08.8️⃣

6.5K 836 120
                                    


Semilir angin yang hangat menerpa kulit wajah yang putih,Surai sewarna gulali itu terbelah,menyibak memperlihatkan bingkaian mahakarya pahatan wajah sempurna sang kuasa.

Di tangan lentiknya sebuah kertas terenggut kuat.
Menyusut dan akhirnya tergeletak di atas dataran lantai semen yang kotor.


"Bukankah....para bajingan ini pantas mati?"


Sepasang matanya yang dingin menatap lurus kedepan.Tersirat api amarah yang begitu besar.
Buku kukunya memutih, selaras dengan pergerakan tangannya yang kini mengepal keras di atas besi pembatas.

Suara deritan pintu yang terbuka dari luar,bahkan tak bisa mengurai kobaran api di matanya.


"Renjun!"



Sosok Chenle dengan kaca mata bening bertengger di hidung mancung, seragam Sekolah melekat di tubuhnya yang ramping_kini telah berdiri tepat di belakang sosok sang pemuda.



"Renjun!"



Tak ada sahutan berarti,bahkan bergerak saja tidak.Sosok itu memasang wajah mengeras.



Terlihat dahi Chenle mengerut samar,



Terdiam ,nampak berpikir beberapa saat,sebelum akhirnya mendongak dengan mata yang membeliak.


"R-ren....?"





Gugup, bercampur cemas rautnya wajah terlukis jelas .

Yang mana hal tersebut membuat,sosok di depannya itu menyeringai kejam.

Tangannya yang lentik masuk kedalam saku celana ,keluar dengan sebuah cutter.

Tubuhnya berbalik.


Wajah tersenyum menakutkan,Yang membuat Chenle mundur dengan ludah yang dia telan gugup.




"Hai...Zhong!!!! Merindukanku?"










..........








"Dasar bodoh!apa kau sudah kehilangan akalmu ?!!"


"Kenapa tidak pergi saja?,kenapa kau diam dan membiarkannya menyakitimu?"


"Karna aku menyayangimu!dan aku tidak ingin kamu ada dalam masalah Renjun"

Zhong Chenle tersenyum tulus.

Renjun memalingkan wajahnya,untuk menyembunyikan matanya basah.



"Mengapa-bagaimana bisa kau berakhir disini?"

Setelah beberapa saat terdiam,Renjun bersuara.

Beranjak merapikan peralatan obat-obatan dan memasukannya kembali kedalam tempatnya.
Renjun merunduk dalam.Tubuhnya lemas,

Dadanya terasa sangat sesak oleh rasa bersalah.

Dia melukai lagi.







"Aku menyuruh Yuta untuk mengurus semuanya,kau pikir! Aku akan membiarkanmu sendirian disini? menghadapi mereka?
Jangan gila!! Tentu saja aku juga harus ikut adil dalam misimu ini .Renjun.
Kau adalah sepupuku,dan aku sudah berkewajiban untuk membantumu "

Ringisan keluar dari bilah bibirnya.Chenle mengusap lembut pergelangan tangannya yang kini telah terbalut perban.


Melangkah mendekati Renjun,

Menyentuh bahunya yang sempit.

"Renjun....jangan lengah ,jangan berikan 'Dia ' kesempatan untuk keluar.Atau semuanya akan berantakan.."


"Aku tidak apa-apa"_Chenle.





"Chenle..."





Kehangatan dalam pelukan itu dapat membuat Renjun merasa tenang.


"Terimakasih untuk segalanya"








.....








Ketika pintu telah tertutup dengan rapat,dengan meninggalkan sosok Chenle di dalamnya. Renjun berbalik,dan terkejut begitu melihat sosok dari salah satu 'orang-orang' itu kini telah berdiri di hadapannya.

Na Jaemin.

Tangannya terkepal erat di masing-masing tubuh yang menegang.

Renjun memasang raut wajahnya yang paling dingin,tak bersahabat.

Kakinya hendak melangkah melewati tubuh Jaemin yang membeku.Tetapi sebelum itu terjadi sebuah tangan telah terlebih dahulu mencengram tangannya.

Tak kuat,namun itu sangat berefek bagi seluruh saraf_sarafnya.





"Kang Injun.."











"Bisa kita bicara?"

















......

Apa kalian kebingungan?

Apakah ini terlalu aneh?

Apa kalian mengerti?








Secret Renjun ||JaemRen||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang