십이 (12)

11 3 4
                                    

'Jadi, apakah mereka bisa selamat sampai tujuan? Apakah mereka bisa bersama selamanya? Ataukah maut akan memisahkan mereka? Lalu, bagaimana dengan Caca? Akankah Caca kembali bersama dengan mereka berempat?'

***

"Um.." saat terdengar bunyi 'klik', mereka pun menghela nafas lega.

Saat memasuki rumah tersebut, langsung terpikir oleh mereka kalau rumah tersebut sudah lama ditinggalkan. Terlihat debu dan jaring laba-laba di dalam rumah itu. Tetapi, untungnya di dalam rumah itu tidak ada zombie ataupun mayat pemilik rumah itu.

"Kalau gitu, malam ini kita bermalam di sini." sahut Melia. "Ayo ambil barang-barang dulu, Ren. Wanda sama Indah bersihin ruangan ya. Kita tidur bareng-bareng aja, pilih ruangan paling luas dan keliatan paling aman."

Ketiga temannya setuju dengan usul Melia, lalu mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing. Reina yang memindahkan barang-barang ke dalam rumah, Melia yang sedang memastikan mobil dalam keadaan terkunci dan aman, juga Indah dan Wanda yang sedang sibuk bersih-bersih.

"Ndah, Wan! Ini ditaruh mana?" tanya Reina.

"Taruh situ aja, nanti kita yang beresin lagi. Ambil aja lagi barang yang masih di mobil." sahut Wanda.

Reina mengangguk dan kembali ke mobil mereka di parkir, melihat Melia yang masih sibuk memastikan mobil mereka aman. Bahkan Melia dengan sengaja menaruh batu bata di masing-masing roda mobil tersebut.

"Um.. Itu apa nggak berlebihan?"

"Nggak. Takutnya nanti ada manusia yang masih hidup, atau zombie yang masih setengah manusia tau kalau mobil ini masih bisa jalan dan ada bensinnya terus dipakai sama mereka. Kita ke Seoul nya gimana?"

"Yaiya, sih..."

"Yaudah, ayo kita masuk. Indah sama Wanda udah selesai beres-beresnya?" tanyanya sambil mengangkat salah satu tas yang tersisa.

"Aku aja yang bawa, tadi kamu kan udah capek nyetir. Meskipun agak..yah gitulah."

"Yang penting kita sampai sini dengan selamat." Melia pun memberikan tas yang tadi ia angkat. "Nih, aku mau cek ke seluruh rumah dulu, deh."

"Hati-hati." ucap Reina pelan, Melia hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai jawabannya.

***

Melia memutari rumah tempat mereka bermalam nanti. Ia agak heran, bagaimana mungkin rumah seperti ini ditinggal begitu saja. Bahkan dengan kunci yang tergeletak begitu saja di dekat jendela.

"Semoga aja kita aman sampai besok di rumah ini. Mau bagaimanapun, rumah ini yang paling aman dibanding rumah di sekitarnya."

Melia bergidik ngeri, melihat rumah-rumah lain yang terlihat mengerikan. Kaca jendela yang pecah, pintu yang jebol dan terbuka lebar, bahkan ada dinding rumah yang hancur. Melihat itu semua membuat Melia yakin, rumah inilah yang terbaik.

Berbeda dengan Melia yang sedang keliling memeriksa rumah. Indah dan Wanda sedang menyiapkan makanan untuk mereka santap. Mie instan, sosis, dan beberapa camilan untuk makanan penutup.

"Untungnya kompor di rumah ini masih berfungsi dengan baik, gas nya juga ada. Jadi kita tidak perlu membuat api untuk memasak."

"Bener, Ndah." sahut Wanda. "Akan memakan waktu juga kalau harus bikin api unggun. Takutnya juga keburu gelap dan zombie-zombie akan sadar kalau kita habis-"

Red Zone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang