"Sama kayak bola. Perasaan itu bisa saja berbalik ke arah yang berlawanan dari muasal yang dilemparkan."
***
"Ngomong apaan?" tanya Kiki menatap Ragi penuh selidik.
Ragi hanya berusaha tersenyum namun terlihat sekali ekspresi kikuk dan gugup yang ada pada dirinya.
"Ya ... mungkin agak penting. Lo bisa?"
"Sorry, sekarang gue masih banyak kerjaan. Mungkin nanti jam 11 gue selesai, lo mau nunggu?" tanya Kiki.
Segera, Ragi membalasnya dengan anggukan. "Iya, gue tunggu."
Tanpa banyak bicara, Jiyya segera kembali ke tempat dia biasanya bekerja. Melayani konsumen yang sudah siap memesan makanan atau pun minuman padanya. Nantinya, Kiki yang akan mengirimkan catatan pemesanan pada koki yang bekerja di balik layar.
Waktu berlalu, akhirnya cafe itu mulai sepi. Kiki sudah mulai beberes barang-barangnya dan juga peralatan di cafe yang tadinya sempat sedikit berantakan.
"Udah?" tanya Ragi tiba-tiba dari arah sampingnya--yang tentu saja membuat Kiki kaget.
"Lo bisa, gak? Gak usah ngagetin gitu?" tanya Kiki kesal.
Ragi cengengesan, dia malah menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Kiki yang melihat kelakuan itu kembali teringat kisah dia beberapa bulan yang lalu. Saat dia tengah dekat dengan Ragi, bahkan hampir saja menuju jenjang yang lebih dari pada seorang teman. Namun, roda dengan cepat bisa berbalik.
"Kelakuan lo sama kayak dulu. Kayak anak kecil tau, ga?" balas Kiki mengambil tasnya yang berada di atas meja.
"Maaf, tapi ... gue bisa ngomong sama lo, 'kan?"
"Bisa. Ngomong apa?" tanya Kiki langsung pada intinya.
"Ehm, jangan di sini."
"Gue gak bisa ke luar. Di sini aja, gue dengerin, kok."
Tak bisa lagi Ragi membahas perkataan itu. Karena Kiki memang sedikit keras kepala, apa yang dia katakan akan benar-benar dia lakukan.
"Oke. Ki ... gue cuman mau bilang minta maaf, gue udah hilang gitu aja dari hidup lo. Padahal, dulu kita bareng-bareng terus. Aku mau kamu ..."
"Apa?" lanjut Kiki saat mendengar kata Ragi terputus.
"Aku mau, aku sama kamu bisa kayak dulu lagi, Ki."
Kiki terbatuk singkat, dia segera menggapai botol air minum di samping tasnya dan segera meminumnya.
"Lo masih inget gue, ya? Gue kira udah lupa sama yang dulu."
"Maaf, gue mungkin salah waktu itu ... gue beneran merasa bersalah, Ki. Maafin gue."
Ragi menggapai jemari Kiki kemudian memegangnya dengan kedua tangannya. Matanya berbinar, memohon agar semuanya bisa dikembalikan.
"Maaf, ya, Ra ... gue udah bahagia sama hidup gue sekarang. Tanpa lo, dan masalah, gue udah aman. Lebih baik lo urusin pacar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Sweet Candy [END]
Romance[TAHAP REVISI] 🌸 Tak semua yang manis, berakhir manis pula. Kadang yang manis, bisa juga menyakitkan. Hubungan yang awalnya terasa manis, kadang bisa berakhir sangat pahit. "Katanya karma selalu datang dan menghanyutkan semua rasa bahagia menjadi d...