Bangun!" Ayesha melompat-lompat di kasur, membuat keduanya terduduk di sana. "Ayo mandi bareng!!!"

Permintaan Ayesha memang gila, Adiratna membulatkan mata sempurna dan menunduk malu. Ia kemudian memeluk badannya sendiri yang dipeluk Brendon ... rasa bersalah benar-benar meningkat tetapi di sisi lain. Itu nyaman ....

Brendon sendiri terkejut. Pagi hari adalah hari di mana semua pria mengalami morning wood, ditambah permintaan gila itu ....

"Papa ... ada urusan sebentar di luar, kalian aja duluan mandi, ya! Dah!" Brendon buru-buru keluar, menuju ke kamar mandi depan dan langsung mengguyur badannya yang panas dingin dengan ember.

Ia tak pernah segila ini, sebelumnya ....

Bayang-bayang istrinya, dan kemudian ia mengajak "istri"-nya itu menikah. Ini perasaan gila ....

"Kalian ... tetaplah bahagia ... meski tanpa aku."

Suara itu terngiang di kepala Brendon, ia memegang kepalanya sendiri. "Aku gak mungkin menggantikan kamu di sisiku ... enggak ...." Brendon terlihat frustrasi.

"Aku tahu kamu selalu punya sisi untukku di hati kamu ... aku merasa itu bukan tergantikan tapi kamu menemukan kebahagiaan lagi, aku bahagia jika kalian bahagia."

Brendon menghela napas, memegang dadanya. "Ya, kamu selalu ada di sini ... dia mirip dengan kamu, meski kalian berbeda, aku ingin Ayesha seterusnya bahagia ...."

Sementara itu, Adiratna yang memandikan Ayesha masih terngiang-ngiang permintaan anak ini. Membayangkan Brendon, tanpa busana, badan seksinya di depan mata kemudian sesuatu itu ... Adiratna menggeleng pelan.

Ajakan menikah itu dua kali ia dengar, tetapi agak berbeda dari yang pertama!

Kalau menikah, mereka akan saling melihat itu, kan? Sialan, apa yang Adiratna pikirkan!

"Mama, Mama kenapa geleng-geleng? Mama pusing, ya? Ayo kita ke rumah sakit!" Ayesha benar-benar menatap khawatir Adiratna, bocah 9 tahun itu trauma berat akan ibunya yang dulu benar-benar diam-diam menyimpan rasa sakit di hadapannya.

"Eng-enggak, Ayesha ... Mama enggak papa."

Ayesha diam, ya, tetapi kala mereka selesai mandi dan membersihkan diri kemudian menuju dapur, Ayesha langsung menghampiri sang ayah.

"Papa, ayo bawa Mama ke rumah sakit! Mama malem tadi nangis, keknya sakit perut! Terus juga pagi tadi Mama geleng-geleng, Mama pasti sakit kepala!" katanya tanpa rem, Adiratna menggeleng pelan ke Brendon.

Brendon, meski tahu Adiratna tak memiliki penyakit seperti Aresha almarhumah istrinya, tetap kaget. "Nangis?" Brendon menghampiri wanita itu. "Apa yang kamu pikirkan?"

"Papa, ayo ke rumah sakit!"

"Ma-Mama gak papa, kok, Ayes ...."

"Mama bo'ong! Ayes gak suka Mama bo'ong!" Itu pukulan tersendiri, terlebih banyak kebohongan di sekitar mereka ....

"Ya udah, ayo kita ke rumah sakit ...."

Adiratna kaget, lah?

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

ISTRI NDESO MAS CHEF [Brendon Series - L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang