shitty question

678 151 16
                                    

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

𝖘𝖙𝖗𝖆𝖜𝖇𝖊𝖗𝖗𝖞 𝖆𝖓𝖉 𝖈𝖎𝖌𝖆𝖗𝖊𝖙𝖙𝖊𝖘

◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈

ⁱᵗ'ˢ ᵃᵇᵒᵘᵗ ʳᵘⁿ ᵒʳ ᵈᵉᵃᵈ

ꜱʜɪᴛ.

ꜱʜɪᴛ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••






" Udah siap? " tanya Rein dengan wajah excited. Mereka sedang ada di rooftop untuk menunggu jalanan sepi terlebih dahulu.

Seperti sebuah kebiasaan, Asen dengan santainya menyalakan puntung rokok miliknya tanpa mempedulikan Rein yang berdiri disampingnya.

" This would be very dangerous " ujar Asen lirih disela-sela menghirup rokoknya dalam.

Rein mengerutkan dahi tidak paham. " Lo ngomong sesuatu? " Asen menggeleng.

" Jadi, di cafe mana kita bakal mulai kelas pertama? "

" Cafe? " tanya Asen balik dengan seringai kecil di wajahnya.

Kebiasaan wanita? Apakah mereka selalu pergi ke tempat-tempat semacam itu? Hanya untuk belajar, yang sebenarnya dapat mereka lakukan sendiri di rumah?

" Rumah, bukan cafe " jawab Asen sambil melepas seragam miliknya tanpa mempedulikan keberadaan Rein yang tentu saja kaget di suguhi badan shirtless. " Dude, seriously? " Rein mengalihkan pandangannya dengan sebal. Benar-benar tidak punya malu. Bagaimana ia bisa dengan percaya diri melepas seragamnya didepan orang lain.

Ia segera memakai hoodie abu-abu miliknya dan memasukkan seragamnya ke dalam tas dengan asal.

Asen berjalan menjauh yang diikuti Rein di sampingnya. Gadis itu tidak boleh protes dimana pun mereka akan belajar. Karena sedari awal mereka sudah membuat perjanjian.

" Kenapa? " tanya Asen ketika melihat Rein tidak segera menarik sepedanya keluar dari parkiran. Ia memandang ban sepeda gadis itu. Helaan nafas kecil terdengar dari hidung Asen. Sepedanya kempes di waktu yang tidak tepat.

Tidak ada pilihan lain selain ia akan membonceng Rein.

" Tinggalin di bengkel depan aja, nanti gue bonceng " Rein tidak protes. Gadis itu menarik sepedanya keluar menuju gerbang sekolah.

Tukang tambal ban di depan sekolahnya memanglah tidak ramai. Tetapi jika ia menunggu sepedanya selesai diperbaiki, maka hal itu akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sedangkan hari ini adalah pertemuan pertamanya dengan Asen sebagai tutor.

" Di ambil besok, Mas " ujar Asen. Mas-mas itu melihat ban sepeda milik Rein kemudian mengangguk paham.

" Siap " Asen mengeluarkan uang kertas berwarna biru lalu memberikan pada si tukang tambal ban. " Kembaliannya besok aja pas ngambil "

SACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang