"Andai aku tahu apa yang akan terjadi berikutnya, aku lebih baik menyerah lebih awal."
***
Kiki duduk di samping Ragi, dan di samping Ragi ada Jiyya. Kayaknya mbak yang jaga karcis sengaja deh, biar cowoknya anget di tengah para cewek cantik nan cute ini. Jiyya pasrah saja. Memang dari awal dia taak mau ke sini, kalau bukan demi makanan enak. Hello ... buat anak kos kere yang uangnya tinggal recehan kembalian habis belanja, makan ayam goreng tambah nonton bioskop gratis udah nikmatnya bukan main."Lo suka cerita fantasi juga?" tanya Ragi yang duduk di sebelahnya.
Jiyya memutar bola matanya, lalu mendengus kecil. Rasanya kesal cowok ini mengajak dia mengobrol. Kenapa tidak ajak si Kiki saja? Jiyya harus berusaha ramah. Demi Kiki. "Hmmm ... maybe. Gue gak terlalu suka aja sama film bucin-bucin."
Ragi terkekeh pelan. "Lo pengen liat Avengers End Game ya? Jangan-jangan lo ikutin film Avengers?"
Jiyya menaikan satu bahunya. "Gak juga. Gue cuma lihat di beranda FB. Banyak banget yang bahas tuh film. Jadi penasaran."
"Kirain selera lo sama film yang war."
"Gue cuma tertarik sama film yang viewers banyak. Gue aja nonton Frozen gara-gara pada heboh. Padahal itu film kartun, buat anak kecil," celoteh Jiyya.
"Hahahaha ... kartun gak cuma buat anak kecil kali. Ada yang buat orang dewasa. Jangan berpikir sempit gitu, lah."
Jiyya mengangguk dan sedikit terkekeh. Dia lalu mengeluarkan handphone yang ia pasang case Panda dari animasi We Bare Bears.
Dalam batin Jiyya. Pengen banget gue bacotin nih cowok. Kalau gak ada Kiki dan bukan di dalam bioskop, kelar hidup lo.
***
Jiyya membuka mulutnya lebar-lebar. Masa bodoh sama orang-orang yang memperhatikan dia menguap. Entah kenapa di dalam rasanya Sangat boring. Dia cuma bisa scroll IG dan FB. Tak ada chat LINE yang masuk, apalagi WhatsApp. Di tambah, jadi obat nyamuk lagi. Fiks ini mah udah ngenes tingkat Dewa.
Jiyya balik badan. Dia liat Kiki dan Ragi yang cekikikan. Entah apa yang mereka bahas. Sekilas dari pandangan Jiyya, mereka lumayan cocok.
Namun tak lama Kiki pergi. "Gue ke kamar mandi dulu, ya," ujar Kiki sambil menepuk pundak Jiyya. Jiyya cuma nganguk.
Saat Jiyya hadap arah lain, Ragi udah ada di sampingnya. Buset nih cowok sejak kapan di situ? batin Jiyya.
"Boleh minta kontak lo gak?" tanyanya sambil mengulurkan benda pipih berwarna merah.
"Kontak motor? Maaf gue naik Go Car tadi."
Ragi tersenyum mendengar ocehan Jiyya. "Kontak HP. Nomor bisa, ID Line bisa, serah lo."
"Serah gue? Ya gak gue kasih lah!" jawab Jiyya dengan nada ketus. Jiyya memutar bola matanya dan melihat ke arah lain sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Jutek amat. Why?"
"Lo udah punya cewek bego. Entar gue dikira pelakor."
Ragi ketawa. Entah bagian mana perkataan Jiyaa yang lucu. Perasaan tak ada. "Lo ketawa terus kayak gak ada beban hidup."
"Santai, beban hidup gue banyak kok."
"Bodoh amat."
"Kasihan tauk Amat dibodohin terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Sweet Candy [END]
Romance[TAHAP REVISI] 🌸 Tak semua yang manis, berakhir manis pula. Kadang yang manis, bisa juga menyakitkan. Hubungan yang awalnya terasa manis, kadang bisa berakhir sangat pahit. "Katanya karma selalu datang dan menghanyutkan semua rasa bahagia menjadi d...