beginning

1.5K 208 13
                                    

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

𝖘𝖙𝖗𝖆𝖜𝖇𝖊𝖗𝖗𝖞 𝖆𝖓𝖉 𝖈𝖎𝖌𝖆𝖗𝖊𝖙𝖙𝖊𝖘

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

ⁱᵗ'ˢ ᵃᵇᵒᵘᵗ ʳᵘⁿ ᵒʳ ᵈᵉᵃᵈ

ꜰʀᴏᴍ ᴛʜᴇ ʙᴇɢɪɴɴɪɴɢ, ᴡɪʟʟ ᴄʜᴀɴɢᴇ ᴇᴠᴇʀʏᴛʜɪɴɢ.

ꜰʀᴏᴍ ᴛʜᴇ ʙᴇɢɪɴɴɪɴɢ, ᴡɪʟʟ ᴄʜᴀɴɢᴇ ᴇᴠᴇʀʏᴛʜɪɴɢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••







Jalanan tampak sepi sekali malam itu. Rein hanya bisa mendesah pasrah sambil memandangi ban sepeda miliknya yang bocor ditengah jalan.

Seperti biasanya setelah les, ia akan segera pulang cepat sebelum jalanan semakin sepi. Tidak ada kendala setelah beberapa menit ia meninggalkan tempat lesnya, namun tiba-tiba sepedanya memijak sebuah paku ditengah jalan.

"Siapa sih yang naro beginian di jalan? Gak tau apa gue lagi buru-buru." Ia terus menggerutu sepanjang perjalanan sambil mendorong sepedanya.

Hari ini Rein merasa tidak ada keberuntungan yang berpihak padanya. Hampir telat datang ke sekolah, Mrs. Anne memarahinya ditempat les dan ban sepeda nya yang bocor.

Harusnya Juan lah yang menemaninya ngobrol hari ini. Namun temannya itu tengah izin untuk tidak masuk kelas les malam ini.

Ketika berjalan dengan pelan, Rein merasakan seseorang tengah mengikuti nya dari belakang. Ia yakin betul, karena aura orang itu terasa begitu jelas disekitar nya.

Tidak boleh panik. Ini kedua kalinya ia diganggu oleh orang gila yang dengan bangganya menunjukkan kemaluan nya itu. Meskipun Rein menghadapi nya dengan wajah yang amat santai tanpa rasa takut, didalam hati ia menangis karena melihat hal yang tidak senonoh.

Orang itu tiba-tiba berjalan lebih cepat mengikuti langkah Rein yang juga semakin cepat.

Kali ini ia takut, karena tidak ada Juan...

Ya Tuhan, siapapun tolongin gue.

Rein terkesiap ketika orang itu tiba-tiba berhenti didepannya.

Bukan orang gila...

Orang itu...

"Kok jalan sendiri sih cantik? Sini aku temenin." Ujar lelaki kurus didepannya ini sambil memegang bahunya. Rein ingin sekali menangis.

"Kita main-main dulu sebentar yuk." Sahut orang di samping kiri Rein. Dua orang itu tersenyum menyeringai.

Jelas mereka pedofil. Tampang Om-om dan bapak-bapak yang menjijikkan.

"Sini sebentar aja yuk." Kata lelaki bertubuh gempal di sampingnya. Tangan lelaki itu dengan sengaja menyentuh punggung bawah Rein.

Ia benar-benar ingin menangis.

SACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang