Happy Reading!
###
Kyra duduk di bangkunya dengan gelisah, pasalnya hari ini ada ujian praktek Fisika dan ia belum mengetahui materinya. Rasanya ia ingin menangis saja. Kyra menoleh ke samping, melihat ke arah Davian yang sibuk membaca materi di buku paketnya, kini ia harus apa? Ia ingin belajar tapi tak punya buku, jika nanti nilainya jelek terus ayahnya marah bagaimana?
"Dav," lirihnya memanggil Davian.
"Hmm,"
"Bantu gue pliss." mohonnya. Davian yang masih fokus pada materinya mendongak lalu menengok ke samping, ia menatap ke arah Kyra dengan sebelah alis yang terangkat seakan mengatakan 'apa.'
"Bantu gue, gue belum dapet bukunya."
"Terus?"
"Ya bantu gue lah gimana caranya biar dapet buku."
"Di perpustakaan." jawabnya cuek, Kyra seketika menatap berbinar Davian.
*Anterin gue ya pliss."
"Ga!" balasnya singkat.
"Iih Davian kan baik, bantuin Kyra yah."
"Ga!" ulangnya.
"Davian mah, cuma anterin ke perpustakaan aja kok."
"Ya, ya, ya?" lanjutnya.
"Ga!" balas Davian yang masih sama dan terkesan cuek.
"Davian mah, bantu gue napa sih, dapet pahala lhoh."
"Kenapa ga yang lain aja?" tanya Davian.
"Masalahnya gue ga ada yang kenal, masa langsung minta tolong sih? Bantuin gue ya pliis?" mohon Kyra dengan puppy eyes andalannya. Davian yang melihat tatapan Kyra bukannya meluluh ia malah jijik.
"Kenapa ga sama Ersya?"
"Ih lo liat ke sekeliling mana ada Ersya? Diakan hari ini ga masuk gimana sih!"
"Kenapa ga yang lainnya?"
"Gue udah bilang tadi gue ga ada yang kenal sama mereka, pliis ya Dav, kalau ga mau anterin gue ke perpustakaan ngabung bukunya dong, yah?"
"Ga!"
"Iih Davian mah udah sombong pelit lagi, awas lhoh ntar kuburannya sempit."
"Gue masih punya banyak uang kalau cuma mau beli tanah." sombong Davian.
"Iih sombong banget sih." cibir Kyra.
Kyra yang sudah menyerah membujuk Davian akhirnya diam duduk dengan gelisah. Bagaimana ini? Masa nyerah sih? Hampir saja Kyra akan menangis matanya sudah memerah dan hal itu membuat Davian merasa iba, akhirnya ia menurunkan gengsinya untuk membantu Kyra.
Davian berdiri dari duduknya membuat Kyra menoleh kepadanya, ia mengisyaratkan Kyra untuk minggir karena ia ingin lewat, pasalnya tempat duduk mereka berada di belakang pojok mepet dengan tembok dan Davian mendapat tempat yang berada di pojok.
"Ayo!" ajaknya.
"Kemana?" pertanyaan Kyra seperti orang bodoh saja.
"Katanya minta tolong gue anterin ke perpustakaan, jadi ga sih?"
Kyra yang tadinya berwajah mendung kini berubah menjadi cerah seketika. Kyra langsung tersenyum manis lalu mengangguk semangat. Kyra berjalan mengikuti langkah Davian yang akan meminta izin kepada Pak Tri, guru fisikanya.
Terlihat Davian yang sedang meminta perizinan dari Pak Tri lalu tak lama kemudian terlihat Pak Tri mengangguk, setelah mendapat izin dari Pak Tri, Davian langsung menyeret Kyra pergi ke perpustakaan. Iya Davian menyeretnya namun orang yang melihatnya akan berfikiran bahwa Davian sedang menggandeng tangan Kyra.
Kyra yang sedang senang lantaran kegundahannya kini tak lagi bermasalah hanya tersenyum senang dan tak menyadari seretan Davian, yang ia pikirkan mungkin saja Davian hanya ingin cepat cepat pergi ke perpustakaan lalu kembali dan belajar untuk ujian praktek.
Perjalanan menuju ke perpustakaan hanya terdengar suara guru yang sedang mengajar di dalam kelas. Kyra mengamati ke sekeliling, mencoba mengingat jalan yang baru saja ia lewati, berjaga jaga jika suatu saat ia membutuhkan ke perpustakaan ia tak butuh merepotkan orang lagi.
Sesampainya di perpustakaan, perpustakaan terasa sepi hanya ada seorang guru penjaga yang tengah duduk di kursi dengan komputer di hadapannya.
"Permisi Bu..."
"Iya?"
"Maaf Bu saya Davian dari kelas XI IPA 2 sedang mengantar teman saya, dia murid baru dan membutuhkan buku paket untuk mempelajari materi.."
"Oh ya udah, kalian pergi saja di rak samping kanan, barisan nomor 2 dari kanan nanti di setiap rak ada tulisannya ambil saja mana yang dibutuhkan. Nanti kalau sudah dibawa kemari untuk dicatat peminjamannya." jelas guru tersebut.
"Baik Bu terima kasih."
Davian kembali menarik lengan Kyra, entahlah ia sadar atau tidak yang jelas Kyra tidak peduli. Mereka sampai di depan rak yang ditunjukkan oleh guru penjaga perpustakaan tadi, lalu Davian melepaskan pegangan tangannya di lengan Kyra.
"Ambil aja yang mana, semua mata pelajaran yang dibutuhkan sekalian aja."
"Kan gue ga tau mana aja yang dipake." jawab Kyra polos.
Davian menghela nafas panjang lalu menunjuk kepada Kyra mana saja yang dibutuhkan, bahkan ia tak mau susah susah membantu Kyra mengambil bukunya meskipun buku di rak yang paling atas sekalipun.
Davian menatap kasihan kepada Kyra yang susah mengambil buku di rak paling atas, buku mata pelajaran prakarya dan itu buku terakhir yang diambil Kyra. Merasa ini terlalu lama, Davian menegakkan berdirinya kemudian berjalan menghampiri Kyra. Ia menjulurkan tangannya mengambil buku itu dengan mudahnya lalu memberikannya kepada Kyra yang menatapnya kaget.
Kyra merasa kaget ada tangan yang menjulur mengambil buku di rak atas. Dengan tatapan terkejut, Kyra melihat siapa yang mengulurkan tangannya. Seketika iris mata coklat miliknya bertabrakan dengan iris mata milik Davian. Seketika juga tatapan dan pergerakannya terasa terkunci.
Kyra benar benar terpana dengan iris mata hitam pekat di hadapannya ini. Ingin rasanya ia mencokel mata Davian lalu ia simpan untuk dijadikannya pajangan.
Cepat cepat Davian mengalihkan pandangannya, ia memberikan buku yang ia ambil kepada Kyra lalu meninggalkan Kyra, ia akan menunggu gadis itu di depan saja, ingin ia tinggalkan tapi mengingat Kyra masih murid baru ia urungkan niatannya tersebut.
Kyra yang tersadar lalu mengambil tumpukan buku paket yang baru saja ia ambil. Lihatlah bahkan Davian tak ada niatan membantunya membawa buku sebanyak ini. Dasar laki laki tidak peka! Kyra terus saja menggerutu sambil berjalan ke arah guru penjaga perpustakaan untuk mencatat apa saja buku yang ia pinjam.
Setelah urusannya selesai, Kyra berjalan keluar perpustakaan. Ternyata di luar masih ada Davian, Kyra pikir tadi Davian akan pergi meninggalkannya sendirian.
"Makasih." ucapnya sambil berjalan kembali ke kelas.
"Hmm," Davian yang mendapat ucapan terima kasih dari Kyra hanya membalasnya dengan deheman singkat saja.
Lalu mereka berjalan dengan berdampingan menuju kelas, Davian yang memang tidak mau repot ia hanya berjalan santai tanpa mau repot repot membantu Kyra membawa tumpukan buku di tangannya, rasanya Davian sangat malas.
Sesampainya di kelas, mereka langsung duduk di kursi masing masing setelah mendapat perintah dari Pak Tri, mereka belajar dalam keheningan, mempelajari materi yang akan diuji nanti.
(☆☆☆☆☆)
To Be Continued!
Happy Reading!
Hay guys!
Part bobrok!
Pendek pendek aja yah biar ga pusing, wkwk😂😂
Jangan lupa buat kasih vote'nya yah😘
Love youuuuuuuu!😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boy [ Proses Revisi ]
Teen Fiction[ ⚠️ TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN ] *** Bagaimana jika dua insan yang selalu ribut menjadi satu? Ini adalah cerita tentang Davian Elvano Faresta dan Anissa Kyra Fredella. Dua insan yang selalu diibaratkan seperti air dan minyak. Tak bi...