십일 (11)

8 3 4
                                    

Setidaknya persahabatan membuat mereka lebih berani dalam situasi tersebut. Bagaimana jika mereka menghadapinya sendirian? Apakah akan seberani ini?

Dan setidaknya, karena persahabatan itulah..hari esok terlihat akan lebih indah daripada hari ini atau hari kemarin-kemarinnya.

***

"Reina, ayo buruan beres-beres. Kita bakal berangkat beberapa menit lagi. Numpung sudah sepi, matahari juga udah mulai terik tuh." kata Indah yang sudah mengganti baju kasual yang nyaman.

"Aku udah selesai beres-beres, kok. Tinggal nunggu Melia ganti baju, lama banget." sahut Reina.

"Enak aja! Ini aku ngecek tas bawaan lagi. Nanti kalau ada yang kurang gimana?" protes Melia.

Wanda yang baru saja kembali dari lantai dua, langsung melengos.

"Sudah-sudah... Ayo kita berangkat!" ujar Wanda percaya diri. Ketiga temannya pun mengangguk.

Mereka bertiga sudah masuk ke dalam mobil milik pamannya Wanda. Untungnya bensin pada mobil itu penuh. Melia yang mengendarai mobil itu agak grogi dan gugup. Apalagi jika ia ingat perjalanan jauh yang akan mereka tempuh.

"Kalian udah pasang sealtbelt? Pakai, ya! Aku takutnya nanti ngerem mendadak terus kalian kejedot!" Melia mengingatkan.

"Udah, aku dan Wanda fix oke." jawab Indah yang duduk di belakang bersama Wanda.

"Aku juga udah pakai." sahut Reina yang memang duduk di samping Melia. Melia pun melirik ke arah tiga temannya, lalu ia mengangguk kecil.

"Oke, kalau gitu kita berangkat!" Melia pun menyalakan mobil tersebut, untung saja semalam dia mencari tau cara mengendarai mobil untuk pemula.

"Tunggu!"

Baru saja mereka mencapai setengah jalan-yang tentu saja mobil itu berjalan dengan sangat pelan-Wanda menganggetkan Melia.

"Kenapa, Nda? Untung aku nggak kenceng ngendarainnya." protes Melia kesal karena kaget.

"Pintu gerbang kan belom dibuka, masa mau diterobos?" tanya Wanda sambil menunjuk ke arah depan, tepatnya adalah gerbang utama.

"Oh iya, siapa yang mau buka?" Melia menoleh ke arah tiga temannya yang langsung diam semua.

"Um.. Reina aja sana.." suruh Indah sambil menepuk pundak Reina. Reina yang disuruh langsung membelalak.

"Kok aku?"

"Biar cepet, kaki kamu paling panjang jadi kalo lari paling cepet. Hehehe.." jawaban Indah yang agak nyeleneh sebenarnya.

"Iyain aja, Ren.. Biar kita bisa berangkat, nih." ucap Wanda.

"Iyaudah, iya-iya.." pasrah Reina. Saat Reina berlari menuju gerbang, Melia juga menjalankan mobilnya dengan perlahan.

Saat mereka hampir sampai di gerbang, Reina yang memang sudah membuka gerbang pun masuk ke dalam mobil. Beruntungnya memang tidak ada halangan saat ia membuka gerbang itu.

Mereka pun mulai keluar dari gerbang, saat mobil melintas keluar dari perkarangan villa, di jalanan terlihat betapa kacaunya kejadian pada malam hari. Banyak barang-barang bergeletakan, bahkan ada beberapa mayat yang sudah tidak berbentuk.

Mereka berempat pun bergidik ngeri, jelas kejadian saat malam hari sebelumnya itu adalah kejadian paling mengerikan pertama yang akan mereka lewati. Karena, setelah mereka keluar dari perumahan ini, mereka pasti akan menemukan kejadian mengerikan lainnya lagi.

Red Zone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang