HANSOL bingung dengan apa yang terjadi. Dowoon tiba-tiba bersikap aneh, mengurung diri di di kamarnya. Yerim tampak seperti air matanya siap meledak kapan saja, berkata kalau itu salahnya telah membuat Dowoon menangis.
Menarik napas untuk menenangkan diri, Hansol berusaha untuk tidak panik. Menjadi satu-satunya yang tenang dalam situasi genting adalah hal baru untuknya. Namun, Hansol tahu kedua temannya membutuhkan dirinya yang tenang sekarang.
"Bukan salahmu, Yerim." Hansol memeluk Yerim, memberi gadis mungil itu usapan menenangkan. "Sungguh, bukan salahmu."
Butuh usaha cukup lama untuk menenangkan Yerim, tapi itu berhasil. Yerim menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Begitu Yerim sudah tenang, Hansol berjalan ke pintu kamar Dowoon.
"Hyung?" panggilnya, diiringi dua ketukan pendek. Hansol menempelkan telinganya pada pintu kayu, mendengar suara tangis lirih dan napas yang sesak. Dia mulai khawatir. "Hyung? Tolong izinkan kami masuk, ya?"
Belum ada jawaban, tapi Hansol bisa mendengar suara barang dibanting dan pecahan kaca yang keras. Hansol tidak sempat berpikir soal apa pun, tubuhnya secara naluriah bergerak begitu saja. Dia menggeser pintu, terkesiap begitu menemukan Dowoon berdiri di dekat meja. Pecahan kaca dari vas berserakan di dekat kakinya.
"Oppa!" Yerim berteriak. Kekhawatiran dan amarah mewarnai suaranya. Hansol memperhatikan dengan ngeri saat kaki mungil Yerim yang dibalut selop bergerak di atas pecahan kaca.
Hansol tidak mendekat, dia tidak memakai alas kaki sama sekali. Yerim menarik tangan Dowoon dengan lembut, membawanya menjauh dari pecahan kaca yang berserakan di lantai.
Ada suara ketukan di pintu depan. Hansol segera berlari keluar, disambut wajah ramah dua orang pria bermata sipit dengan nampan di tangannya. Hansol mempersilahkan mereka masuk dan meletakkan makanan di ruang tengah. Hansol menggunakan tubuhnya untuk menutupi pintu kamar Dowoon, mencegah para pelayan melihat kekacauan di dalam kamar.
"Bisakah kami minta kotak pertolongan pertama dan secangkir teh hijau?" Hansol bertanya, mengingat-ingat lagi kosakata bahasa Jepang yang pernah dia pelajari. Dia tidak ingat apa pun. Semua kalimatnya berbahasa Inggris sekarang. "Temanku tidak sengaja menyenggol vas dan terluka. Kami akan menggantinya, jangan khawatir."
Wajah dua pria di depannya diwarnai kekagetan, tapi mereka tampak lebih khawatir ketimbang marah.
"Apa teman Anda baik-baik saja?" Pria yang lebih tinggi bertanya, bahasa Inggrisnya cukup lancar meski logatnya cukup aneh. "Kami punya pegawai yang pernah bekerja di bidang kedokteran."
"Tidak perlu, terima kasih." Hansol tersenyum sopan. Sepertinya ide buruk membawa orang lain ke depan Dowoon yang sedang kacau. "Kami bisa mengobatinya, hanya luka kecil."
Pelayan itu tampak ragu, tapi dia mengangguk dan menghargai keputusan Hansol. Dia dan temannya membungkuk untuk berpamitan, Hansol secara refleks melakukan hal yang sama. Ketika pelayan pergi dan pintu ditutup, Hansol mengembuskan napas lega.
Hansol kembali ke kamar Dowoon. Yerim telah membawa Dowoon duduk di pinggir ranjangnya, kedua tangan Yerim menggenggam tangan Dowoon yang gemetar. Dowoon tampak kacau. Matanya basah dan jejak tangis tampak jelas di pipinya. Yerim mengatakan beberapa kalimat dalam nada pelan, meminta Dowoon menenangkan dirinya. Hansol berdiri di dekat pintu, mengamati.
Suara pintu diketuk lagi. Hansol segera keluar dan kembali dengan kotak pertolongan pertama dan secangkir teh hijau. Yerim mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir dari tangan Hansol. Yerim memberikan cangkir yang masih hangat itu ke tangan Dowoon.
Hansol berlutut di lantai, mengobati telapak kaki Dowoon yang terluka karena pecahan kaca. Hansol tengah fokus mencabut kepingan kecil kaca yang menancap di telapak kaki Dowoon saat suara berat yang gemetar memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH {✓}
FanfictionHiraeth; (n.) a homesickness for a home to which you cannot return, a home which maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for the lost places of your past. Mereka menemukan rumah, tapi bukan tempat beratap dan dinding di sekelilingnya...